Articles by "Mujahidin"

Tampilkan postingan dengan label Mujahidin. Tampilkan semua postingan

IDLIB  – Sniper mujahidin kembali beraksi. Seorang tentara Brigade Rudal rezim Suriah di wilayah Kafr Takharim, propinsi Pinggiran Idlib tewas ditembak sniper mujahidin pada Senin (22/10).

Seorang sniper mujahidin Brigade Ahmad 'Assaf, bagian dari Jama'ah Thali'ah Islamiyah nampak mengincar pasukan Brigade Rudal di desa Duwailah, distrik Kafr Takharim pada Senin. Dari posisinya yang terlindung oleh bebatuan, sniper membidik seorang tentara rezim Suriah yang mengawal radal pertahanan udara dalam komplek markas Brigade Rudal Kafr Takharim.

Dengan basmalah dan ketepatan luar biasa, tembakan sniper dari jarak jauh tersebut merobohkan tentara rezim Suriah. Tentara itu tewas tanpa menyadari kehadiran sniper mujahidin sedikit pun.





Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Diberitakan Muslimdaily.com, pada kamis sore, 01 desember 2011, Nasir Abbas dan Abdurrahman al-Ayyubi dan seorang lagi yang tak dikenal namanya, datang menemui Ustadz Abu Bakar Ba'asyir di Bareskrim, Mabes Polri. Kedatangan mereka bukan untuk menjenguk Ust. Abu yang diberitakan terganggu mata kanan beliau karena penyakit katarak, tapi untuk melakukan deradikalisasi terhadap Ustadz sepuh ini. Caranya dengan gaya lama, bahwa negara ini adalah negara Islam yang sah menurut syariat, sehingga harus diakui dan harus dibela sampai titik darah penghabisan. Tak perlu melakukan perjuangan Tathbiq Syariah Islam (implementasi syariat Islam secara formal) di negeri ini, karena sudah sesuai dengan Islam. Sementara pemimpinnya adalah amirul mukminin, yang wajib didengar dan ditaati perintahnya walau –seandainya- secara pribadi adalah banyak maksiat.
“Indonesia ini adalah negara Islam ustad, karena mayoritas penduduknya adalah orang Islam dan jihad itu diperbolehkan kalau amirnya memerintahkan untuk berjihad (maksudnya amir: SBY),” tegas Abdurrahman Al-Ayyubi kepada Ustad Abu Bakar Ba'asyir.
Nasir Abbas dan Abdurrahaman al-Ayyubi pasti sudah mengenal baik Ust. Abu Bakar Ba'asyir. Keduanya pernah berjumpa dan berinteraksi dengan beliau cukup lama. Keduanya pernah terjun di medan jihad, hanya saja sekarang keduanya sudah murtad darinya. Boleh jadi kemurtadan keduanya dari jihad karena syubuhat ini, Indonesia adalah Negara Islam dan pemimpinnya adalah amirul mukminin, serta jihad yang sah menurut syar'i adalah yang dikomando olehnya. Jika jihad diamalkan tanpa ada izin amirul mukmin yang sah, maka menurut mereka, jihadnya tidak sah atau batil.
Bagi siapa yang melek berita, pasti akan merasa aneh jika Indonesia disebut negara Islam. Para anggota DPR pasti akan berang jika negara ini adalah disebut negara Islam. Pastinya Amerika dan negara-negara kafir lainnya juga tak akan tinggal diam jika sudah tegak Negara Islam. Buktinya, jika di beberapa daerah tumbuh kesadaran untuk menerapkan beberapa aturan yang mengadopsi hukum Islam, maka muncul protes dari beberapa anggota dewan dengan mengatakan, "Indonesia ini bukan negara Islam."
Presiden Indonesia Susilo Bangbang Yudhoyono (SBY) juga pernah menyatakan, bahwa Indonesia bukan negara Islam. Dia juga tidak pernah menyatakan diri sebagai amirul mukminin, tapi seorang pluralis sejati. Bagi seorang pluralis tidak boleh menyatakan Islam adalah agama salah. Dia wajib membenarkan Islam, tapi juga wajib membenarkan agama lainnya. Sementara Islam mengajarkan, Islam saja agama yang benar agama dan selainnya adalah batil. Siapa yang memeluk agama selain Islam, maka amal baiknya tidak diterima oleh Allah dan jika mati di atasnya pasti ia masuk neraka.
Jadi aneh sekali, pemimpin negara ini bilang Indonesia bukan negara Islam, tapi segelintir kelompok kecil yang tergabung dalam kelompok "Salafi" memastikan ini adalah negara Islam. Ini seperti pepatah Arab, “Semuanya mengaku sebagai kekasih Laila. Namun Laila tidak mengakui mereka sebagai kekasihnya.”
Al-'Allamah Al-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, dalam Naqdah Al Qaumiyah Al-Arabiyah (hal. 39) menyebutkan tentang siapa yang menjadikan hukum yang menyelisihi Al-Qur'an, maka ini adalah kerusakan yang besar, dan merupakan kekafiran yang nyata, murtad secara terang-terangan, sebagaimana firman Allah:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Maka demi Rabb mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. Al-Nisa’: 65)
Dan firman Allah:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?“ (QS. Al-Ma’idah: 50)
Sampai kepada kata-kata: “……dan setiap negara yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan tidak menyerahkan urusan kepada hukum Allah, maka negara tersebut adalah negara jahiliyah, kafir, zhalim dan fasiq sesuai dengan nash ayat muhkamat (tegas) ini. Wajib bagi orang Islam untuk membencinya dan memusuhinya karena Allah, dan haram bagi kaum muslimin memberikan wala’ (kecintaan, pembelaan dan loyalitas) dan menyukainya, sampai negeri itu beriman kepada Allah yang Maha Esa, dan berhukum dengan Syariat-Nya”.
Siapa Pemimpin Kaum Mukminin(Amirul Mukminin) Itu?
Para pemimpin Islam yang wajib ditegakkan kaum muslimin adalah pemimpin yang menegakkan Al-Qur'an dan Sunnah, dan menerapkan syariat Islam dalam mengatur rakyatnya. Yang karena itulah mereka mendapatkan hak besar untuk didengar dan ditaati rakyatnya, di mana rakyat tidak boleh menentang dengan senjata dan memberontak terhadapnya, walaupun dia itu banyak berbuat maksiat, zalim, dan fasik selain kekufuran. (Lihat: Al-Wajiz: Intisari aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari: 192-193)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Engkau dengarkan dan taati pemimpinmu, walaupun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas, maka dengarkan dan taatilah." (HR. Muslim no. 1847)
Dalam sabdanya yang lain, "Siapa yang benci kepada suatu (tindakan) pemimpinnya, maka hendaknya ia bersabar. Karena sesungguhnya tiada seorangpun dari manusia yang keluar sejengkal saja dari pemimpinnya kemudian ia mati dalam keadaan demikian melainkan ia mati dalam keadaan jahiliyah." (HR. Muslim no.1894)
Dalam riwayat Muslim lainnya (no. 1855), "Dan jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak kalian sukai, maka bencilah perbuatannya (saja), dan janganlah keluar dari ketaatan kepadanya."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: "Orang yang memberontak kepada pemimpin pasti menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada kebaikan akibat perbuatannya." (Minhajus Sunnah, dinukil dari catatan kaki al-Wajiz: 194)
Kemudian beliau mengatakan, "Adapun pemimpin yang tidak mengindahkan syariat Allah Ta'ala dan tidak berhukum dengannya, bahkan berhukum dengan selainnya, maka dia telah keluar dari cakupan ketaatan kaum muslimin. Yakni tidak ada lagi kewajiban untuk taat kepadanya." (Minhajus Sunnah: I/146, dinukil dari Al-Wajiz: 194)
Kenapa Pemimpin Seperti Itu Tidak Wajib Lagi Mendapatkan Ketaatan Dari Kaum Muslimin? Hal tersebut karena dia telah menyia-nyiakan maksud tujuan kepemimpinannya yang untuk itulah dia diangkat dan mempunyai hak untuk didengar ucapannya dan ditaati perintahnya serta tidak boleh keluar dari pemerintahan yang sah. Karena seorang penguasa tidak berhak mendapatkan itu semua melainkan karena dia mengerjakan urusan-urusan kaum muslimin, menjaga agama dan menyebarkannya, menegakkan hukum dan memperkokoh tempat yang dikhawatirkan mendapat serangan musuh, menumpas orang yang menentang Islam setelah didakwahi, memberikan loyalitasnya kepada kaum muslimin dan memusuhi musuh-musuh agama. Jika dia tidak menjaga agama atau tidak melaksanakan urusan kaum muslimin, maka berarti hilanglah hak kepemimpinannya, dan wajib bagi rakyat –melalui Ahlul Halli Wal 'Aqdi berhak melakukan penilaian dalam masalah tersebut- untuk menurunkan jabatannya dan mengangkat orang lain yang mampu merealisasikan tujuan pemerintahan.
Maka Ahlus Sunnah Wal Jama'ah tidak memperbolehkan keluar dari para pemimpin hanya karena disebabkan kezaliman dan kefasikannya saja –karena kefajiran dan kezaliman tidak berarti mereka menyia-nyiakan agama-, tapi masih berhukum dengan syariat Allah. Karena Salafush Shalih tidak mengenal suatu keamiran (kepemimpinan) yang tidak menjaga agama, maka ini menurut pandangan mereka tidak disebut keamiran. Akan tetapi yang dinamakan keamiran itu adalah yang menegakkan agama. Kemudian setelah itu terjadi keamiran yang baik atau keamiran yang fajir. Imam Ali radliyallahu 'anhu berkata, "Manusia harus memiliki pemimpin, yang baik maupun jahat." Mereka berkata, "Wahai Amirul Mukminin, yang baik kami telah tahu, tapi bagaimana dengan yang jahat?" Beliau menjawab, "(Dengannya) hudud bisa ditegakkan, jalan-jalan menjadi aman, musuh bisa diperangi, dan fa'i bisa dibagi." (Dari Kitab Minhajus Sunnah, Ibnu Taimiyah: I/146, dinukil dari Al-Wajiz, Abdullah bin Abdul Hamid al-Atsari: 194-195)
Jihad Tanpa Intruksi Amirul Mukminin Tidak Haram
Dalam pertemuan singkat antara Ustad Abu Bakar Ba'asyir dengan Nasir Abbas, Abdurrahman Al-Ayyubi, dan seorang teman kedunya, Ustadz Abu menyampaikan munculnya penghianat perjuangan Islam dari dalam diri umat Islam yang disebut "Salafi Dakhili".
“Dulu waktu saya masih di Malaysia, saya pernah disampaikan oleh ulama dari Thailand. Bahwa hati-hati kepada orang-orang salafi. Kalau kami (Ulama Thailand tersebut) menamakan mereka Salafi Dakhili. Karena mereka bentukan intern kerajaan Arab Saudi. Setelah saya pulang ke Indonesia saya melihat dan menemukan orang-orang Salafi Dakhili tersebut. Dan saya menyimpulkan bahwa paling sedikit ada dua tujuan Salafi Dakhili tersebut yaitu: Satu, menentang jihad dengan alasan tidak boleh jihad sebelum ada khilafah. Kedua, membantu toghut dengan alasan negara Islam itu adalah negara yang mayoritas penduduknya orang Islam di dalamnya masih terdengar suara azan," kata kiyai pendiri Pesantren Al-Mukmin, Surakarta kepada kedua mantan mujahid.
Menarik sekali penjelasan Ustad Abu di atas, para "Salafi" menentang jihad dengan alasan tidak boleh jihad sebelum ada khilafah. Dan sebagaimana pernyataan Abdurrahman Al-Ayyubi di atas, " . . . dan jihad itu diperbolehkan kalau amirnya memerintahkan untuk berjihad (maksudnya amir: SBY).”
Konsep jihad semacam ini tidak dikenal oleh para ulama salaf. Kami belum pernah mendapatkan pendapat ulama salaf, bahwa syarat sah jihad harus berada di bawah komando amirul mukminin. Padahal saat sekarang tidak ditemukan pemimpin muslim yang benar-benar menjadikan syariat Islam sebagai Undang-undang negaranya. Ini adalah kesimpulan orang-orang akhir zaman yang mengaku sebagai pengikut ulama salaf, (Salafi). Tidaklah mesti setiap apa yang mereka simpulkan itu sesuai dengan pemahaman ulama salaf. Dan mereka juga tidak boleh menjadikan setiap kesimpulan mereka sebagai pendapat ulama salaf.
Konsep jihad yang tidak boleh ditegakkan kecuali dengan keberadaan amirul mukminin atau imam besar kaum muslimin adalah konsep jihad kaum Syi'ah. Dalam prinsip ajaran Syi'ah, tidak wajib shalat Jum'at dan tidak boleh ditegakkan jihad kecuali dengan adanya Imam. Dan sampai sekarang imam mereka yang ditunggu-tunggu kedatangannya tak juga keluar-keluar. Dan ini merugikan perjuangan Syi'ah sendiri. Maka berijtihadlah beberapa ulama dari mereka yang kemudian lahirlah konsep wilayatul faqih, sosok ulama yang memiliki wewenang sebagaimana wewenangnya imam. Sehingga dengan keputusannya, jihad boleh ditegakkan.
Tersebut dalam Tahdzib Kitab Mashari' al-'Usyaq Fi Fadhail al-Jihad, milik Imam Ahmad bin Ibrahim bin al-Nahhas al-Dimasyqi al-Dimyathi (Syahid tahun 814 H), pada pasal "Fiima Laa Budda li Al-Mujahid min Ma'rifatihi min al-ahkam" (Hukum-hukum yang wajib diketahui oleh mujahid),
"Jihad tanpa izin Imam atau wakilnya adalah makruh (dibenci), tetapi tidak sampai haram. Dan dikecualikan beberapa kondisi berikut dari kemakruhannya:  . . .
Kedua, Apabila imam meniadakan jihad, lalu dia dan pasukannya sibuk mengurusi dunia, yang merupakan fenomena di era ini dan di beberapa negeri, maka tidak dimakruhkan berjihad tanpa izin imam. Karena imam meniadakan jihad, sementara mujahidin menegakkan kewajiban yang ditiadakan."
Ketiga, Apabila orang yg ingin berjhad tidak mampu meminta izin, karena ia tahu jika meminta izin maka tidak akan diizinkan.(Mughni al-Muhtaj: 4/330)
Ibnu Qudamah berkata,
فإن عدم الإمام لم يؤخر الجهاد لأن مصلحته تفوت بتأخيره وإن حصلت غنيمة قسمها أهلها على موجب أحكام الشرع
"Sesungguhnya tidak adanya imam tidak diakhirkan jihad, karena kemashlahatan jihad akan hilang dengan mengakhirkannya. Jika diperoleh ghanimah maka pemiliknya membaginya sesuai dengan ketentuan hukum syar'i." (al-Mughni: 10/374)
Penutup
Sesungguhnya faham para ulama salaf (generasi sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan dua generasi setelahnya) adalah pemahaman yang lurus dan paling selamat. Setiap muslim hendaknya memahami Islam sesuai dengan apa yang telah pahami dengan baik dan mereka amalkan dalam kehidupan. Namun, perlu jujur dalam mengikuti faham mereka tersebut. Tidak boleh kita curang, mengatasnamakan kepada mereka setiap apa yang kita simpulkan. Sehingga ini akan menyebabkan kekacauan dalam kehidupan ber-Islam kaum muslimin yang jauh dari kemuliaan. Salah satu tema yang dinisbatkan kepada ulama salaf adalah urusan jihad yang wajib dibawah kepemimpinan amirul mukminin (imam). Padahal tidak ada keterangan dari mereka yang demikian. Bahkan kesimpulan tersebut bertentangan dengan nash-nash syar'i yang qath'i dan Ushul Syar'iyyah dan kaidah-kaidah fiqih, demikian ditulis oleh Hakim al-Mathiri, Syubhah; Laa Jihaada Illa Bi Wujudi Imam wa Raayah, dari situs Mimbar Tauhid wa al-Jihad. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]



Oleh: Badrul Tamam          
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Konspirasi musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin akan terus berlanjut. Segala daya dan upaya dikerahkan untuk memerangi umat Islam. Tidak ada barang sesaat mereka berhenti. Hal ini sebagaimana yang dikabarkan Allah Ta'ala dalam firman-Nya,
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217),
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna kalimat sebelumnya, "Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh," Yakni: Sungguh mereka menimpakan fitnah kepada seorang muslim dalam agamanya sehingga memurtadkan mereka kepada kekafiran setelah beriman, maka itu lebih besar di sisi Allah daripada membunuh." Kemudian beliau menyebutkan: "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." Maksunya: Kemudian mereka melakukan yang lebih buruk dan besar dosanya, mereka tidak bertaubat dan tidak pula berhenti."
Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di berkata tentang tafsir ayat di atas, "Kemudian Allah Ta'ala mengabarkan bahwa mereka akan terus memerangi kaum mukminin. Misi mereka bukan untuk mengambil harta kaum mukminin dan membunuh mereka. Sesungguhnya misi mereka adalah untuk mengeluarkan kaum mukminin dari agama mereka lalu menjadi kafir sesudah beriman sehingga mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka akan mengerahkan kemampuan mereka untuk semua itu, melakukan apa yang bisa dilakukan, "dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai"."
Beliau melanjutkan, "Sifat ini berlaku umum bagi setiap orang kafir, mereka tidak henti-hentinya memerangi golongan di luar mereka sehingga memurtadkan dari agama mereka. Khususnya Ahli kitab  dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang telah mendirikan organisasi-organisasi, menyebar misionaris, menempatkan para dokter, mendirikan sekolahan-sekolahan untuk menarik umat kepada agama mereka, membuat berbagai propaganda untuk menanamkan keraguan dalam diri mereka akan kebenaran agama mereka (Islam)."
Jika demikian halnya, maka bagaimana jika semangat jihad meredup sementara semangat permusuhan kafirin terus berlanjut?
. . . musuh-musuh Islam juga akan memanfaatkan media untuk menyerang Islam, termasuk di dalamnya kegiatan jurnalistik.
Oleh sebab itu, para Ansharullah dan mujahidin harus pula mahir dalam bidang ini untuk menangkal dan menghadapi konspirasi mereka. . .
Allah mengabarkan konspirasi lain dari kaum kuffar, mereka terus bekerja menghalangi dari jalan Allah dan membikin gerakan menyimpang dari Islam. Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?" Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Ali Imran: 99-100) Karenanya,  semangat tidak boleh pudar, harus terus terjaga. Jika tidak mampu atau belum tepat waktu menyempurnakan jihad secara langsung sesuai tuntutan Syariat, maka kita harus terus menjaga ruh jihad.
Berbagai jalan akan ditempuh musuh-musuh Islam untuk menghancurkan agama Allah. Berbagai tipu daya akan dilakukan untuk memadamkan cahayanya. Salah satunya yang disebutkan Al-Qur'an adalah dengan mulut mereka, contohnya melalui corong-corong media. Maka sesuatu yang wajb kita sadari bahwa musuh-musuh Islam juga akan memanfaatkan media untuk menyerang Islam, termasuk di dalamnya kegiatan jurnalistik. Oleh sebab itu, para Ansharullah dan mujahidin harus pula mahir dalam bidang ini untuk menangkal dan menghadapi konspirasi mereka.
Allah Ta'ala berfirman,
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ   
"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (QS. Al-Taubah: 32)
Ayat lain yang menguatkan hal ini,
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
"Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan." (QS. Ali Imran: 186)
Jika kita perhatikan, kebanyakan media di zaman sekarang dikuasi oleh orang-orang kafir dan pendukungnya dari kalangan munafikin. Maka wajar jika sekarang kita saksikan mayoritas media massa berisi kebencian terhadap Islam, menghina ajaran Islam, memojokkan kaum muslimin, mengidentikan jihad dengan teror, menyematkan gelar-gelar jahat kepada aktifis jihad, dan semisalnya. Dan lebih miris lagi masyarakat muslim dicekokin atau digiring pada kesimpulan miring tentang Islam lalu mereka menerima mentah-mentah tanpa melakukan crosscek. Maka sungguh berjuang di zaman ini sangat-sangat membutuhkan kesabaran dan ketakwaan yang tinggi, "Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan."
Kebencian kafir melaui media massa juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta'ala, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi." (QS. Ali Imran: 118).
Seharusnya, jika mampu, kita wajib melawan berbagai konspirasi tersebut, dan menghancurkannya. Namun apa daya, umat dalam kondisi lemah. Mujahidin hanya memiliki kemampuan terbatas dalam bidang media massa ini. Kesabaran terus ditingkatkan, di antaranya terus menjaga ruh berjihad melalui media.
. . . Mujahidin hanya memiliki kemampuan terbatas dalam bidang media massa ini. Kesabaran terus ditingkatkan, di antaranya terus menjaga ruh berjihad melalui media. . .
Tips Menjaga Semangat Jihad
Merubah mindset tentang dunia dan akhirat; menjadikan akhirat sebagai kehidupan sesungguhnya. Dunia hanya menyertainya saja, tidak boleh menjadi tujuan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada para sahabatnya saat menggali parit pada perang Ahzab,
اللهم إن العيش عيش الآخره . فاغفر للأنصار والمهاجره
"Ya Allah, sesungghnya kehidupan itu adalah kehidupan akhirat. Maka berilah ampunan untuk kaum Anshar dan Muhajirin." (HR. Al-Bukhari) Maknanya: Ya Allah sesungguhnya kehidupan yang kami cari dan abadi adalah kehidupan akhirat.
. . . Karena orientasi duniawi akan melemahkan semangat jihad. . .
Kenapa kita harus meluruskan mindset ini? Karena orientasi duniawi akan melemahkan semangat jihad. Perlu kita ingat, jika kita mendapatkan kenikmatan dunia atau sengsara itu hanya sekitar 60 -70 tahun saja, sedikit yang melewatinya. Namun jika salah mengkalkulasi kehidupan akhirat, maka kerugiannya dahsyat, 1 hari di akhriat seperti 50 ribu tahun di dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]



Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi yang menjadi rahmat bagi semesta alam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allah menjadikan jihad Fi Sabilillah dengan harta dan jiwa sebagai harga yang pantas untuk memperoleh surga. Karena tidak ada amal yang lebih membutuhkan kesungguhan dan pengorbanan besar melebihi jihad. Di mana seorang mujahid menyerahkan nyawa dan hartanya demi tingginya kalimat Allah dan tegak agama-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 111)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ () تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ () يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ () وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Shaff: 10-13)
Menjawab pertanyaan Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu perihal amal yang memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyampaikan kepadanya puncak amal Islam, yakni jihad fi sabilillah.
رَأسُ الأمْرِ الإسلامُ ، وعَمُودُه الصَّلاةُ ، وذِرْوَةُ سَنامِهِ الجهاد
"Pokok urusan adalah Islam, tiangnya itu shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad." (HR. Al-Tirmidzi)
Dalam redaksi lainnya, Muadz bin Jabal mengatakan, "Kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Tabuk, lalu beliau bersabda: "Jika kamu mau akan kuberitahukan kepadamu tentang pokok urusan, tiangnya, dan puncaknya?" Aku menjawab, "Tentu saja mau wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Adapun pokok urusan adalah Islam. Sementara tiangnya adalah shalah. Sedangkan puncaknya adalah jihad."
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan Islam dengan seekor unta. Karena unta merupakan kendaraan yang bisa menghantarkan seseorang ke tempat yang dikehendakinya. Begitu juga Islam, ia menghantarkan seorang muslim dalam perjalanan duniawi kepada tempat yang terindah yang ditujunya, yakni surga. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kepala unta dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan hampir setiap orang memungkinkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagaimana seseorang bisa mencapai kepala unta dengan memegang atau melihatnya. Hal ini berbeda dengan jihad yang diserupakan dengan punuk unta, bagian tertinggi darinya. Tidak setiap orang bisa sampai kepadanya kecuali orang yang tinggi. Begitu juga jihad tidak direngkuh kecuali oleh orang mukmin yang utama.
Makna lain diserupakannya jihad dengan punuk unta, karena ia adalah bagian tertinggi dari unta. Tak ada anggota badan unta yang sepadan tingginya dengan punuknya. Begitu juga jihad, tak ada amal dalam Islam yang sepadan dengannya.
Bisa juga dipahami, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan jihad dengan punuk unta karena siapa yang sampai di atas punuk unta maka ia telah menguasai seluruh anggota tubuh unta tersebut dan mengendalikannya. Begitu juga jihad, siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya. Sehingga tepatlah jawaban Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada seseorang yang bertanya kepadanya perihal amal yang bisa menandingi jihad, "Aku tidak mendapatkannya."
Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku satu amal yang menyamai jihad?’ Beliau menjawab, ‘Aku tidak mendapatkannya.’ Beliau bersabda lagi, ‘Apakah kamu sanggup, apabila seorang mujahid keluar lalu kamu masuk ke dalam masjidmu kemudian kamu shalat tanpa berhenti dan berpuasa tanpa berbuka?! Ia menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu wahai Rasulallah?’" (HR. al-Bukhari)
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Wahai Rasulullah, Amalan apakah yang (pahalanya) sebanding dengan Jihad fi Sabilillah?” beliau menjawab, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Mereka (para sahabat) mengulangi pertanyaan tersebut dua atau tiga kali, dan  jawaban beliau atas setiap pertanyaan itu sama, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya." Kemudian setelah yang ketiga beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللَّهِ لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى
"Perumpamaan seorang mujahid Fi Sabilillah adalah seperti orang yang berpuasa yang  mendirikan shalat lagi lama membaca ayat-ayat Allah. Dan dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya, sehingga seorang mujahid fi sabilillah Ta’ala pulang." (Muttafaq 'Alaih)
. . . Siapa yang telah Allah karuniakan kesempatan berjihad, seolah, Allah telah memberikan kepadanya semua keutamaan yang ada dalam Islam. Hal ini dikarenakan seorang mujahid tetap diberi pahala jihad dalam tidurnya, perjalannya, capek dan lelahnya, lapar dan hasunya, dan pahala dalam setiap gerakannya.
Subhanallah!! Para sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang suatu amal yang bisa menyamai/menyerupai jihad dalam pahalanya. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, bahwa kalian tak akan sanggup mengerjakan amal yang menyamai jihad. Merasa tidak puas, mereka mengulangi pertanyaan tadi. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab dengan jawaban yang sama. Lalu beliau menerangkan alasannya, bahwa perumpamaan seseorang yang sedang berjihad itu seperti orang yang beribadah kepada Allah; ia puasa di siang harinya dan tak pernah berbuka, berdiri shalat pada malam harinya tanpa capek dan melemah. Sehingga dari sini para sahabat Radhiyallahu 'Anhum tahu, kenapa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada mereka: "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnu al-Hajar rahimahullah berkata dalam mengomentari hadits di atas, "Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisi orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang tak berhenti barang sesaat dari beribadah sehingga pahalanya terus mengalir. Begitu juga seorang mujahid tidak menyia-nyiakan dari waktunya tanpa pahala." (Dinukil dari Fath al-Baari)
Imam al-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Muslim berkata, "Makna al-Qanith di sini adalah al-Muthi' (orang yang taat). Dan dalam hadits ini diterangkan agungnya keutamaan jihad. Karena shalat, puasa, dan membaca ayat-ayat Allah adalah amal-amal yang paling utama. Dan beliau menjadikan seorang mujahid seperti orang yang tak terputus sebentar saja dari semua itu. Dan sudah maklum, tak seorangpun yang mampu melakukannya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Kalian tidak akan sanggup mengerjakannya."
Ibnul Hajar rahimahullah berkata lagi, "Ini merupakan keutamaan nyata bagi seorang mujahid Fi Sabilillah yang menuntut tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad." (Fathul Baari: 6/7)
Al-Qadhi 'Iyadh rahimahullah berkata: hadits bab ini menerangkan keagungan urusan jihad, karena puasa dan selainnya yang telah disebutkan sebagai bagian dari Fadhail A'mal telah disamai oleh jihad sehingga semua keadaan seorang mujahid dan aktifitasnya yang mubah menyamai pahala orang yang semangat dalam shalat dan lainnya. Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Laa Tastathii'u Dzalika (kalian tidak akan sanggup mengerjakannya)." (Dinukil adri Fath al-Baari: VI/5)
. . . tidak ada sesuatu dari amal-amal (dalam Islam) yang menandingi jihad . . .
Bagaimana keutamaan ini tidak direngkuh oleh mujahid, padahal Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyerupakan kondisinya sepertri orang yang berpuasa dan berdiri shalat yang setiap saat mengalir pahalanya dalam setiap gerakan dan diamnya. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

Artikel di bawah ini merupakan hasil terjemahan dari dokumen di Internet yang diedarkan oleh Al Malahem Media, sebuah sayap media Al Qaidah di Semenanjung Arab.
Artikel ini berisi kata pengantar dari pengelola Al Malahem dan dari seorang Mujahid asal Amerika yang menyeberang ke Yaman. Namanya Samir Khan.
Dokumen ini banyak dimuat di berbagai media Barat, dan menjadi perbincangan hangat di Twitter oleh para pengamat "Terorisme".

KATA PENGANTAR

Impian setiap Muslim adalah untuk bisa bergabung di garis depan medan Jihad. Setiap orang memiliki gambaran sendiri mengenai bagaimana kehidupan di medan Jihad. Gambarannya boleh jadi berbeda bagi satu Muslim dengan yang lainnya, namun gambaran itu tidak akan terlalu jauh berbeda bila dia telah terjun ke dalam kancah Jihad yang sebenarnya. Penulis dokumen ini benar-benar telah bergabung dalam Jihad, ada beberapa hal dalam dokumen ini yang tidak diungkapkan dengan cara tertentu jika penulisnya bukan berasal dari Barat.
Penulis ingin berbagi dengan saudara Muslim lainnya tentang sebuah pengalaman hidup seorang Mujahid di abad ke-21. Saat ini, intensitas perang pemikiran yang menyerang aqidah ummat telah mencapai kondisi kritis, dimana sebagian besar kaum Muslimin tidak mampu dan mau menghargai orang-orang yang berjuang membela prinsip dan kehormatan Islam dan umat Islam.
Dokumen ini menjadi bacaan wajib bagi kaum Muslimin dari Barat, sebab dokumen ini memuat informasi yang sangat berharga untuk memberi pemahaman yang sesuai akan pentingnya peran mereka di medan perang dan memberikan pandangan yang tepat sebagai acuan langkah berikutnya yang akan mereka pilih.
Di Semenanjung Arab, kondisi dan kebiasaan Mujahidin sedikit berbeda dengan apa yang dijelaskan dalam dokumen ini. Hal ini dikarenakan Mujahidin sedang memasuki kota Abyan saat ini, dimana Mujahidin berusaha untuk mengatur kehidupan kaum Muslimin setelah berhasil menerapkan syariat Allah di sebagian wilayah dan propinsi lainnya yang mulai dikuasai – Alhamdulillah Segala puji bagi Allah.
Samir Khan – penulis dokumen ini, telah syahid bersama Syeikh Anwar al-Awlaky yang menjadi sasaran pembunuhan oleh pesawat drone Amerika pada tanggal 30 September 2011. Kami memohon kepada Allah mudah-mudahan Allah menerima semua amal shalih mereka dan buah karyanya bermanfaat bagi ummat.
Al Malahem Media, Musim Semi 2012 M/1433 H

FULL EXPECTATION/SEPENUH HARAPAN
PENDAHULUAN:

Hidup di tengah-tengah para pahlawan Islam di Semenanjung Arab membuatku memahami bagaimana perang gerilya yang dilakukan oleh para Mujahidin. Sebelum benar-benar bergabung dengan perjalanan Jihad ini, aku selalu beranggapan bahwa sebagian besar waktu akan dihabiskan untuk berperang baik perang langsung maupun tidak langsung.
Kenyataan di lapangan tidak selalu demikian. Aku menyadari bahwa hidup bersama Mujahidin merupakan transformasi hidup dan kebiasaan seseorang menuju sesuatu yang selalu mendekat kepada ridho Allah. Dalam catatan yang aku tulis ini, aku hendak berbagi semua pengalaman indah itu.
Samir Z. Khan
KEBERSIHAN
Menjaga kebersihan sepanjang karir jihadi anda bukan dilihat dari banyaknya masalah yang mungkin muncul. Dalam beberapa kondisi mengharuskan anda tinggal di sebuah ruangan atau rumah yang sempit bersama dengan beberapa ikhwan. Untuk menghindari masalah, anda harus berinisiatif untuk membersihkan ruangan dengan teratur secara bergiliran dengan ikhwan lainnya.
Dalam kondisi ideal, terkadang memungkinkan untuk melakukan mandi sehari sekali, namun sering kali hal itu tidak mungkin dilakukan. Cadangan air menjadi satu kendala tersendiri di suatu tempat anda tinggal sementara. Oleh karena itu, anda harus lebih mengutamakan kepentingan sesama daripada diri sendiri. Gunakan air sehemat mungkin.

SELALU BERPINDAH TEMPAT

Sebagian besar waktu akan dihabiskan dalam perjalanan berpindah dari satu markas ke markas lain. Markas tersebar di seluruh wilayah. Beberapa aturan di sebagian besar markas adalah tidak mengijinkan perjalanan ke luar area markas, berbicara dengan suara pelan, menghentikan tembakan, dan tanpa telepon selular. Bahkan dalam beberapa kasus, semua peralatan listrik pun dilarang.
Perjalanan semacam ini dilakukan dalam kelompok kecil Mujahidin, dan ada kalanya dilakukan dengan jumlah yang besar. Saat tinggal di markas, manfaatkanlah waktu anda dengan sebaik-baiknya. Waktu cepat berlalu. Bila anda dapat berbicara dengan bahasa lokal, buat diri anda bermanfaat bagi Mujahidin lainnya. Bila anda sedang tidak bertugas, maka gunakan waktu anda untuk menghafal Quran and melakukan banyak ibadah.

Lamanya tinggal di markas tidak bisa ditentukan, bisa hanya dalam beberapa jam atau bahkan berbulan-bulan. Saya sarankan anda mencoba dan berlatih dahulu di rumah anda, di rumah kawan anda, di hotel atau penginapan, di gunung atau di masjid. Tinggal dengan penduduk lokal selama sepekan atau selama waktu yang anda sanggup bersama teman-teman anda. Jangan pergunakan perangkat elektronik; bahkan telepon selular hanya boleh dipergunakan untuk kondisi darurat. Anda harus tetap bersama penduduk lokal kecuali pada saat darurat saja.
Biasakan untuk membaca buku, menghafal Quran, mengamalkannya, berdzikir lebih lama, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya bersama kelompok anda, mengerjakan shalat-shalat sunnah, memperpanjang doa, berlatih, belajar manual militer, berlatih gerakan fisik dan teknik militer lainnya, memasak, mencuci pakaian, membersihkan tempat kamu tinggal, dan tetap menjaga kebersihan. Dan juga membiasakan untuk berbicara dengan suara pelan.
Membawa ransum yang cukup, hindari makan berlebihan untuk mencegah sakit perut. Dan yang terpenting, bawa obat-obatan seperlunya seperti untuk sakit kepala, demam, flu, sakit perut dan untuk gigitan serangga.
Melakukan I’tikaf di masjid merupakan cara berlatih terbaik, namun tidak memberikan pengaruh yang besar sebab I’tikaf dilakukan hanya sedikit ikhwan di tempat khusus dimana tidak banyak orang luar datang dan pergi sehari-harinya.

Anda akan menyadari betapa pentingnya waktu luang saat anda menghamburkannya. Jadi manfaatkan waktu luang anda dengan sebaik-baiknya. Setiap hembusan nafas dalam Jihad adalah berkah dari Allah dan bukan dalam aspek yang negatif. Misalnya di Iraq, ada sekelompok Mujahidin yang tetap berada di dalam sebuah rumah selama tiga bulan tanpa melakukan pertempuran sama sekali, meski perang merupakan kejadian harian yang aktif dan berlangsung panas di sana.
Ada pula seorang ikhwan dari Afghanistan yang menceritakan bahwa dia harus tetap tinggal di sana selama satu tahun penuh dengan hanya turut sekali dalam operasi. Semua ini bukan kasus khusus, namun inilah kondisi normal.
Tidak terlibat dalam pertempuran dalam jangka waktu yang lama merupakan hal biasa yang kami lalui. Itulah mengapa saya sarankan kepada ikhwan di Barat untuk melaksanakan Jihad di dalam negerinya sebab dia lebih leluasa untuk memutuskan kapan saat bertempur dan saat diam.
Di tanah Jihad, anda akan menikmati buah kesabaran. Tujuan dari segala bentuk latihan yang anda siapkan, bukan hanya untuk menghadapi situasi di dalam markas Mujahidin, namun lebih kepada kesiapan diri kita berpisah dari kemewahan dunia –dimana kita semua mudah tergoda dengannya.


Next >>>

Artikel berikut ini merupakan kelanjutan "kisah dan pelajaran" dari mendiang Samir Khan saat dirinya terjun di medan perang di Yaman.



HIDUP DI ALAM TERBUKA

Hidup dan tinggal di alam terbuka biasanya menjadi momen yang terasa paling sulit. Di beberapa wilayah, kondisi seperti ini tidak terlalu buruk, sebab mujahidin akan mempersiapkan tenda dan beberapa kebutuhan dasar. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa semua perlengkapan tidak tersedia dan anda harus tidur di atas pasir, bebatuan ataupun rerumputan. Mereka mungkin saja tidak memiliki persediaan sleeping bag (kantung tidur) atau selimut.

Untuk masalah cuaca, anda sebaiknya melakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap kondisi negara yang hendak anda tuju, misalnya seperti apa kondisi siang dan malamnya, terutama jika di gurun, daerah pegunungan dan hutan. Anda harus siap memakai sepatu boot atau sandal gunung di alam terbuka, namun anda juga harus terbiasa untuk melepaskan sepatu setiap hari atau setidaknya tiap 3 hari sekali, dengan tujuan untuk menghindari masalah pada kaki. Seorang ikhwan di Afghanistan, dia melepaskan sepatunya tiap 3 hari sekali, akan tetapi dia tidak membasuh kakinya dengan bersih, sehingga terserang semacam penyakit di kakinya. Hal tersebut mengakibatkan dia tidak sanggup berjalan jauh. Jaga kesehatan dan kebersihan diri dan kaki anda, cucilah kaki anda dengan bersih.

“INI RAHASIA”

Salah satu pilar Jihad di era modern ini adalah Menjaga Kerahasiaan. Bila setiap anggota Jihad tidak berlatih diantara sesamanya, maka dapat merusak sebuah pergerakan. Yang dimaksud “menjaga kerahasiaan” di sini adalah menyembunyikan informasi yang bersifat personal terhadap orang lain kecuali hal-hal detail yang diperbolehkan oleh sang Amir. Sebab jika seorang Mujahid tertangkap oleh musuh, lalu diinterogasi dengan siksaan, dia bisa saja memberitahukan siapa nama anda sebenarnya dan darimana anda berasal. Sebagai contoh, jika saya seorang Inggris dengan wajah/aksen India, saya akan memberitahukan para ikhwan bahwa saya berasal dari negeri ini dan ini (bukan tempat sebenarnya). Atau jika anda memberitahukan “amniyat” yang artinya “kepercayaan yang dirahasiakan”, mereka akan mengerti bahwa hal itu adalah rahasia dan mereka tidak akan pernah menanyakannya lagi. Namun bukan berarti anda bersikap seperti robot dan tidak merespon ikhwan yang berbicara dengan anda. Yang perlu anda lakukan adalah berhati-hati dalam berbicara dan merespon pertanyaan orang lain.

Sebagai tambahan, ada beberapa pertanyaan khusus yang patut anda hindari. Beberapa diantaranya seperti, “Darimana anda berasal”, “Berapa lama anda telah turut di medan Jihad”, “Dimana saja anda telah menginap”, “Kapan saatnya keluar untuk operasi (Jihad)” dan “Kapan kita saatnya keluar dari markas ini”. Semua ini untuk mencegah semaksimal mungkin adanya mata-mata yang berusaha menggali informasi tersebut. Jika anda banyak bertanya dengan pertanyaan semacam itu, maka Mujahidin dan para pemimpin makin mencurigai anda sebagai mata-mata dan menempatkan anda dalam daftar hitam, lalu benar-benar memantau gerak-gerik anda dengan cermat.

MENGAPA TIDAK DI BARAT?

Jika anda berasal dari Barat, terutama Amerika, para pemimpin Jihad atau siapapun yang mengetahui darimana anda berasal, tentu mereka akan menanyakan mengapa anda tidak berjihad di dalam negeri anda sendiri? Jika anda menjawab, “karena hendak menolong Mujahidin,” mereka akan berkata bahwa menyerang musuh di dalam negeri sendiri merupakan salah satu cara terbaik untuk menolong Jihad. Mereka tentu tidak akan memaksa anda untuk kembali pulang, namun mereka akan membiarkan anda untuk memilih seandainya anda berubah pikiran dan memutuskan untuk menyerang musuh di dalam negeri sendiri.

Saya sangat merekomendasikan semua saudara ikhwan/akhwat yang berasal dari Barat mau mempertimbangkan untuk menyerang Amerika dari dalam negerinya sendiri. Pengaruhnya akan lebih besar sebab akan mempermalukan musuh, dan serangan individu dalam negerinya sendiri lebih sulit untuk dibasmi.

AREA BOMBARDIR

Menghadapi situasi bombardir dari musuh bukanlah hal yang baru. Mujahidin Afghanistan menghadapi ancaman tersebut setiap hari, demikian pula di negara-negara lainnya. Saat menghadapi untuk pertama kalinya, akan menjadi satu pengalaman yang bisa mengubah (orientasi) hidup anda. Wajar, jika manusia terguncang menghadapi misil-misil yang dilontarkan dari jet, helikopter, pesawat mata-mata, kapal perang dan whatnot. Mempergunakan pesawat mata-mata (tanpa awak) untuk berputar-putar dan memantau di atas lokasi persembunyian kita selama beberapa waktu tertentu, merupakan salah satu cara musuh untuk melengahkan Mujahidin. Suaranya yang sangat dekat dan berdengung seperti lebah sangatlah menganggu. Jika pihak musuh memperoleh informasi intelijen yang cukup mengenai kondisi geografi dan demografi, kemudian mereka akan menyerang dengan berbagai jenis misil. Setelah penyerangan yang membabi-buta, musuh akan kembali menurunkan pesawat mata-mata untuk memantau jika masih ada objek yang bergerak di wilayah tersebut, lalu akan memutuskan untuk membunuh Mujahidin yang tersisa atau tidak. Itulah strategi musuh untuk menghancurkan kita.

Ledakan yang terjadi bisa dalam berbagai ukuran. Saya pernah melihat foto-foto di Afghanistan dimana ledakan mengakibatkan lubang sedalam 5-10 meter dengan lebar 10-20 meter. Di Yaman, saya menghadapi bomb cluster. Misil-misil semacam itu dapat melubangi tanah hingga kedalaman 0.5 meter dengan lebar antara 4-5 kaki. Setelah serangan misil berhenti dan kita diperintahkan untuk meninggalkan area, maka berhati-hatilah dalam melangkah sebab bom cluster banyak meninggalkan granat yang tersebar di seluruh area. Yang sangat mengejutkan adalah dentuman ledakannya, karena memang ditujukan untuk memberikan kejutan sekaligus ledakan akhir yang mematikan. Anda harus menutup telinga anda untuk menghindari masalah dengan pendengaran anda selanjutnya.

Selama terjadi ledakan, anda harus memperbanyak dzikir dan doa. Selalu ulangi kalimat thayyibah (berdzikir) dalam hati anda. Jika anda merasa ketakutan, fikirkan tentang surga; tutup mata anda dan bayangkan anda di dalam surga, memasuki gerbang yang megah. Bayangkan sekilas bahwa anda sedang berada dalam istana yang indah dimana mengalir sunga-sungai –sungai madu, sungai susu, sungai anggur– di bawahnya. Fikirkan bahwa bidadari sedang menunggu kedatangan anda sekaligus untuk bertemu para Nabi, Shiddiqin, Syuhada’ dan Shalihin. Bayangkan anda tersenyum dan tertawa bersama Nabi kita tercinta Muhammad shalallahu ‘alayhi wassallam. Bayangkan bertemu Allah dan menyaksikan Allah ridho dengan anda. Fikirkan tentang segala kebaikan di Surga. Saat itu juga tumbuh keinginan untuk mencapai syahid dan memohon kepada Allah untuk menerima kita sebagai syuhada. Demi Allah, ketika seseorang berada di tengah-tengah situasi bombardir musuh, itulah saat dia merasa sangat dekat dengan Rabb nya. Itulah mengapa seorang syuhada selalu tersenyum dalam wafatnya, sebab menunggu pembebasan dari kehidupan dunia menuju kenikmatan abadi di akhirat.

Untuk melindungi diri saat dibombardir musuh dan apa saja yang harus dilakukan saat-saat penyerangan, akan diajarkan saat anda bergabung dengan Mujahidin di medan Jihad yang sebenarnya.




Next >>>

Berikut ini rangkaian artikel terakhir dari kisah Samir Z Khan di belantara jihad Yaman. Selamat membaca.

SAAT TERLUKA

Terluka merupakan hal yang biasa dan wajar dalam Jihad, baik luka ringan ataupun parah. Bahkan ada beberapa ikhwan yang telah turut berjihad selama bertahun-tahun, tapi belum pernah mengalami terluka sama sekali. Terkadang terluka tidak ada hubungannya dengan musuh; bisa dikarenakan terjatuh hingga terluka, digigit binatang, atau terluka akibat benda tajam. Maka bersabarlah bila terluka dalam jihad. Boleh jadi melalui ujian kepedihan tersebut, Allah akan mengambil jiwa anda dan menggantikannya dengan syahadah. Bila Allah belum mengambil jiwa anda, maka Allah berkehendak mengampuni semua dosa-dosa dan memberikan anda pahala yang besar. Ingatlah bahwa meski anda terluka bukan karena pertempuran, namun luka anda adalah luka akibat jihad. Pada kenyataannya, anda berada dalam Jihad 24 jam sehari dan 7 hari sepekan hingga anda wafat atau keluar dari medan Jihad. Jadi mengalami cedera atau terluka merupakan salah satu jalan kepada ampunan dan pahala dari Allah bila anda tetap bersabar, insya Allah.

Obati luka anda dengan baik dan jangan pernah membiarkan luka dalam keadaan terbuka sebab dapat menyebabkan infeksi dan dapat bertambah parah. Alhamdulillah, Mujahidin memiliki sejumlah ikhwan yang sangat terlatih dan berbakat dalam pengobatan medis dan perawatan luka. Jadi jangan kahwatir dan selalu yakinlah kepada Allah. Saya sarankan anda untuk membawa beberapa perban di saku anda, berikut perlengkapan lainnya yang anda anggap penting dan ringan.


KHIDMAH

Khidmah berarti pelayanan. Saat anda bersama Mujahidin di dalam markas, perhatikanlah bahwa setiap orang berusaha melakukan apapun untuk melayani saudaranya dalam lingkup besar ataupun kecil. Anda tidak akan pernah menemukan kerumunan orang yang bermalas-malasan atau menghabiskan waktunya tanpa manfaat. Justru mereka memanfaatkan waktunya semaksimal mungkin. Seperti misalnya, bila anda melihat botol minum kosong, jangan menunggu hingga seseorang meminta tolong pada anda untuk mengisinya; berdiri dan lakukan untuk mereka, dengan niat mencari ridho Allah. Jangan mencari penghargaan dari mereka, namun capailah ridho Allah. Anda akan temukan bahwa Mujahidin merupakan orang yang penuh pengorbanan; ketika saudaranya merasa haus, dia bukannya lebih dulu minum namun mempersilakan saudaranya yang haus untuk meminumnya. Saat semua orang sudah minum, barulah dia yang terakhir meminumnya. Hal ini adalah kondisi normal di antara Mujahidin. Masya Allah, ada seorang ikhwan yang kami sebut “Chai Man” sebab beliau senantiasa menawarkan kami Chai meskipun beliau sedang berpuasa. Chai buatannya sangat enak. Para ikhwan lainnya bahkan tidak pernah memintanya, namun para ikhwan senantiasa tanpa disengaja mendapati Chai telah siap dan gelas-gelas dalam keadaan bersih. Beliau senantiasa dengan senang hati melayani saudaranya sesama Mujahidin dengan tulus.

Jangan pernah berfikir sekejap pun bahwa anda orang asing atau tamu dari Mujahidin, sehingga membatasi diri untuk membantu sesama ikhwan. Anda sebaiknya bersikap untuk selalu menawarkan diri untuk membantu mereka, baik dalam mempersiapkan makanan, minuman, menggali, membersihkan, memperbaiki sesuatu dan sebagainya.


Kamp Pelatihan

Kamp pelatihan di Al Qaidah tidak ada yang mudah, bahkan bagi yang telah berpengalaman sekalipun, sebab membutuhkan setangki penuh kesabaran dan stamina. Di Al Qaidah, kami tidak peduli akan ukuran otot, kecepatan lari, kekuatan lengan dan lainnya; hal-hal semacam ini bisa dilatih. Namun kami memberikan fokus khusus pada bagaimana mengalahkan musuh dalam kesabaran dan jangka panjang. Jadi bukan tergantung pada siapa yang paling cepat larinya, tetapi siapa yang sanggup berlari pelan selama berkilo-kilometer lengkap dengan segala perlengkapan. Bukan tergantung pada siapa yang paling cepat menghafal pengajaran militer, tetapi siapa yang bisa memahaminya dengan benar dan memberikan kemungkinan-kemungkinan solusi yang lebih baik.

Jihad masa kini sangat membutuhkan kecerdasan, kesabaran, stamina, dan iman serta keyakinan yang kuat kepada Allah. Ini bukan sekedar menyerbu ke markas musuh dan menguasainya, tetapi lebih kepada apa yang bisa dilakukan untuk jangka panjang dan membangunnya. Instruktur kami berusaha melatih teknik dan strategi yang paling benar dan penuh manfaat, serta membentuk pejuang menjadi manusia yang kuat dan tahan uji.

Latihan fisik terdiri atas push-up, sit-up, dan latihan gerakan dasar lainnya setiap hari. Ada pula berbagai latihan aral rintang yang unik dan berbeda-beda yang dirancang Mujahidin untuk mendalami bagaimana keadaan yang paling mendekati seperti kondisi saat operasi berlangsung. Lalu ada pelatihan khusus untuk membangun kekuatan alami dalam tubuh. Contohnya, di Kamp Pelatihan Al-Farooq di Afghanistan, para pelatih menyuruh Mujahidin berjalan dengan kaki telanjang ke pegunungan, melatih kaki untuk melangkah pada tongkat, semak berduri, lumpur, bahkan batu karang yang tajam. Banyak Mujahidin yang kembali dengan kaki berdarah-darah. Semua ini bertujuan untuk membentuk kekuatan alami pada kaki mereka, melatihnya keras dan kuat, sebab ada beberapa situasi dimana Mujahid membebaskan diri dari penjara dan tidak ada sepatu untuk berlari; atau kondisi dimana mereka kehilangan sepatu di suatu tempat dan mengharuskan berjalan kaki di daerah pegunungan.

Para pelatih juga menjelaskan perang gerilya; bagaimana sejarah dan pentingnya perang gerilya, strategi dan lain-lain yang diambil baik dari buku-buku Jihadi maupun karya non-Jihadi. Singkatnya, persiapkan kondisi terburuk, namun berharaplah yang terbaik.


Membawa Keluarga

Bila anda ingin membawa serta keluarga anda dalam Jihad, bisa atau tidaknya tergantung pada kondisi logistik Mujahidin. Misalnya di Yaman, hampir mustahil untuk membawa keluarga tinggal di lingkungan Mujahidin. Di wilayah lain, mungkin hal ini tidak masalah. Bila anda telah mengetahui bahwa kondisinya sulit untuk membawa keluarga, maka anda bisa menempatkan keluarga anda di kota besar terdekat yang aman dan dalam perlindungan kerabat. Anda tidak boleh mengambil resiko bila keluarga anda tertangkap oleh para murtadin dan menyaksikan mereka disiksa atau diperkosa untuk memaksa anda membocorkan informasi mengenai anda ataupun Mujahidin.


POLITIK DALAM NEGERI

Anda musti memperhatikan mengenai keadaan buruk dari kondisi politik dalam negeri yang akan anda tuju. Disamping itu, anda harus waspada dengan tekanan ataupun penindasan dari pemerintah atau tekanan luar di masyarakat, anda harus berhati-hati dengan segala bentuk tujuan, aktifitas dan gerakan mereka. Di Yaman misalnya, kami bertempur dengan Syiah Houti dan pemerintah Saudi di wilayah Utara, dan dengan sekte komunis Hirak di wilayah Selatan. Anda juga harus pandai bersikap bijak untuk menghindari kecurigaan masyarakat awam. Semua kebiasaan masyarakat setempat bisa anda mengerti bila anda rajin mengikuti dan memperhatikan perkembangan berita media di negara tersebut.


Pemerintah Saudi dan Yaman Menggunakan JIN untuk Menyerang Mujahidin

Sebelum saya turut berjihad, saya tahu betul akan pentingnya dzikir pagi dan petang namun tidak yang berkaitan denga pengalaman. Di hari pertama saya bertemu mujahidin, sebelum matahari tenggelam, seorang mujahid mengingatkan aku untuk melakukan dzikir petang, lalu dia menjelaskan pemerintahan Arab Saudi yang kufur memiliki beberapa utusan yang bekerja sama dengan jin jahat untuk memata-matai dan memberitahukan posisi Mujahidin. Saya sangat terkejut dan sulit mempercayainya. Kemudian Mujahidin lainnya mengkonfirmasi hal yang sama, termasuk beberapa shuyukh, fenomena yang sama yang dilakukan oleh pemerintah Yaman yang kufur. Mereka menggunakan sihir untuk bertempur melawan Mujahidin. Namun bagaimanapun, Allah Maha Kuasa, ada banyak jin sholih yang melindungi dan membantu Mujahidin. Ini berkaitan dengan alam ghaib yang tidak terlihat, dan Allah lebih mengetahui hal yang ghaib.

Oleh karena itu, anda harus menghafal dan secara rutin mengerjakan dzikir pagi dan petang setiap hari, tidak boleh ada alasan untuk meninggalkannya barang sehari pun. Anda harus mengerjakannya untuk melindungi diri anda dari syetan dan jin jahat yang bekerja sama dengan para syetan di antara manusia.


Selesai sudah penjelasan ringkas mengenai harapan dan segala yang anda harapkan selama berjihad. Barangkali ada beberapa hal yang tertinggal baik sengaja maupun tidak; untuk hal-hal yang sengaja kami hindari penjelasannya supaya tidak diketahui oleh para musuh. Saya tidak menulis panduan ini untuk menakuti para pembaca atau membuat mereka berpikir dua kali sebelum turun ke medan Jihad; namun tujuan saya supaya mereka lebih matang dalam mempersiapkan diri menghadapi realita di medan Jihad sehingga mereka tidak melakukan dosa besar dengan meninggalkan Jihad bila datang panggilan Jihad dari Allah. Dan sekarang anda tahu apa yang anda harapkan di lapangan, anda bisa membandingkan dengan melakukan Jihad di Barat, menimbang pro dan kontranya, lalu membuat keputusan terbaik untuk diri anda dalam Jihad fii sabilillah.

Sumber: MuslimDaily


JAKARTA (VoA-Islam) - Menjelang Natal, sudah menjadi pemandangan biasa, aktivis gereja membagi-bagi parcel, hadiah berbagai macam produk, kepada masyarakat Muslim. Masih ingat Bekasi Berbagi Bahagia (B3), ketika seorang nenek dan gadis berjilbab tanpa disadari telah dibaptis oleh panitia berkedok sosial? Bagaimana sikap kita?
Buatlah program yang sama, yang jauh lebih hebat. Lawanlah pemurtadan, dengan senjata yang sama. Ajak jalan-jalan Pemulung rekreasi ke Puncak atau Dufan, perbanyak rumah singgah. Jika mereka bikin 10, kita bikin 20 rumah singgah. Fungsinya bukan sekadar tempat berteduh, tapi sebagai bengkel karya, sanggar, rumah baca, sarana pelatihan agar hidup mandiri.
Umat Islam jangan kalah strategi. Setiap hari Ahad, pihak gereja biasa menyediakan anggaran dan kendaraan untuk mengajak anak-anak dan remaja piknik. Bukan hanya itu, gereja juga menyediakan makanan yang disukai anak-anak. Sambil piknik mereka nyanyi sama-sama: “Dalam Tuhan kita bersaudara.”
Tak dipungkiri, Bekasi adalah salah satu kawasan yang menjadi target missionaris. Kandati, banyak ustadz dan aktivis dakwah berkumpul di Bekasi sebagai front terdepan. Tapi, ironinya, gerakan pemurtadan tetap kecolongan juga. Ternyata, membendung pemurtadan, tak cukup hanya dengan Tabligh Akbar. Harus lebih peka dengan apa yang butuhkan umat.
Kemiskinan  mendekatkan diri pada kekufuran. Maka, umat harus diberi pendidikan, ekonominya ditingkatkan. “La ikra ha fiddin. Tidak ada paksaan dalam beragama. Serukan manusia ke jalan Tuhanmu dengan cara yang baik,  siapa yang disesatkan siapa yang diberi petunjuk. Dakwah harus menggunakan dengan cara yang cerdas dan thayyib:  dengan lisan, tangan dan hati. Dakwah bukan dengan kekasaran, karena akan membuat orang lain benci. Bukan kepada orangnya, tapi benci pada agama yang diajarkan.
Perlukah laskar turun untuk membendung Kristenisasi? Tetap saja perlu jika dibutuhkan, tapi harus disertai pula dengan pemberdayaan ekonomi. Lebih baik mengunci pintu masuknya. Tentu, tidak semata memperbanyak masjid, tapi perkuat akidah umat, bangkitkan  ekonomi dan status sosialnya, bina agar mandiri. Itu juga perlawanan. Bila akidah sudah kuat, ekonomi umat lebih berdaya, gerakan pemurtadan tidak akan mempan, meskipun terus diprovokasi dan diiming-imingi.
Pada akhirnya, membendung Kristenisasi dan gerakan pemurtadan, bukan hanya tanggungjawab para kristolog dan lembaga anti pemurtadan, tapi kita semua yang peduli dengan nasib umat ini. Kita punya semangat  dan potensi. Tinggal, bagaimana kita bergerak dan menyatukan langkah.
Perlu diketahui, kini banyak umat Kristiani di Eropa meninggalkan agamanya (Kristen). Banyak gereja yang dijual dan berubah fungsi menjadi masjid. Begitu juga di AS, terjadi gelombang besar-besaran, perpindahan dari Nasrani menjadi Muslim. Aneh, Islam justru berkembang pesat di Barat. Tapi, di negeri muslim, justru sebaliknya, kembali murtad dan menjadi liberal. Tentu hal ini membuat kita terheran-heran. Desastian



Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah yang menunjuki dan menyesatkan kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang diberinya petunjuk niscaya tak ada seorangpun yang mampu menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak satupun yang mampu memberi petunjuk. Ya Allah tunjukilah kami kepada jalan-Mu yang lurus.
Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang telah menyampaikan risalah, menasihati umat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenarnya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa meniti jalan hidupnya.
Kondisi umat Islam, diakui, dalam kondisi terpuruk. Negeri tempat tinggal mereka berada dibawah tekanan dan kendali bangsa-bangsa kafir, khususnya Amerika dan sekutunya. Syariat Islam yang menjadi aturan kehidupan mereka tidak boleh diterapkan. Bahkan bercita-cita tegaknya syariah saja sudah diancam. Sehingga dengan sukarela atau terpaksa kaum muslimin di atur dengan syariat dan aturan yang tidak diridhai Rabb mereka.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)

Di sisi lain dari kehidupan kaum muslimin, terdapat kelompok-kelompok yang serius dan konsisten mengembalikan kejayaan umat Islam. Mereka berjuang untuk tegaknya kepemimpinan Islam yang lepas dari tekanan bangsa kafir. Tujuannya, agar syariat Allah bisa ditegakkan. Kaum muslimin hidup mulia di bawah syariat Tuhannya.
Jalan perjuangan yang ditempuh untuk tercapainya tujuan di atas memang beragam. Namun ringkasnya, jalan dakwah -dengan bermacam bentuknya- dan jihad menjadi pilihan untuk sampainya kepada tujuan. Karena keduanya telah ditempuh teladan umat Islam, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, untuk memenangkan Islam dan meninggikan kalimatnya.
Dalam perjalanan perjuangan Islam tadi, sekarang, kaum muslimin sedang mengalami keterpurukan. Pejuang Islam satu demi satu gugur di tangan lawan. Sebagiannya ditangkap dan dipenjara, bahkan ada yang dieksekusi mati dengan tuduhan teroris. Para tokohnya dirusak nama baiknya, sehingga umat Islam yang awam menjadi benci kepada mereka dan tidak memberikan dukungannya.
Di tataran kelompok dan jamaah umat Islam, lembaga-lembaga yang konsisten mengusung Dakwah Wal Jihad demi tegaknya syariah mendapat perlawanan hebat dari bangsa kafir. Para thaghut penentang syariat dari kalangan munafikin yang menjadi cecunguk kafirin berada di barisan terdepannya. Mereka bersatu padu untuk memberi stigma buruk terhadap gerakan dakwah dan jihad, sebagai kelompok teroris dan fundamentalis. Akibatnya, kelompok dan jamaah tersebut diancam dibubarkan.
Kondisi yang tidak menyenangkan ini mengakibatkan beberapa pejuang Islam membelot dari jalan perjuangan. Tidak lagi membela dakwah dan jihad Islam, tapi berbalik menjadi corong untuk padamnya cahaya perjuangan, -entah apa sebabnya, tapi urusan fulus terlihat ada di baliknya-. Para pembelot tersebut bersama para thaghut dan kafirin memerangi kaum muslimin. Mereka membuka semua rahasia yang menjadi strategi perjuangan, sehingga semakin mudahlah musuh memusnahkan pergerakan.
Melihat realita ini sebagian umat yang dahulu punya semangat menjadi melemah. Bahkan sebagian menganggap ujian demi ujian yang datang sebagai indikasi salahnya jalan. Sehingga ia meninggalkan jalan jihad dan memilih jalan berislam yang aman dari ancaman. Bagaimanakah hakikat perjuangan, khususnya di akhir zaman ini? Apakah kekalahan dan keterpurukan menjadi indikasi salahnya jalan sehingga harus ditinggalkan? Bagaimana seharusnya kaum Mujahidin menyikapi realita yang kurang menyenangkan ini?  
Ujian Untuk Penyaringan
Di antara sunah Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam perjuangan, adanya tamhis (penyaringan/seleksi) dalam barisan pejuang Islam sebelum tibanya kemenangan. Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. Kemenangan yang beturut-turut dan cepat akan mengakibatkan masuknya manusia yang beragam kualitas iman dan kejujurannya dalam barisan pemenang. Karena itu, Allah memberikan ujian kepada para hamba-Nya sehingga hanya tinggal pasukan pilihan. Tidak ada dalam barisan mujahidin kecuali orang yang jujur dan teguh, mereka itulah yang akan Allah tolong sesudah itu, sebagaimana yang terjadi pada ghazwah (perang) Uhud.
SesudahAllah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin pada perang Badar, banyak orang madinah yang masuk Islam, di antara mereka ada golongan munafikin. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mentakdirkan perang Uhud sesudahnya sebagai tamhis (penyaringan dan seleksi), sebagaimana firman Allah Ta'ala sesudah terjadinya perang ini,
وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir)." (QS. Ali Imran: 140) Maka nampak dengan jelas kaum munafikin sesudah perang ini.
Tamhis ini juga sebagaimana yang dialami Thalut dan pasukannya saat bicara kepada pasukan yang bersamanya, "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka." (QS. Al-Baqarah: 249) Maka menjadi bersihlah barisan Thalut dari para pendusta dengan ujian ini, lalu yang sedikit inilah yang mampu mengalahkan Jalut dan pasukannya.
Saat manusia masuk Islam berbondong-bondong di Jazirah Arab pada akhir kehidupan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, padahal saat itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menyampaikan risalah ini kepada seluruh umat, maka haruslah dilakukan tamhis (seleksi) terhadap mereka sebelum mereka berangkat menyebarkan Islam dan memerangi Persia dan Romawi. Adalah wafatnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam merupakan ujian yang menampakkan muslim yang jujur dalam beragama dari pendustanya. Sehingga muncullah kelompok-kelompok murtadin yang lalu diperangi kaum muslimin. Hasilnya, barisan kaum muslimin menjadi bersih kembali sehingga kemenangan-kemenangan besar dapat diraih sesudah itu.
. . . Karena kemenangan tidak akan diberikan kecuali melalui tangan hamba-hamba pilihan. . .
Penutup
Karenanya, kepada mujahidin, janganlah kalian melemah semangat dalam memperjuangkan agama Allah ini. Sesungguhnya tugas kalian adalah berjuang sungguh-sungguh dengan beristi'anah (meminta pertolongan) dan tawakkal kepada Allah. Sesungguhnya kemenangan ada di tangan-Nya. "Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Ali Imran: 126)
Ingatlah teguran Allah kepada sahabat Nabi yang melemah dalam perang Uhud sesudah mendapatkan keterpurukan, "Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah  kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar." (QS. Ali Imran: 146)
Sabarkan diri Anda dan perkuat kesabaran itu. Sesungguhnya keterpurukan ini tidaklah abadi. Sesudah malam pasti terbitlah siang. Sesudah keterpurukan pasti akan datang kemenangan, "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-A'raf: 128)
Keterpurukan ini terjadi dengan izin Allah dan hikmah yang dikehendaki oleh-Nya. Yaitu untuk menyaring orang-orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam berjuang dari para pendusta dan penyusup. Supaya bersih barisan jihad dari munafikin dan pecundang, sehingga Allah akan datangkan kemenangan melalui tangan-tangan hamba pilihan. Wallahu Ta'ala A'lam [PurWD/voa-islam.com]
  • Disarikan dari tulisan Nashir al-Fahd ('Alim dan Mujahid yang sedang tertawan), dari situs Mimbar al-Tauhid wa al-Jihad.

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.