Articles by "Yahudi"

Tampilkan postingan dengan label Yahudi. Tampilkan semua postingan

Sejarah yang kita kenal selama ini ternyata menyimpan sejuta sisi gelap. Di dalam komunitas ini saya menemukan jawaban-jawaban atas ribuan pertanyaan saya terhadap sejarah.

Di sini saya menemukan sejarah yang jujur bertutur tentang dirinya, bukan sejarah yang sudah dimanipulasi oleh kepentingan segelintir penguasa seperti yang banyak kita baca di mana-mana.”

Pembaca situslakalaka pasti tahu tentang sepak terjang Adolf Hitler dengan Nazi-nya. Dalam ruang kuliah kita dicekoki pandangan satu arah jika Hitler telah menggerakkan mesin raksasa untuk membunuhi orang-orang Yahudi dan sangat anti dengan segala sesuatu yang berbau Yahudi.

Di dalam ruang kuliah kita tidak pernah diberitahu jika sesungguhnya guru politik Adolf Hittler itu ternyata seorang Yahudi juga, Profesor Karl Ernst Haushofer. Tokoh inilah yang memprovokasi Hitler agar memburu orang-orang Yahudi Eropa, hal ini dilakukan agar orang-orang Yahudi Eropa bersedia meninggalkan Eropa dan pindah ke Tanah Palestina.

Awalnya orang-orang Yahudi Eropa enggan memenuhi ajakan Theodore Hertzl, pemimpin organisasi Zionis Internasional, untuk pindah ke Palestina, namun berkat pengejaran Hitler-lah, akhirnya mereka mau dibawa ke Palestina. Ini semua terkait dengan kepentingan Geopolitik satu kekuatan besar di balik ideologi Zionisme.

Dan yang juga sangat menarik, juga terkait dengan gerakan ini, adalah pembentukan Kerajaan Saudi Arabia, yang ternyata juga diarsiteki oleh seorang perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence atau yang kita kenal selama ini dengan sebutan Lawrence of Arabia.

Kerajaan Saudi Arabia bisa berdiri setelah melakukan pemberontakan terhadap Kekhalifahan Islam Turki Utsmani. Berdirinya Kerajaan Saudi Arabia dan hancurnya Turki Utsmani juga didalangi oleh Zionis Internasional.

Ini satu fakta sejarah. Fakta yang sesungguhnya. Sebab itu, sampai sekarang para penguasa Saudi Arabia sangat akrab dengan orang-orang Yahudi yang memakai kedok sebagai orang Amerika.

Di saat semua orang Amerika, termasuk mantan presidennya sekalipun, dilarang terbang di langit Amerika beberapa hari paska tragedi WTC, hanya kerabat raja Saudi yang diperbolehkan terbang di atas langitnya oleh Pentagon dan juga Bush junior. Mereka lebih berpengaruh ketimbang rakyat Amerika sendiri.

New York Rabbi Yisroel Dovid Weiss bersama puluhan rekannya beraksi di depan Markas PBB di New York, AS. Mereka berunjuk rasa untuk perdamaian. Rabbi Yisroel menolak pendirian negara zionis Israel.
"Tidak ada perintah dalam kitab untuk mendirikan negara," kata Rabbi Yisroel yang pernah berkunjung ke Jakarta ini, kepada detikcom, Kamis (27/9/2012).
Yisroel dan rekan-rekannya merupakan komunitas Yahudi di New York. Aksinya ini dilakukan guna menunjukkan kepada dunia, bangsa Yahudi bukan hanya Israel saja.
"Ini agar dunia mengerti. Apa yang disampaikan Netanyahu (PM Israel) adalah pembajakan atas nama orang Yahudi," terang dia.
Bersama rekan-rekannya dengan pakaian khas, mereka meneriakan kata-kata penolakan atas zionisme. Mereka pun meminta agar bangsa Palestina diberi kemerdekaan.
"Kami ingin membangun persaudaraan dengan kaum muslim. Dan harus diingat, gerakan zionis Israel bukan sebuah ajaran religius," kata Rabbi yang mempunyai ribuan pendukung di New York ini.
Aksi para Rabbi Yahudi ini kebetulan bertepatan dengan pidato Netanyahu di sidang umum PBB. Netanyahu sejak awal menolak negara Palestina. Dia juga mendorong permusuhan dengan Iran.
Selain aksi para Rabbi Yahudi ini, ada juga aksi para pendukung Falun Gong dan warga Tibet yang memprotes pemerintah China.
Kedua aksi berlangsung tertib. Ratusan polisi dari NYPD berjaga di sekitar lokasi.
(ndr/mok)

Seperti telah ditunjukkan di awal, semua tanah Palestina, khususnya Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim. Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.
Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur'an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot). Al-Qur'an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qur'an, 21:69-71)
Daerah ini, yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur'an yang mengacu kepada tanah Palestina.
Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur'an bertempat di lembah Mekah.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur'an, 14:37)
Akan tetapi, putra Ishaq Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.
Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.

Menyusul wafatnya Nabi Yusuf (Joseph), Bani Israel mengalami kekejaman tak terperikan di tangan Firaun.
Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur'an, 5:21)
Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qur'an, 48:26)
Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur'an, mereka itu yang: ": telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur'an, 5:78) Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.
Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.
Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan “tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki “tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.
Al-Qur'an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini:
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Qur'an, 3:68)
THE MUSLIM OBSERVER, September 2001

W. REPORT, Juli 96
Sementara umat Yahudi yang menentang Zionisme secara terbuka menentang pemerintah Israel, Yahudi fanatik berpandangan: “Tanah Terjanji adalah untuk Orang Terpilih. Selamanya. Kekal. Abadi.” Di sampul luar Washington Report on Middle East Affairs, Yahudi fanatik digambarkan membawa spanduk dengan semboyan ini. Karena pandangan keliru seperti ini, mereka bertindak kejam atas tahanan penduduk Palestina Kristen maupun Islam.














Selama situs ini dibuat, Timur Tengah sekali lagi menjadi daerah pertentangan antara Israel dan Palestina. Tentara Israel dengan kejam mengebom pemukiman sipil, menembaki anak-anak, dan mencoba membuat Daerah Pendudukan yang memang telah menderita menjadi semakin tak layak didiami. Beberapa orang radikal Palestina, di pihak lain, menyerang sasaran-sasaran sipil Israel dan memperluas tindakan bengis dengan aksi bom bunuh mereka yang ditujukan kepada wanita-wanita dan anak-anak yang tak berdosa.
Sebagai Muslim, hati nurani kita berkehendak agar amarah dan kebencian di kedua pihak padam, pertumpahan darah dihentikan, dan perdamaian tercipta di kedua negeri itu. Kita sama-sama menentang pembunuhan yang dilakukan Israel atas orang-orang Palestina tak berdosa maupun pengeboman kaum radikal Palestina atas orang Israel yang tak bersalah.
Dalam pandangan kita, syarat yang paling penting agar pertentangan berkepanjangan ini berakhir dan perdamaian sejati tercipta adalah kedua pihak menerima dan melaksanakan pemahaman yang murni dan tulus dari keyakinan masing-masing. Pertentangan antara kedua bangsa ini cenderung seolah-olah menjadi "perang agama" antara Yahudi dan Muslim, meskipun kenyataannya sungguh-sungguh tidak ada alasan bagi pecahnya perang seperti itu. Baik orang Yahudi maupun Muslimin percaya kepada Tuhan, mencintai dan menghormati kebanyakan nabi-nabi yang sama, dan memiliki dasar-dasar akhlak yang sama. Mereka bukanlah musuh, dan justru mereka seharusnya bahu-membahu di dunia tempat atheisme dan kebencian terhadap agama berkembang luas.
Berdasarkan atas pandangan-pandangan mendasar ini, kami menghimbau kepada bangsa Israel (dan semua umat Yahudi) untuk mengakui kenyataan-kenyataan berikut ini:
1) Umat Muslimin dan Yahudi percaya pada satu Tuhan, Sang Pencipta alam semesta dan segala makhluk di dalamnya. Kita adalah hamba-hamba Tuhan, dan kepadanyalah kita semua akan kembali. Jadi mengapa saling membenci? Kitab-kita suci yang kita imani berbeda kulit luarnya, namun hakikatnya adalah sama, karena semuanya berasal dari Tuhan yang sama. Oleh karena itu, kita semua tunduk kepadanya. Jadi mengapa kita harus saling berperang?
2) Daripada hidup bersama dengan umat Muslimin, apakah umat Yahudi yang taat lebih menyukai hidup berdampingan dengan orang-orang atheis atau kafir? Taurat penuh dengan perkataan-perkataan yang menggambarkan kekejaman sadis yang ditimpakan atas umat Yahudi oleh orang-orang kafir. Pemusnahan bangsa dan kekejaman yang sadis dilakukan kepada mereka oleh orang-orang Atheis dan orang-orang yang tak beriman (seperti Nazi, kalangan rasis anti-Semit, atau rezim komunis seperti Stalin di Rusia) jelas sudah untuk kita semua. Kekuatan para Atheis dan kafir ini membenci umat Yahudi, sehingga menindas mereka, karena mereka percaya kepada Tuhan. Tidakkah Yahudi dan Muslimin berada di pihak yang sama dalam melawan kekuatan para atheis, komunis, atau rasis yang membenci mereka berdua?
3) Kaum Muslimin dan Yahudi saling mencintai dan menghormati nabi-nabi yang sama. Nabi Ibrahim (Abraham), Ishaq (Isaac), Yusuf (Joseph), Musa (Moses), atau Daud (David), Alaihumassalam, paling tidak sama pentingnya bagi umat Muslimin seperti halnya Yahudi. Tanah tempat tokoh-tokoh suci ini tinggal dan mengabdi kepada Tuhan paling tidak sama sucinya bagi Muslimi maupun Yahudi. Jadi mengapa membiarkan tanah ini dibasahi darah dan air mata?
4) Nilai-nilai dasar Yahudi juga dianggap sakral oleh kami, Muslimin. Kata "Israel" adalah nama Nabi Ya'qub (Jacob) AS, yang dipuji dalam Al-Qur'an dan dikenang dengan penuh penghormatan oleh umat Muslimin. Bintang Daud (Star of David), sebuah lambang yang dihubungkan dengan Raja Daud juga menjadi lambang suci bagi kami. Menurut Al-Qur'an 22:40., umat Muslimin harus melindungi sinagog-sinagog karena semuanya adalah tempat beribadah. Jadi mengapa penganut kedua agama ini tidak hidup bersama dalam kedamaian?

Yahudi dan Muslim mempercayai Tuhan yang sama. Tentara Israel yang benar-benar beriman tidak boleh lupa bahwa Tuhan melarang membunuh orang-orang tak bersalah dan menggunakan kekerasan dan kekejaman, dan telah memerintah kita untuk tenggang rasa, saling memahami, dan damai.

Palestina adalah rumah bagi banyak tempat-tempat suci Yahudi, Kristen, dan Islam. Semua orang beriman sejati harus melihat cinta, kasih sayang,
dan perdamaian menggantikan darah, air mata, dan permusuhan di daerah ini.
5) Taurat memeritahkan umat Yahudi untuk membangun perdamaian dan keamanan, bukan merebut tanah orang lain dan menumpahkan darah. Kaum Israel digambarkan sebagai "cahaya bagi bangsa-bangsa" di dalam Taurat. Seperti dinyatakan oleh "Para Rabbi untuk Hak Azazi Manusia":
Kita diajarkan: Semata-mata keadilan, keadilan'' (Ulangan 16:20). Mengapa kata keadilan disebut dua kali? Karena menurut kebiasaan kita, kita harus mencapai sebuah keadilan dengan arti makna yang adil. Dalam mempertahankan diri kita, kita harus selalu berpegang kepada visi para nabi tentang kesusilaan dan kemanusiaan. Selamatnya umat Yahudi tidak hanya akan ditentukan oleh kebijaksanaan jasmaniahnya saja, melainkan juga oleh keikhlasan akhlaknya.1
Jika bangsa Israel terus memperlakukan orang Palestina seperti yang mereka lakukan sekarang, mereka mungkin tidak akan mampu mempertanggung jawabkan hal itu kepada Tuhan. Demikian pula, orang-orang Palestina yang membunuh orang-orang Israel yang tak berdosa mungkin juga tidak akan mampu mempertanggungjawabkan pembunuhan itu. Bukankah merupakan sebuah kewajiban di mata Tuhan untuk mengakhiri sebuah peperangan, yang membawa kedua belah pihak ke dalam penindasan yang tak berujung?
Kami mengajak semua umat Yahudi untuk merenungkan kenyataan-kenyataan ini. Allah memerintahkan kami orang-orang Muslim untuk mengajak orang Yahudi dan Nasrani menuju "rumusan bersama":
Katakanlah, "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah." Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (Qu'ran, 3:64)
Inilah himbauan kami kepada orang Yahudi, salah satu Ahli Kitab: Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan menghormati perintah-perintah-Nya, mari kita bergandengan bersama dalam satu rumusan bersama "keimanan." Mari kita cintai Allah, Tuhan dan Pencipta kita semua. Mari kita tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Mari kita beribadah kepada Allah untuk memimpin kita seterusnya di atas jalan kebenaran. Mari kita ciptakan cinta, belas kasih, dan perdamaian kepada satu sama lain dan kepada dunia, bukan permusuhan, pertumpahan darah, dan kekejaman.
Di sinilah pemecahan bagi tragedi bangsa Palestina dan pertikaian lain di dunia terletak. Kematian dan penderitaan begitu banyak orang-orang tak berdosa mengingatkan kita setiap hari akan betapa pentingnya tugas ini.

Muslim Palestina, orang Yahudi, dan Kristen yang tulus, semuanya menginginkan perdamaian dan keamanan untuk menggantikan pertikaian yang kelihatannya tak berujung ini. Semuanya berdoa bersama untuk ini.
Bagaimana Persoalan Palestina Dapat Dipecahkan?

Yerusalem, sebuah tempat yang suci bagi ketiga agama wahyu, seharusnya menjadi sebuah kota tempat manusia bisa beribadah bersama dalam damai.
Dengan menggunakan dasar-dasar toleransi dan kerendahan hati yang disebutkan di atas, pertikaian bangsa Israel-Palestina, yang telah menyebabkan begitu banyak pertumpahan darah selama 50 tahun terakhir ini, dapat dipecahkan. Dalam pandangan kita, dibangunnya perdamaian tergantung pada dua syarat:
1) Israel harus segera menarik diri dari semua daerah yang didudukinya selama perang 1967 dan mengakhiri pendudukan yang terjadi karenanya. Ini adalah kewajiban menurut hukum internasional, berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB, dan keadilan itu sendiri belaka. Semua pendudukan di Tepi Barat dan Jalur Gaza harus diakui sebagai hak milik yang berdiri sendiri dari Negara Palestina.
2) Yerusalem Timur, daerah tempat ibadah penting yang dimiliki tiga agama samawi, harus dikelola oleh pemerintah Palestina. Akan tetapi, daerah ini harus mempunyai kedudukan khusus dan dijadikan sebuah kota perdamaian yang dapat dikunjungi semua umat Yahudi, Nasrani, dan Muslimin dengan aman, dalam perdamaian dan kesejahteraan, di mana mereka dapat beribadah dengan aman.
Jika semua syarat ini terpenuhi, baik bangsa Israel maupun Palestina akan mengakui hak satu sama lain untuk hidup, berbagi tanah Palestina, dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang masih dipertentangkan tentang kedudukan Yerusalem dengan cara yang memuaskan pihak-pihak terkait dari ketiga agama.
Pada halaman-halaman berikutnya dari buku ini, kita akan membahas dan menelaah sejarah persoalan Palestina berdasarkan pandangan yang kita kemukakan di atas. Harapan kita adalah bahwa permusuhan yang berkelanjutan selama 50 tahun terakhir ini serta prasangka, dan pembunuhan, pembantaian yang mengikutinya akan berakhir; bahwa orang-orang Palestina bisa mendapatkan sebuah tanah air yang memberi mereka kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan yang pantas mereka dapatkan; dan bahwa bangsa Israel akan menghapuskan kebijakan penyerangan dan pendudukan, yang menzalimi rakyatnya sendiri maupun rakyat Palestina, sehingga mereka mampu hidup dengan damai bersama tetangganya dengan batas hukum sebelum 1967.
1-Rabbis for Human Rights www.rhr.israel.net/statement.shtml

Situs ini tidaklah menentang dan mengkritik Yudaisme atau Yahudi, melainkan ideologi rasis Zionis dan pemeluknya. Semua tragedi yang telah terjadi, dan terus terjadi di Palestina dapat dilacak dari penerapan ideologi Zionis oleh pemimpin-pemimpinnya. Adalah Zionisme yang menyebabkan tentara Israel menembakkan roket ke arah anak-anak yang tengah bermain di lapangan sekolah; memberondongkan peluru kepada wanita-wanita yang tengah memanen tanamannya di kebun-kebun; dan melakukan penganiayaan, kekerasan, dan penyerangan terhadap keseharian kehidupan Palestina.


Penulis Israel
Shahak melakukan pendekatan sejarah Yahudi
berdasarkan sudut pandang berbeda
dalam karya
klasiknya:
"Jewish History,
Jewish Religion,
and the Weight of Three Thousand
Years"
(Sejarah Yahudi,
Agama Yahudi,
dan Dampak Tiga Ribu Tahun).
Di seluruh dunia hari ini, ada beberapa cendekiawan, politisi, dan sejarawan yang menentang Zionisme. Beberapa pemikir dan penulis Nasrani dan Yahudi mengutuknya berikut kebijakan Zionis pemerintahan Israel, seperti halnya berbagai akademisi di universitas-universitas Israel seperti mendiang Israel Shahak atau Benjamin Beit-Hallahmi, yang mengkritik kekerasan Israel terhadap Palestina dan yang menyatakan bahwa perdamaian hanya bisa dicapai jika Israel menyingkirkan ideologi Zionisnya. Noam Chomsky, yang juga seorang Yahudi, telah menulis banyak buku dan artikel yang sangat kritis terhadap Zionisme dan kebijakan negara-negara yang mendukungnya.
Suatu kalangan akademisi Yahudi, kelompok yang menamakan dirinya “para sejarawan baru,” telah membongkar “kebohongan suci” yang ditanamkan ke dalam kebijakan resmi Israel, serta kebenaran yang berhubungan dengannya, semenjak awal 1980an. Para anggotanya, yakni Benny Morris, Ilan Pappe, Avi Shlaim, Tom Segev, Baruch Kimmerling, Simha Flappan, dan Joel Miqdal, menyerang reaksi kuat dari orang-orang Yahudi yang menganut paham Zionis. Mereka mempertanyakan “kebohongan suci” berikut ini: Ras orang-orang Arab lebih rendah dari Yahudi, Israel adalah sebuah negara kecil yang mencoba bertahan di suatu daerah yang dikelilingi oleh musuh-musuh, semua orang Palestina adalah teroris yang ingin menghancurkan Israel, dan teroris-teroris gila ini pantas menerima balas dendam. Tom Segev, misalnya, salah satu anggota paling penting dari “sejarawan baru” ini, mengemukakan hal berikut ini mengenai sejarah “resmi” Israel: “Hampir hingga sekarang, kita tidak mempunyai sejarah negara ini yang sebenarnya, selain mitos."2 Kritik yang jujur ini, yang dulu hanya pernah disuarakan oleh akademisi dan cendekiawan Muslim, sekarang dinyatakan lebih keras oleh banyak orang-orang Yahudi dan akademisi Kristen yang mencoba menilai kembali sejarah dengan sudut pandang yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan.
Orang-orang ini, yang telah menyaksikan kebiadaban Zionis, melihatnya sebagai bentuk lain ideologi penjajahan yang didirikan dalam rasisme abad kesembilan belas. Mereka tidak punya bukti apa pun untuk mitos bahwa Israel adalah “suatu negara kecil dan sendirian menghadapi kepungan musuh-musuh yang ingin menghancurkannya.” Sebaliknya, Israel, melalui aksi-aksinya, terbukti menjadi suatu negara kekerasan yang menganut kebijakan penindasan dan penyerangan.
Gideon Levy, seorang penulis untuk surat kabar Israel Ha’aretz, membenarkan terbukanya rahasia “kebohongan suci’ ini dalam kajiannya terhadap buku Benny Morris Correcting a Mistake: Jews and Arabs in Palestine/Israel, 1936-1956. Setelah membaca perincian teror Zionis yang digambarkan dalam buku ini, dan ditelaah melalui bukti-bukti saksi mata dan catatan-catatan rahasia, Levy menulis:

Sebagian besar anak-anak Israel mulai belajar ideologi Zionis pada usia amat muda. Penafsiran rasis ideologi ini memiliki dampak yang amat negatif atas mereka.
Oh, betapa mulianya perbuatan kita (sehingga kita melakukan begitu banyak hal-hal buruk). Kita begitu hebat (sehingga menyebabkan begitu banyak ketidakadilan). Kita begitu cantik (sehingga tindakan-tindakan kita menyebabkan begitu banyak kebodohan). Dan oh, kita begitu tak berdosa dan menyebarluaskan begitu banyak kebohongan, kebohongan dan penyimpangan kebenaran yang kita katakan pada diri sendiri dan seluruh dunia. Kita, yang dilahirkan belakangan, tidak diberi tahu tentang seluruh kebenaran; mereka hanya mengajarkan kita bagian-bagian baiknya saja, yang dibesar-besarkan. Namun, pada akhirnya, muncullah bagian kelam yang tidak pernah kita dengar sebelumnya.3
Israel Shahak, seorang profesor kimia Yahudi kelahiran Polandia, yang menghabiskan 40 tahunnya di Israel dan meninggal di tahun 2001, mengkritik kebijakan anti hak azazi manusia Zionis Israel. Dalam bukunya Jewish History, Jewish Religion, and the Weight of Three Thousand Years, Shahak menggambarkan besarnya ancaman Zionisme terhadap kemanusiaan:
Dalam pandangan saya, Israel sebagai sebuah negara Yahudi menciptakan bahaya tidak hanya bagi dirinya sendiri dan penduduknya, melainkan juga untuk semua orang Yahudi dan semua orang-orang lain dan negara-negara di Timur Tengah serta di luarnya.4
Ilan Pappe, yang menyebut dirinya “Saya adalah orang Israel yang paling dibenci di Israel,” adalah seorang akademisi Yahudi terkenal yang berbagi pandangannya dengan kelompok sejarawan baru. Ketika ditanya dalam sebuah wawancara mengapa Israel tak mampu mengakui kekejaman yang ia lakukan di Palestina, jawaban yang diberikannya sangat mengejutkan:
Inilah buah dari sebuah proses panjang pengajaran paham yang dimulai dari taman kanak-kanak, yang melibatkan semua anak-anak lelaki dan perempuan Yahudi sepanjang kehidupan mereka. Anda tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yang menciptakan sebuah persepsi rasis tentang orang lain, yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak pernah ada, penuh kebencian -- Orang itu memang penuh kebencian, tapi penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam, anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seseorang yang telah merampas tanahnya.5
Akan tetapi, para pemikir, ahli strategi, dan penulis ini punya lebih banyak lagi kesamaan pandangan dibanding sekedar penentangan mereka terhadap Zionisme. Ciri kesamaan terpenting antara mereka adalah bahwa masing-masing mereka telah dituduh menganut anti-Semitisme. Setiap orang yang telah menggunakan fakta-fakta dan dokumen sejarah tentang kejadian yang terjadi di Palestina dan kemudian menulis sebuah artikel atau buku yang mengkritik Zionisme telah dituduh sebagai orang-orang anti-Semit. Contoh paling baru adalah saluran televisi Inggris BBC. Anggota-anggota krunya yang mempersiapkan sebuah dokumenter tentang pembantaian tahun 1982 di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, juga pemimpin stasiun yang menyiarkannya, dituduh sebagai anti-Semit oleh pemerintah Israel.
Ini sesungguhnya adalah sebuah teknik yang digunakan oleh para Zionis dan pro-Zionis untuk memfitnah dan menetralkan orang-orang yang mengkritik Zionisme. Para Zionis bahkan telah menciptakan sebuah istilah untuk memfitnah orang-orang Yahudi seperti itu: “orang Yahudi yang membenci dirinya sendiri.” Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan orang-orang Yahudi yang mengkritik Israel, yang bertujuan untuk mencitrakan mereka sebagai para pemberontak yang menderita karena dilema kejiwaan. Para Zionis yang membuat pernyataan semacam itu, tak disangkal lagi, berusaha mengacaukan hasil pekerjaan para penentangnya.
Kenyataannya, tuduhan berdasarkan ras seperti ini, khususnya ketika ditimpakan kepada orang Islam, adalah tidak berdasar dan tak masuk akal, karena tidak ada orang Islam, karena keimanannya, bisa menganut pemikiran atau sudut pandang rasis yang bagaimanapun juga. Dan memang, ini diciptakan oleh sejarah. Dunia Islam tidak pernah mengalami apa pun seperti praktek-praktek kecurigaan bangsa Eropa di abad pertengahan, yang menumbuhkan fanatisme agama, dan semakin berjangkitnya anti-Semitisme di tahun-tahun belakangan (yang dilahirkan oleh keyakinan rasis) di Uni Sovyet, Eropa Timur, dan Nazi Jerman. Bentrokan antara orang Yahudi dan Muslim di Timur Tengah, yang berlanjut hingga hari ini, akibat keterikatan beberapa orang Yahudi kepada ideologi Zionisme yang rasis dan anti agama, bukanlah tindakan orang-orang Islam.
Tentara Israel yang Menolak Bertugas di Daerah Pendudukan
Setelah perang 1967, Yeshayahu Leibowitz, salah satu cendekiawan terkemuka Israel, memperingatkan bahwa Israel harus menarik diri dari Daerah Pendudukan untuk menghentikan pertumpahan darah. Ia menulis bahwa satu-satunya jalan untuk menghindarkan pengrusakan orang-orang Israel adalah jika 500 tentara yang bertugas di Daerah Pendudukan berani berkata “kami tidak ingin bertugas di sini” dan menarik diri.6
Pada hari ketika Intifadah al-Aqsa (dimulai pada September 2000) dan balas dendam orang-orang Israel semakin dan semakin keras, sekelompok tentara Israel bertindak atas rencana sendiri. Pada pertengahan Januari 2002, sekitar 25 tentara menandatangani sebuah surat terbuka kepada media Israel yang menyebutkan bahwa mereka menolak bertugas di Daerah-daerah Pendudukan. Penolakan ini bukannya tidak pernah terjadi sebelumnya, karena selama penyerbuan Libanon 1982, sekelompok kecil tentara telah menolak bertugas untuk angkatan bersenjata Israel, dengan mengatakan bahwa mereka tidak ingin menjadi bagian dari pemusnahan bangsa yang dilakukan atas orang-orang sipil Libanon. Tindakan tentara-tentara ini, yang kemudian disebut sebagai Yesh Gvul (Ada batas untuk segala sesuatu), diperparah dengan pemenjaraan mereka. Tentara-tentara yang mengumumkan pernyataannya di depan publik pada Januari 2002 tidak menghadapi sanksi hukuman apa pun, dan pada Februari 2002, anggota mereka mencapai 250. Bahkan pada saat ini mereka menerima dukungan besar dari kelompok-kelompok perdamaian, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, pemimpin-pemimpin keagamaan, dan orang-orang Israel serta Palestina kebanyakan.
Di dalam pernyataannya, para tentara berpendapat bahwa angkatan bersenjata Israel telah bertindak brutal dan tak mengenal kasihan kepada kepada orang-orang Palestina di Daerah Pendudukan, bahwa apa yang terjadi di sana telah melecehkan martabat manusia, dan bahwa lebih parah lagi, ini tidak ada hubungannya dengan usaha mempertahankan Israel. Mereka melanjutkan: “Kami tidak akan melanjutkan pertempuran melewati batas negara tahun 1967 untuk menjajah, mengusir, membuat kelaparan, dan menghina seluruh manusia. "
Ariel Shatil, seorang sersan kepala artileri mengingatkan kembali bahwa ketika ada pernyataan menyebutkan orang-orang Palestina menembak pertama kali dan orang-orang Israel hanya membalas, sebenarnya, “Kamilah yang akan memulai tembak menembak dan mereka akan menembak setelahnya.” Dalam sebuah brosur yang mereka persiapkan untuk mengingatkan rekan-rekan mereka yang terus bertugas di daerah ini, para tentara menyatakan:
Ketika Anda mengambil bagian dalam pembunuhan tanpa dasar hukum (“pembubaran,” dalam istilah angkatan bersenjata), ketika Anda mengambil bagian dalam pemusnahan rumah-rumah penduduk, ketika Anda mulai menembaki penduduk sipil tak bersenjata atau rumah-rumah penduduk, ketika Anda menumbangkan kebun-kebun, ketika Anda menghambat aliran makanan atau pengobatan, Anda telah mengambil bagian dalam tindakan yang disebutkan dalam konvensi internasional (seperti Konvensi Jenewa ke-4) dan hukum Israel sebagai kejahatan perang.7
Seorang tentara bernama Asaf Oron, yang telah lama memutuskan untuk tidak bertugas, melaporkan bahwa ia menyaksikan perbuatan amat brutal ketika bertugas di daerah tersebut. Ia menerangkan apa yang ia alami dan apa yang ia lihat sebagai pemecahannya:
Setelah menumpang bis menuju Jalur Gaza, para tentara saling bersaing: cerita “pahlawan” mana dari penaklukan berdarah selama Intifadah ini yang lebih hebat (Mungkin Anda belum tahu: penaklukan ini hakikatnya adalah pembunuhan: penaklukan hingga mati)…
Begitu waktu berlalu, begitu tingkat kegilaan, kebengisan, dan hasutan meningkat, begitu para jenderal mengubah Angkatan Bersenjata Israel menjadi sebuah organisasi teror…. Kemudian saya menemukan bahwa saya tidaklah sendiri…kita semua percaya pada Tuhan… Kita percaya bahwa tidak ada ruang untuk hukum bangsa, jika hukum itu hanya menyamarkan penyembahan berhala, jenis penyembahan berhala yang tidak boleh kita dukung. Mereka yang membiarkan bentuk penyembahan berhala seperti itu akan berakhir dengan membakar diri mereka sendiri.8
Petikan dari Sebuah Surat Terbuka Tentara Israel
Kami, para tentara dan pejabat angkatan perang yang telah bertugas untuk Negara Israel selama berminggu-minggu setiap tahun, meskipun dengan keberanian mengorbankan diri kami sendiri, telah bertugas mempertahankan seluruh Daerah Pendudukan, dan telah diberi perintah dan arahan yang tidak ada hubungannya dengan pengamanan negara kami, dan hanya punya satu tujuan: meneruskan kendali kami atas orang-orang Palestina. Kami, yang punya mata untuk melihat harga berdarah yang dibayarkan untuk Pendudukan ini dari kedua belah pihak.
Kami, yang merasakan bagaimana perintah yang dikeluarkan untuk kami mengenai daerah-daerah ini, menghancurkan seluruh nilai-nilai yang telah kami tanamkan sewaktu dibesarkan di negara ini.
Kami, yang memahami sekarang bahwa harga sebuah Pendudukan adalah hilangnya watak kemanusiaan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) dan penyimpangan oleh keseluruhan masyarakat Israel.
Kami yang mengetahui bahwa Daerah-daerah tersebut bukanlah Israel, dan bahwa semua pemukiman akan dikosongkan pada akhirnya.
Kami dengan ini menyatakan bahwa kami tidak akan meneruskan bertempur dalam Perang Pendudukan ini.
Kami tidak akan meneruskan pertempuran melampaui perbatasan tahun 1967 untuk menjajah, mengusir, menimbulkan kelaparan, dan menghina seluruh manusia.
Kami dengan ini menyatakan bahwa kami akan terus bertugas untuk Angkatan Bersenjata Israel dalam segala tugas untuk mempertahankan Israel.
Misi pendudukan dan penindasan tidaklah sejalan dengan tujuan ini, dan kami tidak akan mengambil bagian di dalamnya.
Pandangan Kepala Rabbi Jonathan Sacks tentang Israel
Salah satu kritik yang sangat pedas dari kalangan Yahudi tentang kebijakan Israel datang dari Prof. Jonathan Sacks, Kepala Rabbi Inggris. Dalam sebuah wawancara, yang diterbitkan oleh The Guardian pada 27 Agustus 2002, Sacks dengan keras mengkritik Israel, dengan berpendapat bahwa negara ini tengah bersikap yang “tidak sesuai” dengan pemikiran termurni Yudaisme, dan bahwa pertikaian saat ini dengan warga Palestina “merusak” masyarakat Israel.
Sacks, yang menjadi kepala rabbi Yahudi Ortodoks Inggris pada 1991, dan menjadi pemimpin 280.000 masyarakat Yahudi di negara itu, dikenal sebagai pendukung setia Israel dan merupakan veteran yang bekerja untuk terciptanya perdamaian di negara itu. “Saya menganggap kejadian saat ini sudah tragis. Ini memaksa Israel ke dalam keadaan yang tidak sesuai dalam jangka panjang dengan pandangan (agama) kami” kata Sacks. Ia menambahkan bahwa “berbagai hal telah terjadi setiap hari yang membuat saya merasa sangat tak nyaman sebagai seorang Yahudi.” Ia terus berkata bahwa ia “sangat terguncang” karena berita tentara Israel tersenyum ketika bergambar di depan mayat-mayat orang Palestina yang terbunuh.a
Kritikan sang kepala Rabbi tentang kekejaman Israel atas nama Yudaisme mengingatkan kita akan satu kenyatan penting: Tidak diperkenankan, baik oleh seorang Muslim maupun Yahudi sejati untuk menumpahkan darah yang tak bersalah. Seluruh agama wahyu melarang kekerasan, perang, dan pembunuhan tak berkeadilan, dan memerintahkan perdamaian dan membantu orang yang membutuhkan.
Jonathan Sacks juga mencatat bahwa orang-orang Israel, yang hidup berabad-abad terpencar-pencar, harus sangat memahami kesulitan yang dihadapi orang-orang Palestina:
Anda tidak dapat mengabaikan perintah yang diulangi 36 kali dalam kitab suci: “Kalian terusir untuk mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang yang terusir.” Saya berpegang padanya sebagai salah satu inti pegangan yang benar bagi prinsip Yahudi. b
Dalam wawancara yang sama, Sacks juga menjawab pertanyaan tentang pertemuan rahasia yang diadakan pada tahun 2000 dengan Abdullah Javadi-Amoli, salah satu ulama terbesar Iran, dalam suatu konferensi pemimpin keagamaan, dan menariknya, tercatat:
Tak lama kami sudah bisa berbicara dalam bahasa yang sama, karena kami memegang beberapa hal dengan sungguh-sungguh: kami beriman sungguh-sungguh, kami berpegang pada kitab suci sungguh-sungguh. Inilah bahasa yang sama antar orang-orang beriman. c
Pernyataan rabbi Sacks adalah sebuah contoh pembicaraan damai yang harus diadakan antara orang-orang Islam dan Yahudi (dan tentu saja, Kristen). Ketiga keimanan ini memerintahkan keadilan, kejujuran, penyelamatan orang tertindas, dan perdamaian, serta cinta. Pengikut ketiga keimanan ini percaya pada Tuhan, mencintai nabi-nabi yang sama; seharusnya tidak ada permusuhan di antara mereka.
a Jonathan Freedland, "Israel Set On Tragic Path, Says Chief Rabbi", The Guardian, 27 Agustus 2002
b Jonathan Freedland, "Israel Set On Tragic Path, Says Chief Rabbi", The Guardian, 27 Agustus 2002
c Jonathan Freedland, "Israel Set On Tragic Path, Says Chief Rabbi", The Guardian, 27 Agustus 2002


(Atas) Harian Turki - RADIKAL, 18 Februari 2002
PENGKHIATAN DAMAI DI ANGKATAN DARAT
Pemberontakan di kalangan tentara Israel yang menolak untuk pergi ke Daerah Pendudukan tengah meningkat. Keluarga militer yang paling terkenal di negara ini bergabung dengan mereka yang mengatakan, “Pendudukan menghina kami."
Penolakan beberapa tentara Israel untuk bertugas di Daerah Pendudukan disuarakan di media-media Barat. Banyak surat kabar dan majalah melaporkan penolakan mereka. Sementara The Nation mengemukakan masalah ini dalam tajuk utama “An Antiwar Movement Grows in Israel (Gerakan Anti Perang Tumbuh di Israel),” Houston Chronicle memuat perkataan para tentara itu sendiri dalam memberitakannya: “Israeli soldier: My moral objection to occupation (Tentara Israel: Penolakan moral saya terhadap pendudukan)." Dalam situs internet di mana para tentara tersebut telah mulai bersuara agar didengar seluruh masyarakat dunia, mereka menghimbau kaum Yahudi yang tulus untuk menjauhkan diri dari kekerasan dan permusuhan, sebab ini semua dilarang oleh Tuhan. (http://www.seruv.org.il/YahadutEng.asp)


(kiri) Harian Turki - AKIT, 23 Mei 2001
BAHKAN UMAT YAHUDI PUN MENENTANG PENDUDUKAN
Seruan di Israel menentang pemukiman Yahudi lambat laun mulai bertumbuh dan berpengaruh. Jajak pendapat terakhir mengungkap bahwa 61% masyarakat mendukung dihentikannya pembangunan pemukiman. Angka ini adalah 55% dalam jajak pendapat sebelumnya.
Pemukiman melawan hukum yang didirikan di tanah Palestina telah diprotes tidak hanya oleh umat Islam, melainkan juga Kristen dan Yahudi sendiri. Demonstrasi yang disebutkan di atas, serta lainnya, dibubarkan dengan kasar oleh tentara Israel.

Kegiatan tentara Israel dikritik tidak hanya oleh Muslim Palestina, tapi juga oleh Yahudi cinta damai di seluruh dunia, yang sering mengerahkan demonstrasi.
Ghada Karmi: “Saya adalah Arab Palestina. Saya dilahirkan di Yerusalem. Palestina adalah tanah air saya. Tapi saya tidak dapat pulang ke sana." Tempat: Kedutaan Besar Israel, London 1973
Ellen Siegel: “Saya adalah Yahudi Amerika. Saya terlahir di AS. Israel bukan tanah air saya. Tapi saya bisa “pulang” ke sana." Tempat: Kedutaan Besar Israel, London
1992
Pandangan Islam tentang Yahudi
Setiap Muslim memiliki tanggapan nurani dan hukum mengenai praktek teror Zionis atas orang-orang Palestina. Akan tetapi, perlu halnya di sini, seperti dalam segala hal, untuk membela keadilan dan bertindak tanpa prasangka. Setiap Muslim berkewajiban mencegah kekejaman atau perlakuan tak adil atas orang-orang Yahudi yang tak bersalah, apalagi jika mereka menentang Yahudi Zionis.
Anti-Semitisme, seperti halnya segala bentuk rasisme, bertolak belakang dengan akhlak Islam. Orang-orang Islam seharusnya menentang segala bentuk pemusnahan bangsa, penyiksaan, dan kekejaman, dan tidak membeda-bedakan atas dasar agama, ras, atau suku bangsa. Orang-orang Islam seharusnya tidak menyetujui serangan tak berkeadilan yang paling ringan sekali pun, maupun serangan atas ras manapun, bahkan kita harus mengutuknya. Al-Qur'an mengutuk mereka yang menyebarluaskan perpecahan, memperlakukan orang lain dengan kejam, dan membunuh orang-orang tak bersalah. Oleh karena itu, penentangan hukum atas Zionisme tidak boleh diselubungi oleh kebencian kepada orang-orang Yahudi.

Seperti yang kami baca dalam Al-Qur'an, Tuhan memandang suatu keindahan bahwa umat manusia terdiri atas beragam manusia. Namun, ideologi rasis seperti Zionisme mencegah manusia dari berbagai ras, bahasa, dan agama hidup bersama dalam damai.
Pada saat bersamaan, contoh lain rasisme (yakni terhadap orang-orang kulit hitam Afrika) juga merupakan penyimpangan akibat takhayul dan berbagai ideologi di luar agama wahyu Tuhan. Penyimpangan seperti itu mempertahankan berbagai pemikiran dan model sosial yang berlawanan tajam dengan akhlak Al-Qur'an. Akar dari anti-Semitisme adalah rasa benci, kekerasan, dan tak mengenal kasihan. Al-Qur'an, di sisi lain, mengajarkan kerendahan hati, mencintai orang lain, belas kasih, dan cinta kasih. Al-Qur'an memerintahkan orang-orang Islam untuk adil, dan jika perlu, memaafkan bahkan terhadap musuh-musuh mereka: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Qur'an 5:8) Lebih jauh, "barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya412.” (Al-Qur'an 5:32).
Karena itu, pembunuhan bahkan satu orang tak bersalah pun adalah sebuah kejahatan yang tak dapat dikecilkan.
Alasan adanya berbagai ras dan manusia di dunia adalah bukan untuk berselisih atau berperang, melainkan untuk menunjukkan keragaman, yang merupakan keindahan penciptaan Allah dan karunia budaya. Perbedaan jasmani manusia tak ada pentingnya dalam pandangan Allah, dan semua orang Islam sangat mengetahui bahwa satu-satunya kebesaran hanyalah milik Allah. Allah menyatakan kebenaran ini dalam ayat berikut:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qur'an, 49:13)
Karena Al-Qur'an tidak membeda-bedakan ras dan suku bangsa, orang-orang dengan keyakinan berbeda pun diberi hak untuk hidup damai dan aman dalam masyarakat yang sama. Pengajaran dasar Al-Qur'an lainnya adalah bahwa manusia tidak seharusnya dianggap sebagai satu kelompok saja karena mereka terdiri atas suatu ras, manusia, atau agama tertentu. Ada orang-orang baik dan jahat dalam setiap masyarakat; ini adalah sebuah kenyataan yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an. Misalnya, setelah menjelaskan bagian tentang Ahli Kitab yang berkhianat kepada Allah dan agama, Allah menerangkan pengecualian berikut ini di dalam Al-Qur'an:
Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus221, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa. (Qur'an, 3:113-115)
Akibatnya, karena kaum Muslimin takut kepada Allah dan mempertimbangkan ketentuan Al-Qur'an, mereka tidak mungkin mengobarkan kebencian terhadap orang-orang Yahudi atas dasar agama. Karena itu, pembahasan kita tentang bentrokan antara Israel dan Palestina akan dilakukan dengan titik tolak ini. Pembahasan ini tidak diarahkan menentang Yahudi atau Yudaisme, melainkan menentang ideologi Zionis yang telah memicu para pemimpin mereka untuk membentuk dan mempertahankan sebuah pemerintahan yang rasis dan keras.
2- Jonathan Mahler, "Uprooting the Past - Israel's New Historians Take a Hard Look at Their Nation's Past," http://www.linguafranca.com/9708/mahler.9708.html.3- Gideon Levy, Book Review, "Correcting a Mistake - Jews and Arabs in Palestine/Israel, 1936-1956 by Benny Morris," Ha'aretz, November 3, 2000.4- Israel Shahak, Jewish History, Jewish Religion and the Weight of Three Thousand Years, (AMEU: 1994), hlm. 5.5- Baudouin Loos, "An Interview of Ilan Pappe," November 29 1999, http://msanews.mynet.net/Scholars/Loos/pappe.html, tanda penegasan ditambahkan 6- Neve Gordon, "An Antiwar Movement Grows in Israel," The Nation, Februari 25, 2002.7- Neve Gordon, "An Antiwar Movement Grows in Israel," The Nation, Februari 25, 2002.8- Asaf Oron, "Personal Testimony of an Israeli Refusenik," Z Magazine, http://lists.econ.utah.edu/pipermail/rad-green/2002-February/ 003007.html. tanda penegasan ditambahkan

Sumber: Om Harun Yahya




Bangsa manakah di dunia ini yang paling berpengalaman menerima sumpah serapah, kutukan, serta laknat? Dalam sejarah dan peradaban modern kehidupan manusia, kita menduga itu adalah BANGSA ISRAEL.

Tetapi ternyata, jauh sebelum kosakata modernitas muncul, yakni sejak kitab-kitab suci diturunkan ke bentangan alam semesta, alias sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa yang "memproduksi" banyak nabi dan rasul itu bahkan sudah menjadi "bahan" kutukan berantai, turun-temurun, entah sampai kapan.

Mereka dikutuk karena kelakuan yang durjana, kebiadaban yang tak terukur, hingga kenekatan mereka menyembelih nabi Allah. Bahkan, untuk urusan sembelih-menyembelih, bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa menakjubkan. Jika dalam bentangan kurun waktu puluhan tahun belakangan muncul jagal-jagal kemanusiaan kelas dunia, hampir sebagian besar dari bumi Israellah asal mereka.

Ingat Ariel Sharon? Dia salah satunya. Arsitek kekejaman lembah Shabra dan Shatilla, Lebanon Selatan, puluhan tahun lalu. Begitu kejamnya, Sharon pernah menyandang julukan yang membuat dingin dan gemetar semua tengkuk anak cucu Adam. Ia menyandang julukan yang hanya biasa dipakai di dunia hitam, seperti "Jenderal Haus Darah", "Awan Kelabu Bagi Timur Tengah", "Tokoh Zionis Berdarah Panas", dan "Kreator Ladang Pembantaian."

Julukan-julukan yang bukan semata isapan jempol. Pembantaian sadis, 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi. Bulan Sabit Merah mencatat lebih dari 2.000 Muslim, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas mengenaskan. Sharon, tentu bukan satu-satunya jagal haus darah dari Israel. Karena tabiatnya yang ceroboh, berkepala batu, berlebihan, melampaui batas, mempermainkan firman Tuhan, menistakan para utusan-Nya, hingga kini bangsa Israel selalu menjadi bahan kutukan alam semesta.


Bahkan, meski dinilai secara politik sudah didesak agar bergerak ke tengah, Ehud Olmert juga pernah digadang-gadang sebagai tukang jagal baru, menyusul terjadinya pengeboman di Kota Qana yang menewaskan 56 orang, 37 di antaranya anak-anak dan wanita. Kekerasan nyaris selalu menyertai Israel sejak era David Ben Gurion, Moshe Sha-reet, Levi Eshkol, Yigal Allon, Golda Meir, Yitzhak Rabin, Menachem Begin, Yitzhak Shamir, Shimon Perez, Benyamin Netanyahu. Ehud Barak, Ariel Sharon, serta Ehud Olmert.

Bahkan, sejak lahirnya partai Mapai hingga munculnya kekuatan gabungan beberapa partai, dan terutama sejak menancapnya kepala batu partai Likud dan bergesernya garis perjuangan partai Buruh serta menyempalnya partai Yisrael Baytenu, lalu lahirnya si bungsu partai Kadima. Tak ada pergerakan yang tidak menyebar maut. Di belantara perpolitikan mereka, maut setiap saat mengepakkan sayapnya di atas kepala siapa saja.

Yang paling mutakhir adalah tindak kekerasan serta kebiadaban tentara mereka saat memperlakukan lebih dari 600 aktivis kamanusiaan di atas kapal berbendera Turki, "Mavi Marmara". Kapal yang, antara lain mengangkut tak kurang dari 12 aktivis kamanusiaan berkewarganegaraan Indonesia (WNI) itu untuk menyalurkan bantuan ke kawasan Gaza Palestina, menjadi bulan-bulanan kekerasan Si Yahudi. Tak peduli, kapal masih berada di perairan internasional, bukan dalam yurisdiksi Israel.

Maka, tumpahlah sumpah serapah, laknat, serta kutukan yang sekali lagi dialamatkan kepada mereka karena kegemaran mereka akan tindak kekerasan. Termasuk, dari Pemerintah Indonesia, yang mohon maaf, untuk kesekian kalinya hanya bisa mengutuk dan mengutuk. Tindakan yangjuga dilakukan bangsa dan negara lain. Bahkan, karena kesal tak menemukanalternatif paling meyakinkan, kita kadang terjebak untuk mengutuk diri sendiri setelah mengutuk Israel yang tak mempan dikutuk.

Dalam Alquran dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, adalah Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penganiayaan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa AS mencapai puncaknya ketika terjadi aksi penyaliban yang akhirnya Nabi Isa AS di selamatkann oleh Allah Swt. Penderitaan yang sama menyedihkannya juga dialami oleh Nabi Daud AS karena mereka tidak tahu berterima kasih. Simaklah, hal itu akan terpantul di dalam maz-murnya yang sangat menyayat hati.

Dengan penuh kepedihan. Nabi Daud dan Nabi Isa mengutuk mereka. KUTUKAN Nabi Daud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM.

Dan, akibat KUTUKAN Nabi Isa, Israel diluluhlan-takkan oleh Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, di dalamnya.

Bahkan, dari sebanyak 32 buah pecahan istilah "la'nat/kutuk" dalam Alquran, yang pertama-tama menjadi objek kutukan atau pelaknatan adalah BANGSA ISRAEL. Kitab Al-Mujamum Mufahros LiAlfaadzil Quran, menyebut ayat (78) surah Al-Maidah yang berbunyi luinalladzinna kafaruu min banli israel..."-"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel."

Dan kutukan lewat Nabi Daud AS itu, antara lain dapat ditemukan dalam Mazmur 53-78 dan 109, sementara kutukan Lewat Lisan Nabi Isa dapat ditemukan di banyak tempat dalam kitab Perjanjian Baru.

Petikan ayat dalam surah Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan lak-natan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering "berhubungan" dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penista-an terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Alquran yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama "ISRAEL".

Bahkan, tak kurang dari sebanyak 43 kali nama Israel juga disebut-sebut dalam Alquran. Alangkah seringnya. Diawali dengan ayat (40) surah Al Baqarah. ketika Allah mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surah As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatmya.

Di era modern, semuanya berawal dari tahun 1917, ketika Menlu Inggris. Arthur J Balfour, menerbitkan Deklarasi Balfour yang menyatakanperlunya dibentuk negara sendiri untuk kaum Yahudi di Palestina. Maka sejak 1929, mulailah serangkaian pemberontakan dilancarkan oleh orang-orang Palestina, menentang berdinnnya negara Yahudi itu. Bahkan, November tahun 1947. Majelis Umum PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi dua bagian Yahudi dan Palestina.

Israel menerima keputusan tersebut, tetapi Palestina dan negara-negara Arab menolak keras. Karena dasar itulah, pada 1948. David Ben Gurion memproklamasikan negeri zion itu. Maka, jalin kelindan peristiwa terus memakan korban, hingga akhirnya semua mata kembali terbelalak ketika kapal "Mavi Marmara" dikangkangi Israel. Turki, satu-satunya kawan terdekat di kawasan, marah besar kepada Israel. Kalau Turki saja bisa, kenapa Indonesia yang mengaku karib dekat Amerika Serikat, tidak menyeret Israel ke Mahkamah Internasional? Bukankah ada WNI yang dinistakan di Mavi Marmara?

Dalam Alquran sedikitnya disebutkan 22 sifat buruk bangsa Yahudi “Israel”, yakni :    
  1. Keras hati dan dzalim (Al-Baqarah:75,91,93,120,145,170; An-Nisa:160; Al-Maidah:41)
  2. Kebanyakan fasik dan sedikit beriman kepada Allah SWT (Ali Imran:110; An-Nisa:55)
  3. Musuh yang paling bahaya bagi orang-orang Islam (Al-Maidah:82)
  4. Amat mengetahui kekuatan dan kelemahan orang-orang Islam seperti mereka mengenal anak mereka sendiri (Al-An’am:20)
  5. Mengubah dan memutarbalikkan kebenaran (Al-Baqarah:75,91,101,140,145,211; Ali Imron:71,78; An-Nisa:46; Al-Maidah:41)
  6. Menyembunyikan bukti kebenaran (Al-Baqarah:76,101,120,146; Ali Imron:71)
  7. Hanya menerima perkara-perkara atau kebenaran yang dapat memenuhi cita rasa atau nafsu mereka (Al-Baqarah:87,101,120,146; Al-Maidah:41)
  8. Ingkar dan tidak dapat menerima keterangan dan kebenaran AlQuran (Al-Baqarah:91,99; Ali Imron:70)
  9. Memekakkan telinga kepada seruan kebenaran, membisukan diri untuk mengucapkan perkara yang benar, membutakan mata terhadap bukti kebenaran dan tidak menggunakan akal untuk menimbangkan kebenaran (Al-Baqarah:171)
  10. Mencampuradukkan yang benar dan yang salah, yang hak dan yang batil (Ali Imran:71)
  11. Berpura-pura mendukung orang Islam tetapi apabila ada di belakang orang-orang Islam, mereka mengutuk dengan sekeras-kerasnya (Al-Baqarah:76; Ali Imran:72,119)
  12. Hati meraka sudah tertutup akan Islam karena dilaknat oleh Allah SWT yang disebabkan oleh kekufuran mereka sendiri (Al-Baqarah:88,120,145,146)
  13. Kuat berpegang pada rasa kebangsaan mereka dan mengatakan bahwa mereka adalah bangsa yang istimewa yang dipilih oleh Tuhan dan menyakini agama yang selain daripada Yahudi adalah salah (Al-Baqarah:94,111,113,120,135,145; Al-Maidah:18)
  14. Tidak akan ada kebaikan untuk seluruh manusia jika mereka memimpin (An-Nisa:53)
  15. Tidak suka, dengki, iri hati terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:90,105,109,120)
  16. Mencintai kemewahan dan kehidupan dunia, bersifat tamak dan rakus, menginginkan umur yang panjang dan mengejar kesenangan serta takut akan kematian (Al-Baqarah:90,95,96,212)
  17. Berkata bohong, mengingkari janji dan melampaui batas (Al-Baqarah:100,246,249 Ali Imran:183,184; An-Nisa:46)
  18. Berlindung di balik mulut yang manis dan perkataan yang baik (Al-Baqarah:204,246; Ali Imron:72; An-Nisa:46)
  19. Mengada-ada perkara-perkara dusta dan suka kepada perkara-perkara dusta (Ali Imran:24,94,183,184; Al-Maidah:41)
  20. Berlaku sombong dan memandang rendah terhadap orang-orang Islam (Al-Baqarah:206,212,247)
  21. Tidak amanah dan memakan hak orang lain dengan cara yang salah (Ali Imran:75,76; At-Taubah:34)
  22. Selalu melakukan kerusakan dan menganjurkan peperangan (Ali Imran:64)(ram)

Semoga bermanfaat bagi kita semua manusia yang berhati CINTA DAMAI

Benyamin Franklin bekas Presiden Amerika dalam suatu pidatonya di hadapan Konggres
Amerika, mengingatkan para pendiri negara AS sebagai berikut ;

“Dulu, orang-orang yahudi masuk ke negeri ini sebagai imigran dekil. Kemudian mereka menguasai potensi-potensi alam kita. Sekarang, mereka begitu sombong kepada kita dengan memonopoli kekayaan alam kita. Mereka adalah iblis-iblis jahannam dan kelelawar penghisap darah rakyat Amerika. Tuan-tuan, usir gembel laknat itu dari negeri ini sebelum terlambat, demi melindungi kepentingan rakyat kita dan generasi medatang.

Kalau tidak Tuan-tuan akan melihat dalam satu abad mendatang mereka akan menjadi tantangan yang lebih besar daripada apa yang sekarang ini tuan pikirkan. Tiba -tiba, tuan akan menyaksikan mereka menguasai negeri dan bangsa ini. Mereka akan menghancurkan segala sesuatu yang telah kita bangun dengan darah kita. Percayalah, mereka tidak akan memiliki belas-kasihan kepada anak cucu kita nanti. Bahkan, tidak mustahil, mereka akan memperbudak kita demi mewujudkan apa yang mereka cita-citakan. Mereka akan berada dalam kantor-kantor sambil berfoya-foya untuk mentertawakan kebebalan, kebodohan dan kedunguan kita. Tuan-tuan yakinlah, Jika tuan-tuan tidak segera mengambil tindakan, niscaya ketika generasi-generasi mendatang tengah terinjak-injak sepatu mengkilat Yahudi, mereka akan melaknat kebijaksanaan kita sekarang ini.”

Lebih dari setengah abad yang lalu, peringatan itu di cetuskan oleh Benyamin Franklin. Tapi imbaun Franklin tak mampu beredar luas. Karena Free Masonry Yahudi telah keburu menjegalnya. Dengan menguasai seluruh posisi vital di AS, khususnya media massa, Yahudi bisa berbuat semaunya. Harian Charles Pickney dalam edisi yang mengekspos pidato Franklin, seluru oplahnya di bakar habis kalangan Yahudi AS. Usia kepemimpinan Benyamin Franklin pun tak lama, karena setelah itu media massa Zionis yang ganas memfitnahnya dengan tuduhan yang keji, mengakibatkan karir politiknya ambruk.

Sampai hari ini, makar Zionis berjalan atas Amerika dan seluruh dunia Tak ada satupun Presiden yang naik tanpa restu Yahudi. Yahudi betul-betul mencekik leher Amerika tanpa di sadari bangsa itu, kecuali hanya beberapa gelintir yang tahu. Dalam buku berjudul “Cerita Bangsaku “, Aba Eban, mantan Mentri Luar Negeri Israel, merinci pengaruh Yahudi di Amerika Serikat.

"Sepanjang sejarah Yahudi,belum pernah terjadi kasus dominasi sebesar yang kita lihat sekarang ini di Amerika Serikat. penyebab hal itu adalah, luasnya pengaruh mereka melebihi jumlah seluruh populasi di AS. Hanya 3% jumlah Yahudi dari jumlah seluruh penduduk di sana.”

Titik kulminasi keberhasilan makar Zionis tatkala mereka berhasil mengantarkan Fraklin Roosevelt ke Gedung Putih sebagai Presiden AS. Roosevelt adalah warga Yahudi yang bermarga Roosevelt. Di zaman itulah, dia merekrut warga Yahudi besar-besaran untuk menduduki posisi-posisi vital di AS. Efek dominasi Yahudi sangat menggurita itu juga terlihat,
ketika mereka berhasil membentuk komite khusus yang bertanggung jawab melobi Konggres AS tahun 1975. Nama komite itu “Lembaga Amerika-Israel Bidang Kerakyatan” ( Yahudi Dalam Informasi dan Organisasi – oleh Fuad bin Sayyid Abdurrahman Arrifa’i, terbitan Gema Insani Press, Jakarta 1995 ).

Aksi mendukung terorisme Zionis Israel kini pun marak di AS. Mantan PM Israel Benyamin Netanyahu, Menhan AS Paul Wolfowitz, bekas walikota New York Rudolph Giuliani dan sejumlah anggota konggres AS (Selasa, 15/04) dengan semangat larut dalam aksi berjudul “Pawai Solideritas Nasional untuk Israel” (The Nasional Solidarity Rally for Israel). Dalam orasinya di hadapan massa pro-agresor Israel, Paul Wolfowitz mengatakkan, “Presiden George W Bush ingin anda semua mengetahui, bahwa dia berdiri bersama dalam mendukung Israel”.

Dari sini bisa kita pahami, kenapa presiden Bush mendukung mati-matian Zionis Israel. Karena tidak berbeda dengan pendahulunya, Bush hakikatnya juga tak lebih sebagai kacung yang berhasil dicengkeram kuku-kuku najis komplotan Zionis Internasional. Sama halnya pendahulu Bush, Bill Clinton, ia adalah pendukung fanatik Israel. Masih ingat, bagaimana gigihnya Hillary Clinton (istri Bill Clinton) memimpin aksi mendukung Israel? Itulah sebabnya kenapa Ariel Sharon tak gentar menghadapi ancaman dunia yang kini di kuasai oleh AS.

Noam Chomsky seorang Profesor pada Massachusset Institute of Technology, menyoroti keganjilan AS tatkala berhadapan Israel.

Chomsky mengkritik AS karena tidak secara terbuka melaporkan fakta-fakta yang sangat jelas tentang bagaimana Washington menyuplai Israel dengan helikopter -helikopter dan senjata- senjata canggih untuk menghancurkan rakyat Palestina yang tidak bersenjata. Mereka (warga Palestina itu), tambah sang Profesor, hanya menggunakan batu untuk melakukan perlawanan yang sah terhadap penjajah Israel .

Tragis! Itulah kata yang bisa mewakili nasib Dunia Islam, khususnya bangsa Palestina Bagaimana tidak? Ketika negara paling berkuasa saat ini, yang mengaku sebagai kampiun demokrasi dan HAM, terlibat dalam persengkongkolan biadab dengan bangsa jahannam Israel? Ketika logika HAM dan demokrasi mengacu pada logika Talmud yang berlandaskan pada nilai- nilai penghalalan terhadap segala penghancuran moral, pembinatangan sifat -sifat manusia, penghapusan eksistensi manusia yang tidak berasal dari ras Yahudi serta menafikan eksistensi Tuhan?

Jika Agresor Israel bisa menggelar parade kebiadabannya di Palestina setiap hari, lantaran mereka sadar betul bahwa tindakan biadab mereka pasti akan di back up dan dilegatimasi AS. Segala negosiasi damai yang di prakarsai oleh AS, ancaman sanksi PBB, hatta ancaman embargo minyak dunia Arab, hanyalah sandiwara gombal dunia yang kini di bawah tekanan AS. Sebab
AS telah menetapkan paradigma “Siapa yang memusuhi Yahudi mereka adalah teroris yang wajib di perangi dunia”. Karena itu semua negara harus bergabung bersama AS untuk memerangi “terorisme” menurut Zionis-Israel.

Tragedi Sabra-Satila (16 September 1982) menjadi saksi kekejian tak terperi Zionis Israel. Pembantaian lebih dari 2500 pengungsi Palestina di Lebanon yang diotaki oleh Sharon itu berlangsung satu malam. Sharon juga yang mengotaki pembantaian Muslimin Palestina di desa Kibya tahun 1953. Harian Israel., Haaretz, mengutip kejadian itu sebagai berikut,”Tentara Mayor Ariel Sharon membunuh 70 warga Palestina. Sebagian besar korbannya adalah wanita dan anak -
anak.”

Apa yang menimpa warga Palestina di Dier Yassin menggambarkan kebuasan makhluk jahannam yang bernama Israel. Seorang dokter, Jacques de Reyner, wakil Ketua Komite Internasional Palang Merah di Jerusalem memberikan laporan atas apa yang telah di saksikannya Dia tiba di desa Dier Yassin pada hari kedua dan melihat tindakan “pembersihan oleh tentara”. “Pembunuhan massal ini di lakukan dengan senjata mesin, kemudian granat dan di akhiri dengan tubuh-tubuh korban di sayat-sayat dengan pisau. Bangsa Yahudi itu memenggal sebagian kepala korban. Dan secara keji memotong anggota tubuh 52 anak–anak didepan para ibu mereka. Mereka merobek rahim-rahim 25 wanita hamil dan membantai bayi-bayi di hadapan ibunya.“ papar Jacques.

David Duke, Presiden Nasional European-Amerika Unity and Rights Organization (EURO), memaparkan tragedy Deir Yassin sebagai berikut : “Pernahkah anda melihat film dokumenter televisi dan film-film Hollywood tentang teror Israel di Deir Yassin atau ribuan tindakan teror Israel lainnya terhadap rakyat Palestina? Anda telah mendengar banyak cerita tentang korban - korban warga Yahudi oleh Hitler, tetapi pernahkan anda mendengar suara para wanita di Deir Yassin dimana bayi-bayi mereka dipotong dari rahim-rahim ibunya oleh agresor Israel? Pernahkah anda mendengar suara-suara salah satu dari ribuan korban rakyat Palestina lainnya oleh Begin, Shamir, Barak, dan Sharon?” Dan watak kebinatangan Israel yang tak dimiliki bangsa lain, menurut Duke adalah, kegemaran bangsa itu memilih dan mengangkat para pelaku pembunuhan massal yang paling kejam sebagai kepala negara mereka.

Sejak tahun 1948, papar Duke, rakyat Palestina menghadapi tindakan terorisme secara terus menerus dari pihak Israel. Ratusan perkampungan Palestina telah dihancurkan dan secara literal telah dihapuskan dari atas peta. Puluhan ribu rumah telah dibom, dibolduser atau didinamit selama berlangsung proses perdamaian ! Puluhan ribu wanita, pria, dan anak-anak telah dibunuh. Bahkan jumlah yang lebih banyak telah di bikin buta, dibuat cacat seumur hidup, dibunuh dan dipotong anggota-anggota tubuhnya. Ratusan ribu telah dipenjarakan dan atau disiksa. (David Duke dalam “Bagaimana Terorisme Israel dan Subversi Amerika Meyebabkan Serangan 11
September” - COMES, Tarbiatuna, Terbitan Pertama 2002)



Tidak ada kebejadan moral manapun di dunia, kekejian atas kemanusiaan (crime against humanity), penyebaran budaya pembinatangan manusia, kejahatan narkoba, minuman keras, lokalisasi judi, budaya sadisme, sex bebas, dan slogan-slogan anti tuhan seraya pemujaan kepada syahwat dan iblis, di seantaro kolong bumi, kecuali disitu dirasuki tangan –tangan najis dan
bejad Yahudi. Dan seluruh kebejadan dan hinaan, pasti oleh Al-Qur’an selalu dinisbatkan pada bangsa Jahannam itu.

Yahudi adalah kaum yang dilaknat Allah, karena mereka meninggalkan amal setelah mengetahui hukum wajibnya, tidak ber-amar ma’ruf nahi mungkar, melecehkan dan memalsukan kitab
Allah, mengingkari janji, mengkufuri ayat-ayat Allah, mengatas namakan asma’ Allah dengan bodoh, mengubah perintah Allah, mengimani thogut dan para tiran, makar terhadap Allah dan Rasul-Nya, mengklaim dirinya sebagai pembunuh Isa a.s, menyembah lembu, mengingkari kebenaran, membunuh para Nabi, menyembunyikan kesaksian Allah, mengikuti hawa nafsu,
mengkufuri nikmat Allah, lebih mencintai harta daripada Allah, menolak hukum Allah, mendustakan ajaran Isa a.s, selalu berkata dusta, memakan harta haram dan mengangkat Uzair anak Allah. (Hidayatullah.com)

Maka tepatlah jika Allah ‘azza wa jalla melaknat Yahudi dan para anteknya hingga akhir zaman.

“Sesungguhnya engkau akan dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman, yakni orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik…” (QS. Al-Maaidah/5 : 82 )




Masihkah anda ragu ??

 Oleh : Dr. Shamel Sultanov (Ketua Pusat Kajian Strategi Rusia dan Dunia Islam)


Stalin dan Truman
Negara bernama Israel muncul pada Mei 1948 sesuai dengan keputusan Majlis Umum PBB pada November 1987. Resolusi ini sangat berbau formalitas belaka. Sebab pendirian negara yahudi buatan di jantung dunia Arab hanya mungkin dilakukan dengan niat-niat strategis elit Amerika Serikat dan Uni Soviet saat itu yang merupakan negara terkuat pasca perang dunia.

Faktor spirit dan emosi terkait nasib yahudi di Eropa setelah penjajahan Nazi beperan dalam diri Stalin dan Truman. Tujuan terpentingnya berbeda. Uni Soviet dan Amerika melihat bahwa negara yahudi ke depan bersifat sebagai alat efektif merealisasikan kepentingan mereka jangka panjang di Timteng.

Usai perang dunia II, mulai dilakukan pembagian wilayah-wilayah kekuasaan antara dua kekuatan baru di dunia. Wilayah terpenting bagi para politisi adalah di Timur Tengah. Tak spontan bila Stalin ingin Libia di bawah penjagaan Uni Soviet.

Namun kawasan Timteng sekitarnya masih dalam kekuasaan negara-negara imperialisme saat itu Inggris dan Perancis. Padahal Paris dan London saat keluar dari perang dunia II dalam kondisi lemah namun melepaskan kawasan Timteng yang kaya minyak adalah hal yang tidak pernah mereka diprediksi.

Rencananya, Israel akan menjadi buldoser dengan remot control yang bisa membantu membuka jalan ke kawasan baik bagi Uni Soviet (seperti yang diinginkan Stalin) atau Amerika (seperti yang diinginkan Truman). Namun yang salah perkiraan adalah Stalin. Ia mengirim ke Palestina (saat wilayah ini masih dikuasai oleh mandat Inggris) ribuan komandan pasukan dan intel yang dia yakini masih dipercaya dari kalangan yahudi komunis yang akan membantu Israel “sosialis”. Namun buktinya “seruan darah yahudi” lebih kuat ketimbang idelogi komunis. Dalam waktu cepat Stalin dibuang keluar.

Kegagalan bersahabat dengan Israel inilah yang membuat Stalin benci bukan kepalang kepada Israel dalam kehidupan politiknya. Suatu ketika di tahun 1917, Stalin mengusulkan agar melakukan aksi “pembersihan” besar-besaran di kalangan partainya dari kekuasaan unsur yahudi. Akhirnya Stalin pun terbunuh. Namun kecenderungan memusuhi Israel masih kuat mengakar di kalangan penerusnya bahkan hingga Gorbacev.

Namun situasi itu tidak bersih dari hubungan Amerika dan negara yahudi. Pemimpin Israel generasi awal lebih memilih bergantung kepada hubungan tradisional dengan Eropa, tempat pusat-pusat zionisme dunia. Apalagi pasca perang dunia II Amerika ramai gerakan anti semit, bukan hanya di kalangan rakyat namun juga elit politik.

Karenanya, Israel bersanding dengan Inggris dan Perancis dalam perang segitiga terhadap Mesir tahun 1956 setelah Jamal Abdul Nasher menguasai terusan Suez. Ini pertama kalinya negara Israel ikut perang dengan tetangga Arabnya tanpa persetujuan dari Washington.

Moskow mendukung Mesir saat itu. Elit Uni Soviet menegaskan bahwa jika perang tidak dihentikan langsung, 300 ribu kaum muslim Soviet akan berbondong membantu saaudara mereka di Mesir. London dan Paris minta tolong Amerika. Koalisi segitiga pun bubar dan sejak itu Israel sadar pentingnya fokus bersahabat dengan Mesir.

Koalisi jangka panjang Amerika dan Israel, selain untuk kepentingan Amerika juga untuk kepentingan struktur zionisme dunia yang berkembang cepat.

Kelompok kanan ekstrim Amerika melihat bahwa operasi yang berujung pembentukan sistem penjajahan zionis sementara di Amerika mulai menguat di pertengahan tahun 50an, terutama ketika Partai Demokrat berkuasa. Para pendukung zionisme di Amerika menggunakan trend Israel saat itu untuk menatukan masyarakat yahudi dan modal mereka untuk menguatkan sikap politiknya di sana.

Maka dibentuklah ratusan ribu organisasi dan lembaga pendudukung – mobilisasi - Israel dari semua lini. Di antara lobi yahudi, desain politik SDM untuk bidang keuangan dan media, dukungan fasilitas untuk penentu kebijakan politik Amerika. SDM media dan politik digerakkan secara massiv untuk mendukung koalisi Amerika Israel dan dibuat kampanye ideologi dan propagandis khusus.

Periode tahun 1967 – 2006 adalah era keemasan koalisi Amerika Israel. Sampai-sampai Iran Syah dan Turki bergabung dalam anggota NATO.

Israel mengkoordinir operasi militer terhadap Arab dengan Pantagon langsung. Bahwa Washington membekali Israel dengan senjata nuklir. Amerika pun menjadi hegemonis di era tahun 1990an di dunia Arab pasca hancurnya Uni Soviet.

Ini berlangsung hingga era Bush senior dan junior. Di masyarakat Amerika terbentuk koalisi-koalisi sosial politik yang luas antara zionis dan zionis protestan (kristen) hingga membentuk satu poros “neo konservatif” yang memiliki pandangan; apa yang baik bagi Amerika baik pula bagi Israel, dan sebaliknya. Sebagian elit Amerika juga yang merancang aksi 11 September sebagai alasan perang atas dunia Islam, kompetitor utama Israel, menurut pandangan zionisme internasional.

Dialegtik Polemik
Namun sejarah ibarat jiwa berwatak ganda. Sejarah bergerak tanpa diprediksi manusia. Pada saat Israel menjadi alat penting bagi politik Amerika di Timteng, pada saat itu pula, negara zionis ini berubah menjadi faktor utama tumbuhnya radikalisme di Timteng.

Disaat Israel ia menjadi pangkalang kuat bagi peradaban barat di kawasan Timteng, demokrasi dan sekularisme. Namun keberadaan Israel sendiri menjadi pemicu utama kebangkitan Islam yang di dunia. Lebih dari itu, kalau bukan karena Israel, maka tidak akan terjadi kemunduran cepat bagi ideologi liberal sekuler dan partai yang mengusungnya di dunia Arab.

Israel Amerika kini menjadi simbol kezhaliman mutlak bagi jutaan kaum muslimin. Israel dan Amerika menjadi simbol kezhaliman amoral, imperialis, dan musuh tanpa rasa kasih sayang yang tidak pahak kecuali dengan bahasa kekuatan. Israel menjajah tanah milik Palestina yang sudah dihuni ribuan tahun dengan alasan bodoh; bahwa yahudi pernah tinggal di sana dan kemudian mereka diusir. Seakan dengan faktor ini saja mereka memiliki hak historis menguasai tanah Palestina. Namun hari ini bahkan pakar Israel sendiri membuktikan bahwa yahudi sebenarnya tidak pernah diusir oleh Romawi dari tanah Yahuda saat itu.

Namun yang menentukan sebenarnya juga adalah cita-cita politik Stalin dan Truman.

Perjuangan bangsa Palestina selama tujuh dekade melawan Israel membuahkan hasil berkembangnya kesadaran nasional, sosial dan politik Palestina. Bangsa Palestina kini menjadi bangsa paling “maju” dan pemberani di dunia. Misalnya, prosentase jumlah pelajar Palestina dari 1000 penduduk melebihi prosentase pelajar di Rusia. Jumlah syuhada Palestina selalu menjadi kebanggaan bagi setiap penduduk Palestina. Sementara Israel justru menyebutkan kematian sebagai hal yang menakutkan.

Kalau tidak ada Israel, barangkali Jalur Gaza sudah digabungkan dengan Mesir dan Tepi Barat digabungkan ke Jordania.

Anda perlu tahu, perjuangan melawan Israel pulalah yang menjadi motivasi munculnya revolusi Iran tahun 1979-1978. Sebab Shah Iran adalah teman dekat Israel. Keberadaan Israel di Timur Tengah pulalah yang menjadi penyebab penting naiknya kekuatan Islam fundamental moderat ke kekuasaan di Iran dan Turki. Akibatnya, kini terjadi perubahan mengakar dalam perimbangan kekuatan di Timur Tengah. Belakangan, revolusi Arab yang meletus sangat terasa aroma kebencian terhadap Israel. Politik yang diterapkan Israel secara alami akan meningkatkan gelombang anti semit dunia. Bahkan inilah yang ditengarai oleh pusat-pusat studi yahudi termasuk konferensi yahudi Rusia.

Militer atau Zionisme, Siapa Menang?
Langsung setelah setahun setengah perang Amerika ke Irak tahun 2003, Israel menjadi penyebab konfrontasi baru di internal lembaga politik tingkat tinggi Amerika; antara poros militer dan poros pendukung loyal Israel.

Hingga awal tahun 2005, Departemen Pertahanan Amerika menyimpulkan bahwa mengalahkan “kelompok pemberontak” dan mengendalikan Irak secara efektif adalah hal mustahil. Perang Irak secara esensial telah menjadi kesyirikan geopolitik Amerika sebab Irak yang terjajah menjadi titik pengguncang stabilitas seluruh kawasan Timur Tengah sebagai lumbung kepentingan Amerika. Perang Irak menyebabkan ketergantungan Amerika kepada Iran semakin besar.

Akibatnya, muncul polemik panas di kalangan elit politik Amerika soal siapa yang bertanggungjawab atas spekulasi perang Irak yang merugikan ini? Digelar puluhan sidang, workshop khusus, ratusan artikel ditulis dan sejumlah buku dikarang untuk menganalisis kekalahan ini.

Poros militer AS itu menudukung politik neo konservatif dan pemerintahan Bush junior telah membuang Cuma-Cuma aset termahal Amerika dalam perang Afganistan dan Irak. Kesimpulan akhirnya, pemeran utama dalam memicu perang adalah lembaga-lembaga Israel dan lobi yahudi pendukung Israel. [Dimuat di harian Zavtara Rusia, edisi 29 Juni 2011.

 
Desember 2006, Menhan baru Amerika dipilih, Robert Gets, seorang elit Amerika dan ketua lobi militer Amerika. Pemilihannya diperkirakan akan merevisi banyak kebijakan politik luar negeri Amerika. Pemilihannya ditentang oleh wakil presiden Dick Cheney, pimpinan sesungguhnya dari aliran Neo Konservatif.

Tahun 2008, di kota Philadelpia di bulan Juni digelar sidang rahasia perwakilan elit Amerika dengan Barack Obama dan Hillary Clinton. Dengan tekanan lobi militer, mereka sepakat presiden mendatang adalah Barack Obama. Namun Hillary Clinton yang diandalkan oleh zionisme internasional harus mendapat gantinya sebagai Menlu AS.

Pasca Pilpres, konflik di level elit tinggi Amerika tidak berhenti. Lobi Israel tidak akan memberikan peluang kepada Obama dan orang di belakangnya dari elit militer AS untuk memilih kandidat mereka yang dituding memiliki gaya pemikiran anti Israel.

Konfrontasi dingin di internal elit AS semakin panas bersamaan dengan meningkatnya program nuklir Iran. Pihak poros militer Amerika menuding Israel bersama penggembalanya dari organisasi-organsasi zionis internasional berusaha menyulut perang langsung antara Amerika dan Iran. Militer manapun yang berakal dan berfikir logis akan menyadari bahwa perang semacam ini akan mengakibat kondisi yang berada di luar kendali dan akan menyulut perang besar di kawasan bahkan menjadi perang internasional.

Pertanyaan penting; kenapa elit Israel yang hegemoni sekarang, terutama gerakan zionisme internasional membutuhkan perang antara Iran dan Amerika yang bisa menyebabkan akibat sangat buruk, bahkan bagi bangsa yahudi sendiri?

Masalahnya sangat krusial hingga Zbigniew Brzezinsk yang terkenal itu terpaksa mengumumkan bahwa jika pesawat tempur Israel menggempur Iran, maka Amerika akan terpaksa menghalanginya di atas udara Irak agar Israel kembali ke pangkalan mereka.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Badan Intelijen Amerika merilis prediksinya yang meragukan peluang Israel bisa bertahan hingga tahun 2025.

Setelah itu jenderal David Petraeus sebagai panglima pasukan angkatan darat Pusat Amerika mengeluarkan statemen resmi soal prediksi ini dan menyusul komandan pasukan Amerika di Afganistan. Statemen ini menjadi pertanda meningkatnya ketegangan dalam hubungan militer Amerika dan lobi loyalis Israel.

Di balik format diplomasi realita, tersembunyi pesan tegas kepada elit Israel bahwa politik Israel akan menciptakan masalah-masalah baru bagi Amerika di dunia Islam. Amerika akan membayar harga ketidaklogisan langkah Israel dengan darah pasukan Amerika bahkan kerugian dana yang amat besar serta melemahkan sikapnya di Timteng. Ini terjadi pada saat kemampuan politik dan ekonomi Amerika di seluruh dunia menurun dan Cina berubah menjadi penantang serius bagi strategi Washington.

Berbeda dengan sikap Amerika dan Eropa, mayoritas elit Israel sekarang ini tidak ingin kesepakatan hakiki dengan Palestina. Mereka tidak akan pernah sepakat dalam kondisi apapun dengan berdirinya negara Palestina merdeka. Negara Israel saat ini berdiri di atas prinsip yang tidak mungkin hidup (bertahan) kecuali dalam kondisi “tidak perang dan tidak damai”, dan Israel tidak akan melepaskan wilayah jajahannya.

Kesimpulannya, Israel tidak akan mampu (tidak sudi) masuk (berbaur) dalam rezim kawasan Timteng. Padahal sejarah membutikan bahwa negara-negara yang tidak mampu membaur di kawasan sekitar (misalnya imperium kaum Salib) pasti akan hilang dari peta dunia.

Konfrontasi antara poros militer Amerika dan Lobi loyalis Israel menyebabkan semakin tajamnya perbedaan di internal gerakan zionisme internasional. Kedua poros ini berada dalam Israel sendiri.

Pertama; poros “zionis nasionalis” pendukung fanatik tanpa syarat kepada Israel sebagai negara yahudi kebangsaan, apapun harga dan risikonya. Mereka saat ini masih menguasai internal gerakan zionisme internasional, namun sikap-sikap mereka banyak mengalami kemunduran secara bertahap. Ada banyak faktor di antaranya karena daya tarik image Israel sebagai negeri bangsa yahudis seluruh dunia sudah terkoyak dengan keras. Antara masyarakat Israel dan elit sendiri terurai.

Tidak rahasia, runtuhnya moral politik dan sosial di kalangan Israel sudah menjadi fenomena seperti gunung es terutama sejak 20 tahun terakhir. Sebagai contoh Menlu Israel Avigdor Lieberman dicurigai melakukan korupsi, skandal cuci uang dan lain-lain.

Sudah bukan asing bahwa jumlah yahudi yang eksodus ke luar negeri lebih banyak di banding eksodus yang datang ke “tanah yang dijanjikan”.

Poros kedua; di gerakan zionisme internasional yang dikenal dengan imperialisme zionisme yang berkeyakinan bahwa masa depan zionisme bukanlah di Israel namun masa depan ada pada koalisi strategi dengan salah satu sentra kekuatan dunia. Karenanya, mereka menganggap bahwa tidak wajib mengorbankan masa depan masyarakat yahudi dan modal yahudi di Amerika untuk Israel, tapi juga bukan Cina atau Eropa karena sejumlah sebab, yang bisa menjadi koalisi jangka panjang bagi zionisme internasional. Maka yang tersisa hanya dua pilihan: Amerika atau Rusia. Tidak spontan ketika Netanyahu, Lieberman dan pimpinan-pimpinan organisasi zionisme Rusia bertemu dan berbicara secara intens soal koalisi strategi jangka panjang antara Israel dan Rusia.

Sejarah Israel secara formal saat ini secara obyektif harus dikatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju kehancuran dan redup. Masalahnya bukan karena pasukan Arab yang secara mengagetkan menguasai wilayah yang dijajah Israel atau karena sebagian kelompok ‘ekstrim’ Palestina mampu secara mendadak melumpuhkan kehidupan ekonomi dan politik secara utuh di negara yahudi. Ini tidak akan terjadi.

Israel adalah negara boneka oleh kekuatan asing untuk menyelesaikan sejumlah masalah dan problema. Tugas Israel sebagai negara boneka ini tidak lagi mampu dijalankan. Sehingga Israel tidak lagi dibutuhkan. [bsyr, InfoPalestina]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.