Articles by "Islam Eropah"

Tampilkan postingan dengan label Islam Eropah. Tampilkan semua postingan

Meski mendapat gambaran yang buruk oleh berbagai media, Muslim Salafi di Jerman terus berjuang membela Nabi Muhammad dari celaan dari kelompok sayap kanan.

"Kami tidak memlempar bom apapun," kata Malik, seorang Muslim muda Jerman, kepada media berpengaruh di Jerman Der Spiegel Online hari Selasa, 15 Mei.

Malik datang bersama dengan dua  Muslim temannya Koray dan Martin, dalam protes di Cologne terhadap pendukung partai sayap kanan Pro NRW, yang melakukan penghinaan terhadap Nabi dengan menggambar kartun Nabi.

Partai sayap kanan tersebut telah dikategorikan sebagai kelompok sayap kanan ekstremis oleh badan intelijen dalam negeri Jerman. Kelompok ini telah merencanakan untuk menjalankan kontes kartun Nabi Muhammad. Hadiah uang tunai juga dirancang akan diberikan kepada kartun terbaik anti-Islam menurut mereka. Kelompok anti-Islam tersebut menggunakan nama kartunis Denmark Kurt Westergaard, yang bertanggung jawab untuk kartun tahun 2005 yang menyulut kemarahan di dunia Muslim sebagai bentuk acara penganugerahan.

Marah oleh acara kartun tersebut, para muslimSalafi muda mengatakan bahwa mereka ikut dalam protes untuk membela Nabi terhadap penghinaan ini.

"Pada hari kiamat, mungkin Nabi akan bertanya:" Di manakah kami ketika nama Nabi dihina'", Malik berargumen.

"Saya tidak mau harus menjawab,' Oh utusan Allah, saya salah satu dari mereka yang memandang ke arah lain."

Protes itu terjadi beberapa hari setelah 29 polisi terluka dalam bentrokan antara Salafi dan pendukung Pro NRW di Bonn, yang memicu kemarahan dari para politisi Jerman.

"Salafi ingin mengganti tatanan hukum yang demokratis dengan teokrasi," kata Wolfgang Bosbach, seorang ahli keamanan dalam negeri dari partai Christian Democratic Union (CDU).

"Itu sebabnya Salafisme dan demokrasi benar-benar tidak cocok."

Termarjinalasasi

Namun aksi yang dibuat para pembenci Islam tersebut telah membangkitkan semangat keagamaan Malik dan 2 temannya tersebut.

"Martabat Nabi adalah lebih penting daripada martabat kami sendiri," katanya kepada Der Spiegel.

Tiga pemuda Muslim menolak pandangan yang dikeluarkan oleh media yang menyebut mereka sebagai biang kekerasan. Martin, pemuda asli Jerman 19-tahun yang khas dengan rambut pirang, memeluk Islam sekitar setahun yang lalu, sedang kuliah teknik lingkungan di Hamburg. Koray, 19 tahun, seperti Martin, lahir di Hamburg dari orang tua yang berasal dari Turki. Dia tengah belajar di sebuah SMK dan ingin melanjutkan pendidikan di universitas. Sementara Mali yang ayahnya berasal dari Aljazair dan ibunya orang Jerman, memiliki ijazah SMA dan ingin memperoleh kualifikasi pendidikan lebih tinggi.

Menjalani kehidupan yang islami, tiga orang itu sering mendapat tanggapan sinis dari banyak orang, guru, rekan sekolah, atasan dan juga rekan kerja.

Jerman diyakini menjadi rumah bagi hampir 4 juta Muslim, termasuk 220.000 di Berlin saja. Imigran Turki diperkiraan merupakan dua pertiga dari minoritas Muslim di Jerman.
Berita terkait: http://muslimdaily.net/berita/internasional/kelompok-anti-islam-memprovokasi-bentrok-di-jerman.html

Seiring peningkatan jumlah Muslim yang terus bertambah, pulau Sisilia, Italia Selatan, akan mendirikan masjid besar untuk membantu warga Muslim di sana menunaikan shalat berjama'ah.


"Sisilia sangat antusias tentang hosting Islam,"kata Walikota Vittorio Sgarbi, yang dikutip ANSA, Senin (30/ 1).

Menurut walikota, pembangunan masjid itu sangat penting bagi Sisilia sebagaimana pulau itu menyediakan gereja bagi komunitas Kristen yang mayoritas. Masjid besar itu, walikota menambahkan, akan dibangun di kota Salemi, daerah barat daya Sisilia.

"Ini adalah alasan yang sama seperti kota- kota kita yang memiliki tempat ibadah Kristen, saya pikir penting membangun sebuah masjid untuk warga muslim..." imbuh walikota.

Selama bertahun-tahun, banyak warga Muslim Sisilia yang menggunakan lapangan sepak bola dan tempat senam sebagai tempat shalat berjamaah. Masjid yang akan dibangun merupakan kabar gembira yang telah dinantikan Muslim Sisilia.

Tidak seperti gereja yang cenderung semakin sepi di Eropa, pendirian masjid-masjid baru terus dibutuhkan seiring bertambahnya jumlah Muslim. Pertambahan Muslim sendiri, selain dipengaruhi oleh faktor angka kelahiran keluarga Muslim yang relatif lebih tinggi serta adanya imigran dari negeri-negeri Muslim, warga Italia yang berpindah agama memeluk Islam juga menjadi salah satu faktornya.

Saat ini populasi Muslim di Italia sedikitnya mencapai 1,2 juta warga, termasuk 20 ribu mualaf baru. [AM/Rpb/bsb]


Muslim Inggris Sulap Pub Jadi Pusat Pendidikan Islam

Bekas pub bernama Melrose Arms yang terletak di Front Street, Shotton Colliery, Durham, Inggris
Durham ialah sebuah kota di timur laut Inggris, sekitar 25 km dari Kota Newcastle. Salah seorang pebisnis Kaiser Coundry, yang juga merupakan pemilik Albert Guest House, adalah pencetus ide tersebut. Awalnya, Coundry berencana membangun mushala di sebuah ruang kosong di tempat tersebut. Namun, ide tersebut langsung menimbulkan reaksi keras.

Akibat idenya, Durham County Council menerima petisi dari 100 orang dan 13 surat, yang menyatakan keberatan. Mereka keberatan akan pengalihfungsian tempat tersebut. Para warga beralasan, pusat pendidikan Islam akan menimbulkan kemacetan dan permasalahan parkir.

Pusat pendidikan rencananya akan dibuka selama tujuh hari dalam satu pekan. Tak hanya menyediakan fasilitas untuk komunitas Muslim lokal, fasilitas ini juga dapat digunakan masyarakat umum.
b bernama Melrose Arms yang terletak di Front Street, Shotton Colliery, Durham, Inggris, rencananya akan dialihfungsingkan, menjadi pusat pendidikan Islam. Meski telah disetujui pihak berwenang, namun sekitar 100 warga setempat menyatakan keberatan.

Sumber: Sunder Land Echo


2030, Pemeluk Islam Capai 2,2 Miliar Jiwa

Muslim Rusia shalat berjamaah di udara dingin
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, SOUTHERN CALIFORNIA -- Populasi Muslim di seluruh dunia naik pesat. Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life memperkirakan populasi Muslim akan tumbuh mencapai 35 persen dari total populasi dunia pada 20 tahun mendatang.

Jika pada 2010 jumlah pemeluk Islam mencapai 1,6  miliar jiwa, maka pada 2030 akan mencapai 2,2 miliar jiwa. Menurut lembaga itu, pertumbuhan jumlah umat Islam dua kali lebih besar dibandingkan non-Muslim pada dua dekade mendatang. Jika pertumbuhan jumlah umat Islam rata-rata mencapai 1,5 persen, maka non-Muslim hanya 0,7 persen.

Menyikapi fenomena itu, Direktur Islamic Center Southern California, Imam Jihad Turk menilai ada dua faktor yang menyebabkan populasi muslim meningkat pesat, pertama adalah angka kelahiran tinggi di kalangan umat Islam. Dan kedua,  berbondong-bondongnya non-Muslim memeluk Islam.

"Tingkat kelahiran merupakan faktor utama yang memberikan sumbangsih. Sementara, faktor konversi lebih banyak karena pernikahan," kata dia seperti dikutip neontommy.com, Selasa (8/5).

Moises Gonzalez, yang baru saja memeluk Islam, merupakan contoh dari tren pernikahan yang dijelaskan Turk. "Saya jatuh cinta dengan seorang Muslimah. Sebagai bentuk keseriusan, saya memutuskan untuk berpindah agama," ungkap Gonzalez, yang saat ini tidak lagi mengkonsumsi babi dan alkohol semenjak memeluk Islam.

Hal serupa juga dialami Ti Miekel. Sebelumnya, ia tidak memeluk agama apapun. Namun, saat bertemu dengan suaminya, ia sadar harus membuat langkah perubahan. Salah satunya adalah memeluk agama."Suamiku tidak pernah memintaku untuk memeluk Islam Jadi, keputusanku memeluk Islam atas pilihan pribadi," kenang dia.

Sebelum Mikkel memeluk Islam, ia telah mencoba untuk mengenakan jilbab layaknya muslimah lain. Ia pun merasakan ketenangan. "Aku tidak memiliki masalah dengan tata cara berpakaian. Tapi aku melihat jilbab, sebuah pakaian yang memberikan kenyamanan," kata dia.

Sementara itu, Wakil Direktur Islamic Center Southern California, Soha Yassine, meningkatnya populasi muslim dibarengi dengan meningkatnya tentangan yang harus dihadapi muslim. Sebabnya, generasi baru muslim perlu untuk tumbuh dalam lingkungan dimana mereka dapat berbicara secara terbuka atas masalah yang mereka hadapi.

"Penting untuk diketahui generasi baru muslim untuk memahami bahwa menjadi muslim dan seorang warga AS tidaklah ekslusif," kara dia.

Turk menambahkan, kesalahpahaman tentang Islam merupakan pekerjaan rumah bagi setiap muslim. Adalah tugas seorang muslim untuk meluruskan hal itu. Harapannya esensi Islam sebagai agama cinta damai dapat dipahami. "Kebanyakan orang sekarang ini berpikir Islam adalah agama kekerasan. Padahal itu tidak benar," pungkasnya.
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Agung Sasongko


BELANDA (voa-islam.com) – Banyaknya warga Belanda yang hijrah masuk Islam dan derasnya arus sekularisasi, menurunkan jumlah penganut Kristen Belanda secara drastis. Untuk meningkatkan jumlah jemaat gereja, para misionaris menggencarkan gerakan kristenisasi kepada imigran Muslim. Jurus kristenisasi berkedok Islam dan makan gratis pun jadi andalan misionaris.

Saat ini makin banyak saja kalangan misionaris yang aktif bekerja di kompleks pemukiman, mengajak warga pendatang untuk memeluk agama Kristen. Demikian laporan Dagblad de Pers, salah satu koran gratis yang beredar di Belanda.
Dagblad de Pers mengangkat kegiatan pendeta muda, Serge de Boer, usia 31 tahun, dari gereja Oase voor Nieuwe West, di wilayah Slotermeer, Amsterdam.
Setiap dua pekan, beberapa orang anggota pengurus gereja Oase voor Nieuw-West aktif beroperasi di lokasi pusat perbelanjaan di Slotermeer, antara pukul empat hingga enam sore, saat warga masyarakat setempat berbelanja untuk kebutuhan makan malam.
Selain orang Belanda, di wilayah ini banyak tinggal warga pendatang yang berasal dari Suriname, Antila Belanda, Maroko, Turki, Irak dan Afghanistan.
...Jumlah jemaat semakin berkurang. Jika gereja tetap ingin punya pengaruh di wilayah ini, para pendatang baru tersebut harus didekati, kata pendeta Serge de Boer...
Kristenisasi Berkedok Makan Gratis
“Kami mengundang mereka untuk hadir dalam acara makan bersama. Betul, kami mendekati semua orang dari berbagai latar belakang budaya. Kami mengabdi bagi semua warga masyarakat di sini. Termasuk warga Muslim,” kata pendeta Serge de Boer.
Pada acara makan bersama biasanya hadir sekitar 30 atau 40 orang. Pihak gereja menyediakan makanan vegetaris atau hidangan halal. Kegiatan ini didukung oleh induk gereja Protestan di Slotermeer, gereja De Bron.
Penganut Kristen Habis Digerus Sekularisasi
Semua gereja ini menghadapi masalah klasik: jumlah jemaat semakin berkurang. Penyebabnya juga sudah diketahui: penduduk asli setempat banyak yang pindah, usia yang tinggal semakin tua, dan proses sekularisasi.
Saat ini, 25 persen populasi penduduk Slotermeer terdiri dari pendatang asal Maroko, 17 persen asal Turki dan delapan persen asal Suriname. Dan separoh dari penduduk Slotermeer adalah Muslim. Menurut pendeta Serge de Boer, jika gereja tetap ingin punya pengaruh di wilayah ini, para pendatang baru tersebut harus didekati.
Kristenisasi Berkedok Islam
Di Belanda, sudah ada banyak gereja yang melakukan hal ini. Jumlahnya sudah puluhan. Di kalangan gereja Protestan saja (gereformeerd) tercatat 18 orang pekerja misionaris, yang aktif beroperasi di berbagai kompleks pemukiman.
Saat ini terdapat 25 “interculturele geloofgemeenschappen” atau masyarakat keagamaan antar budaya. Suatu bagian dari jaringan “International Church Plans.”
Juga ada yayasan “Evangelie & Moslims” untuk mengkristenkan umat Islam. Yayasan ini menyediakan berbagai paket perlengkapan dan pelatihan untuk melaksanakan kegiatan seperti itu. Misalnya, bagaimana cara memberi salam jika bertemu dengan kalangan Muslim.
...Para misionaris Belanda membuat yayasan 'Evangelie & Moslims' untuk mengkristenkan umat Islam...
Dalam berbagai kegiatan tersebut, gereja Oase voor Nieuw-West tidak pernah menggunakan istilah “kebaktian”. Cukup dengan nama pertemuan. Lagu-lagu gereja juga diusahakan dinyanyikan dengan menggunakan bahasa kalangan pendatang.
Tampaknya, upaya ini membuahkan hasil. Harian Dagblad de Pers berhasil menemui seorang pemuda, yang berasal dari kalangan Islam, dan kini murtad menjadi Kristen. “Ini urusan saya pribadi dengan Tuhan,” ujar pemuda yang minta dirahasiakan nama dan asal negaranya itu.
<blink>Warga Asli Belanda Masuk Islam Ribuan Imigran Iran Murtad Jadi Kristen</blink>
Dagblad de Pers memperkirakan, kelompok pendatang yang paling banyak pindah agama adalah imigran asal Iran. Dari sekitar 33.000 warga asal Iran yang tinggal di Belanda, beberapa ribu di antaranya beralih menjadi pemeluk agama Kristen.
...Bagaimana pun saat ini lebih banyak warga asli Belanda yang menyatakan diri menjadi Muslim ketimbang sebaliknya...
Menurut pendeta Serge de Boer, banyak imigran Iran masuk Kristen dengan motif tak tulus, di antaranya sebagai ungkapan protes terhadap kesewenang-wenangan penguasa di Iran sekarang ini.
Motif lainnya, imigran Iran masuk Kristen supaya lebih mudah mendapat izin tinggal.
Pendeta Serge de Boer mengakui bahwa hal ini memang masalah sangat peka. Harian Dagblad de Pers menutup laporan ini dengan kalimat: bagaimana pun saat ini lebih banyak warga asli Belanda yang menyatakan diri menjadi Muslim ketimbang sebaliknya. [taz/rnw]

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON–Sebuah keuskupan bersejarah di Inggris terancam ditutup. Pasalnya, jemaat yang menghadiri kebaktian setiap ahad terus berkurang. Kondisi itu jauh terbalik dengan masjid-masjid di Inggris. Setiap sholat Jumat, jamaah kini selalu memenuhi masjid.
Menurut sebuah sumber, Komisi Keuskupan kini sedang menyusun proposal untuk menggabung Keuskupan Bradford di Yorkshire yang kini banyak ditinggali jemaatnya ke dalam keuskupan di wilayah tetangganya, Ripon dan Leeds.
Beberapa kalangan bahkan mendesak agar kedua kesukupan itu dimasukkan saja ke dalam keuskupan York sehingga menciptakan sebuah keuskupan super di bawah Uskup Agung York, John Sentamu, pemimpin gereja paling berpengaruh nomor dua di Inggris. Langkah itu diambil karena gereja menghadapi beberapa masalah keuangan serius tatkala aset nasionalnya senilai satu miliar pound dihapus.
Sumber internal mengungkapkan, krisis akut itu terutama terjadi karena di sejumlah wilayah telah terjadi pergeseran populasi sehingga mempercepat penurunan jemaat yang pergi ke gereja. Akibatnya, dana yang bisa dihimpun gereja pun ikut merosot.
Seseorang bahkan mengatakan bahwa di sejumlah daerah dengan konsentrasi tinggi imigran Muslim telah ikut mempengaruhi kondisi itu. Gereja pun kini berjuang untuk mempertahankan tempat berpijaknya. Statistik memperkirakan bahwa akan ada lebih bayak Muslim sholat Jumat di masjid-masjid di Inggris daripada jemaat di gereja Anglikan pada hari Minggu dalam satu dekade ini.
Data terbaru mengungkapkan, masa-masa Keuskupan Bradford yang didirikan pada 1919 dan meliputi kota di utara Yorkshire dan timur Lancashire, serta tenggara Cumbria dan Leeds ini, telah berakhir. Data tersebut mengungkapkan, kehadiran jemaat di 147 paroki yang ada di bawah keuskupan itu, terus menurun dari 13.500 jamaah pada 2000 menjadi 8.700 jamaah pada 2008.
Sebaliknya, meskipun tak ada statistik resmi untuk jamaah Muslim, survei pemerintah memperlihatkan bahwa setidaknya seperempat dari penduduk Muslim sholat Jumat di masjid-masjid. Seorang ahli statistik agama, Peter Brierley, mengatakan populasi Muslim di Bradford sekitar 80 ribu orang dan sekitar 20 ribu di antaranya biasa melakukan sholat di masjid. Angka itu, lebih dari dua kali lipat, jemaat Anglikan yang pergi ke gereja.
Canon Rod Anderson dari Gereja St Barnabas di Heaton, Bradford, mengakui pihak gereja sengaja ingin menggabungkan kedua keuskupan itu untuk berhemat. Ia mengatakan, selama 16 tahun di gerejanya, jemaat telah berkurang dari lebih 100 orang setiap Minggu, menjadi antara 40-60 orang. ”Saya melihat pergeseran demografi dengan masuknya etnis besar Asia, terhadap jumlah jemaat dan pengaruhnya bagi keuangan gereja.”
Gereja St Margaret di dekat Thornbury memiliki jemaat mingguan 20-30 orang dengan dana yang dihimpun dari jemaat setiap tahunnya stabil sebesar 20 ribu pounds. Pendeta Nicholas Clews (52) mengatakan, ”Tak ada keraguan dalam situasi seperti ini, pengurangan keuskupan merupakan cara untuk menghemat biaya.”
Sementara, 80 masjid yang berada di Bradford mampu mengelola dana jamaah lebih dari 60 ribu pound setiap tahun. Juru bicara Dewan Masjid Bradford mengatakan, ”Pada hari Jumat, masjid penuh sesak oleh jamaah. Bahkan tak jarang terlihat sekitar 2.000 orang sholat dalam sehari.
Di Keuskupan Ripon dan Leeds yang berpenduduk sekitar 810 ribu jiwa, atau 100 ribu lebih banyak dari Bradforrd, kebaktian setiap minggu kini hanya dihadiri 12.300 jemaat, atau turun dari 12.800 jemaat di tahun 2004. Sedangkan statistik mencatat, di Leeds saja ada sekitar 8.000 jamaah sholat Jumat di masjid-masjid di sana. (25 Okotober 2010)

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.