Articles by "Debat Islam Dan JIL"

Tampilkan postingan dengan label Debat Islam Dan JIL. Tampilkan semua postingan

Malam ini (Selasa, 15/05/2012), Akmal Sjafril mewakili pegiat gerakan #IndonesiaTanpaJIL akan mengadakan diskusi bersama pegiat Jaringan Islam Liberal, Luthfi Asy Syaukanie. Debat keduanya akan dilaksanakan dan disiarkan langsung oleh Hard Rock FM Radio, demikian dikutip dari Provocative Proactive.
Menurut jadwal, diskusi itu akan dilangsungkan melalui radio mulai pukul 21.00-23.00. Diskusi dan debat keduanya dapat didengarkan melalui streaming http://www.hardrockfm.com/neostreaming. Diskusi itu sendiri direncanakan akan dipandu oleh presenter Indonesia, Pandji Pragiwaksono.
Bagi warga Jakarta, debat dan diskusi dapat didengarkan di 87,6 Hard Rock FM. Sementara bagi yang di Bandung dapat didengar melalui 87,7 Hard Rock RM. Warga Bali dapat mendengar di 87,8 FM sedangkan Surabaya di 89,7 FM.
Gerakan #IndonesiaTanpaJIL merupakan sebuah gerakan menolak setiap pemikiran pluralisme, sekulerisme, dan liberalisme agama yang marak disuarakan oleh beberapa tokoh, antara lain aktivis-aktivis yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) di bawah koordinator Ulil Abshar Abdalla.
Sejak diluncurkan mulai tanggal 20 Februari 2012, Fan Page #IndonesiaTanpaJIL sudah mencapai lebih dari 23.000 fans.
Anda bisa bergabung untuk ikut menyuarakan Indonesia Tanpa JIL dengan klik link berikut ini Fan Page #IndonesiaTanpaJIL.

Luthfi Asysyaukanie dan para aktivis Jaringan Islam Liberal tidak hadir dalam kegiatan diskusi di Hard Rock FM yang sedianya mempertemukan mereka dengan Akmal Sjafril dan para pegiat #IndonesiaTanpaJIL, Selasa malam, 15/05/2012.
Seperti disampaikan Pandji Pragiwaksono, host sekaligus moderator dan announcer Hard Rock FM dalam pernyataannya di tengah-tengah acara, pihaknya sebelumnya telah mengundang sejumlah aktivis JIL untuk bersedia hadir dalam diskusi dengan pegiat #IndonesiaTanpaJIL. Namun dengan beragam alasan, mereka (aktivis JIL) tidak hadir.
Pandji mengatakan, semula pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Abdul Moqsith Ghazali (salah seorang aktivis JIL_red) sejak Jumat, namun kemudian Moqsith membatalkan kehadirannya karena istrinya tengah mengalami sakit.
Karena menginginkan diskusi yang digagasnya berjalan berimbang, Hard Rock FM selanjutnya menghubungi Luthfi Asy Syaukanie. Namun kemudian juga membatalkan. Hard Rock juga sudah menghubungi Guntur Romli dan beberapa aktivis JIL lainnya namun tidak ada yang menyatakan bersedia, demikian kata Pandji yang disampaikan secara langsung melalui radio.
Usaha Hard Rock FM mencoba meminta kehadiran beberapa aktivis JIL untuk bersedia online melalui telepon juga kurang diterima oleh mereka, seperti yang disampaikan Pandji.
Akmal Tentang #IndonesiaTanpaJIL 
Tampil tanpa lawan diskusi dan dialog, Akmal lebih banyak berbicara tentang gerakan #IndonesiaTanpaJIL dan beberapa isu lain serta menjawab beberapa pertanyaan dari Pandji (host) dan beberapa penelepon.
Menanggapi komentar seorang penelepon dari Depok yang mengatakan bahwa  itu lucu.  hanya reaksioner dan latah, Akmal menanggapinya santai.
" bukanlah gerakan reaksioner karena sebenarnya saya sudah menolak sejak lama. Bahkan, saya sudah menulis buku tentang JIL. Gerakan  itu gerakan Do It Your Self. Tidak ada yang memerintah. Hanya kesadaran dan spontanitas." urai Akmal.
Akmal juga menegaskan bahwa gerakan #IndonesiaTanpaJIL adalah gerakan intelektual, bukan gerakan kekerasan dan tidak berhubungan dengan gerakan Front Pembela Islam (FPI).
"Stereotip yg ingin kami (  ) bangun adalah bahwa yang anti JIL bukan berarti pro FPI. Kita ini gerakan intelektual. Kita tidak membahas kekerasan atas nama apapun. Kita tanpa kekerasan," kata Akmal menanggapi pertanyaan salah seorang penelpon bernama Pangeran Siahaan yang meminta tanggapannya mengenai kekerasan atas nama agama.
Diskusi yang berlangsung Selasa malam (15/05/2012) yang disiarkan langsung Hard Rock FM Radio Jakarta mulai pukul 21.30 WIB itu juga direlay oleh Hard Rock FM Bandung, Bali, dan Surabaya. Diskusi juga diperdengarkan melalui streaming http://www.hardrockfm.com/neostreaming dengan dipandu oleh host, Pandji Pragiwaksono dan diakhiri pada pukul 23.00 WIB.
Gerakan #IndonesiaTanpaJIL
Gerakan #IndonesiaTanpaJIL merupakan sebuah gerakan menolak setiap pemikiran pluralisme, sekulerisme, dan liberalisme agama yang marak disuarakan oleh beberapa tokoh, antara lain aktivis-aktivis yang tergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) di bawah koordinator Ulil Abshar Abdalla.
Sejak diluncurkan mulai tanggal 20 Februari 2012, Fan Page #IndonesiaTanpaJIL sudah mencapai lebih dari 23.000 fans. [muslimdaily]
Silakan Baca livetweet lengkap kami tentang jalannya diskusi tersebut di Twitter MuslimDaily.
*Keterangan gambar: Suasana Live diskusi #IndonesiaTanpaJIL di Hard Rock FM (sumber: #IndonesiaTanpaJIL)

Berita terkait: Malam Ini, Dialog Pegiat #IndonesiaTanpaJIL vs JIL di Hard Rock FM

JAKARTA (Arrahmah.com) - Ketua An Nashr Institute Munarman, SH membantah sejumlah klaim dan tuduhan aktifis liberal Ratna Sarumpaet kepada ormas-ormas Islam. Bantahan tersebut diungkapkannnya saat hadir dalam dialog Indonesian Lawyer Club di TV One, Jakarta, Rabu malam (16/5).
Bantahan pertama terkait klaim sepihak Ratna Sarumpaet bahwa kelompok-kelompok liberal mewakili silent majority (istilah untuk kelompok atau masyarakat yang tidak mengekspresikan pendapat mereka secara terbuka-red), menurutnya pengakuan tersebut merupakan pengakuan yang tidak memiliki fakta.
“Kelompok yang selalu mengklaim silent majority, seolah-olah mewakili silent majority, padahal nggak ada itu. Kita pernah uji lapangan kok, itu tidak terbukti, itu omong kosong besar,” kata Munarman.
Kedua, Munarman membantah kesan yang dibangun bahwa negara tunduk dan dikontrol oleh tekanan kelompok Islam saja.
“Seolah-olah negara mengikuti kelompok tertentu, tuduhannya kan kepada kelompok Islam. Itu mereka meminta membubarkan FPI, menekan-nekan negara, itu kan hendak mengendalikan negara juga. Dulu mereka meminta dibatalkannya RUU APP mengendalikan negara juga,” lontarnya.
Lebih dari itu, menurutnya jika mereka merupakan liberal sejati, seharus membebaskan pula kelompok mana pun berpartisipasi menuntun negara, bukan malah membatasi kelompok lain.
“Satu sisi umat Islam dilarang mengendalikan negara, sementara dengan bebasnya mereka mau mengendalikan negara, ini kan gak bener. Kalau betapa seorang liberal, mestinya dibebaskan saja kita sama-sama mengendalikan negara. Jangan seolah-olah umat Islam mengendalikan negara haram tidak boleh, tapi kalau mereka liberal-liberal itu mengendalikan negara itu halal, boleh,” beber Munarman.
Sambung ketua bidang Nahi Munkar DPP FPI ini, sikap kelompok liberal  dalam mengopinikan negara dikendalikan oleh kelompok Islam saja adalah ketidakjujuran mereka dalam bernegara dan pengkhianatan terhadap ideologi mereka sendiri.
“Itu cara berfikir yang tidak liberal justru, mengkhianati liberalisme sendiri. Jadi tidak betul kalau liberal, mereka fasis juga, cuma fasis dalam liberalisme,” tegasnya
Munarman juga membantah pernyataan Ratna Sarumpaet yang seolah-olah kelompok Islam tidak mengurus persoalan kemiskinan, penzholiman terhadap TKI di luar negeri, dan persoalan korupsi. Menurut Munarman, pernyataan tersebut tidak benar, karena seluruh ormas Islam sudah bekerja menangani kemiskinan.
Bahkan terkait persoalan TKI yang mengalami masalah di Arab Saudi, FPI sudah mengadvokasi dan memberi bantuan langsung ke rumah sakit di Madinah, ketika pihak-pihak lain belum dapat menembus ke sana.
“Saya ikut menghantarkan uang itu sendiri, tapi kan tidak ada meliput hal seperti ini,” jelas pengacara muda ini, yang sebelumnya didahului oleh Habib Selon ketika membantah Ratna sekaligus menjelaskan bahwa FPI juga peduli pada persoalan korupsi dan sudah membuat posko di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Ia pun menegaskan bahwa umat Islam justru yang bekerja untuk kemanusiaan bukan kelompok liberal yang selama ini mengklaim mewakili masyarakat umum.
“Jangan seolah-olah umat Islam tidak melakukan apa-apa untuk kemanusiaan, seolah-olah kamilah  yang melakukan untuk kemanusiaan, itukan omong kosong juga menurut saya,  gak ada. Kita juga bekerja untuk kemanusiaan juga kok, bukan mereka yang mengklaim kelompok-kelompok mewakili mayoritas, padahal tidak ada yang mewakili mayoritas,” tambahnya.
Munarman juga menantang kelompok liberal untuk membuktikan bahwa mereka mewakili masyarakat mayoritas secara riil, dan menghentikan klaim sepihak yang selalu mereka bangun.
 
 Ratna Sarumpet

“Saya kira kalau dipertandingkan misalnya, Kita uji saja, kita ilmiyah, faktual, saya tidak mengkhayal-khayal. Itu kelompok di internet yang minta bubarkan JIL atau minta bubarkan FPI yang banyak? Minta bubarkan JIL yang lebih banyak ! Mana ada klaim-klaim begitu, berhentilah mengklaim-klaim mewakili mayoritas. Kita mewakili diri kita sendiri, jadi jelas ideologi kita, bahwa yang diwakili adalah kelompok liberal, bahwa mereka kepinginnya tidak ada larangan apapun bebas-sebebas-bebasnya,” tuturnya.
Dia pun mengutarakan pandangan bahwa jika persoalan kenegaraan dikembalikan kepada parameter konstitusi, tidak ada masyarakat harus berpedoman kepada ukuran kemanusiaan, melainkan kepada religiusitas.
“Tidak ada di konstitusi itu kita harus menghormati kemanusiaan, ini berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal 28 konsitusi juga, ini mesti kelakuan-kelakuan kita juga harus menghormati norma-norma budaya dan agama setempat. Jadi mengada-ada juga Lady Gaga disuruh pakai kebaya, yang fakta-fakta saja,” pungkas

Munarman disambut tepuk tangan hadirin. (bilal/arrahmah.com)


Vidio:

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.