Articles by "Tokoh Islam Dunia"

Tampilkan postingan dengan label Tokoh Islam Dunia. Tampilkan semua postingan


Illustration by Al-Biruni (973-1048) of differ...
Abu Rayhan al-Biruni adalah seorang ilmuwan besar, fisikawan, astronom, sosiolog, sastrawan, sejarawan dan matematikawan yang nilainya tidak pernah diketahui. Dia dipertimbangkan sebagai bapak dari unified field theory (teori segala sesuatu -pen) oleh peraih penghargaan Nobel Profesor Abdus Salam. Abu Rayhan al-Biruni hidup hampir seribu tahun yang lalu dan sezaman dengan Ibn Sina (Avicenna) dan Sultan Mahmoud Ghazni.

Pada saat menjelang akhir hayatnya, Biruni dikunjungi oleh tetangganya yang merupakan ahli fiqih. Abu Rayhan masih dalam keadaan sadar, dan tatkala melihat sang ahli fiqih, dia bertanya kepadanya tentang hukum waris dan beberapa hal yang berhubungan dengannya. Sang ahli fiqih terkesima melihat seseorang yang sekarat masih tertarik dengan persoalan-persoalan tersebut. Abu Rayhan berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu: mana yang lebih baik, meninggal dengan ilmu atau meninggal tanpanya?” Sang ahli fiqih menjawab, “Tentu saja lebih baik mengetahui dan kemudian meninggal.” Abu Rayhan berkata, “Untuk itulah aku menanyakan pertanyaanku yang pertama.” Beberapa saat setelah sang ahli fiqih tiba dirumahnya, tangisan duka mengatakan kepadanya bahwa Abu Rayhan telah meninggal dunia. (Murtaza Mutahhari: Khutbah Keagamaan)

Setelah itu, hampir seribu tahun yang lalu, ketika umat muslim adalah pembawa obor pengetahuan pada zaman kegelapan. Mereka menciptakan peradaban Islam, didorong oleh penelitian dan penemuan ilmiah, yang membuat bagian dunia lainnya iri selama berabad-abad.

Dalam kata-kata Carli Fiorina, seorang CEO Hewlett Packard yang visioner dan berbakat tinggi, “Adalah para arsitek yang mendesign bangunan-bangunan yang mampu melawan gravitasi. Adalah para matematikawan yang menciptakan aljabar dan algoritma yang dengannya komputer dan enkripsi data dapat tercipta. Adalah para dokter yang memeriksa tubuh manusia, dan menemukan obat baru untuk penyakit. Adalah para astronom yang melihat ke langit, memberi nama bintang-bintang, dan membuka jalan bagi perjalanan dan eksplorasi antariksa. Adalah para sastrawan yang menciptakan ribuan kisah; kisah-kisah perjuangan, percintaan dan keajaiban. Ketika negeri lain takut akan gagasan-gagasan, peradaban ini berkembang pesat dengannya dan membuat mereka penuh energi. Ketika ilmu pengetahuan terancam dihapus akibat penyensoran oleh peradaban sebelumnya, peradaban ini menjaga ilmu pengetahuan tetap hidup, dan menyebarkannya kepada peradaban lain. Tatkala peradaban barat modern sedang berbagi pengetahuan ini, peradaban yang sedang saya bicarakan ini adalah dunia Islam bermula pada tahun 800 hingga 1600, yang termasuk di dalamnya Dinasti Ottoman dan kota Baghdad, Damaskus dan Kairo, dan penguasa agung seperti Sulaiman yang Bijak. Walaupun kita sering kali tidak menyadari hutang budi kita kepada peradaban ini, sumbangsihnya merupakan bagian dasar dari kebudayaan kita. Teknologi industri tidak akan pernah hadir tanpa kontribusi para matematikawan arab.”

Sebenarnya, sangatlah sulit untuk mencari bidang ilmu pengetahuan yang tidak berhutang budi kepada para pionir ini. Di bawah ini adalah daftar singkat, tanpa bermaksud menyatakannya sebagai yang terlengkap, para ilmuwan muslim dari abad 8 hingga abad 14.

701 (Meninggal) * Khalid Ibn Yazeed * Ilmuwan kimia

721-803 * Jabir Ibn Haiyan * Ilmuwan kimia (Seorang ilmuwan kimia muslim populer)

740 * Al-Asma’i * Ahli ilmu hewan, ahli tumbuh-tumbuhan, ahli pertanian

780 * Al-Khwarizmi (Algorizm) * Matematika (Aljabar, Kalkulus), Astronomi

Kitab al-Hayawan. Sebuah kitab berisi ensklopedia berbagai jenis binatang karya ahli ilmu hewan muslim al-Jahiz. Pada kitab ini al-Jahiz memaparkan berbagai macam teori, salah satunya mengenai interaksi antara hewan dengan lingkungannya.

776-868 * Amr Ibn Bahr al-Jahiz * Ahli ilmu hewan

787 * Al Balkhi, Ja’far Ibn Muhammad (Albumasar) * Astronomi

796 (Meninggal) * Al-Fazari, Ibrahim Ibn Habib * Astronomi

800 * Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) * Kedokteran, Filsafat, Fisika, Optik

815 * Al-Dinawari, Abu Hanifa Ahmed Ibn Dawud * Matematika, Sastra

816 * Al Balkhi * Ilmu Bumi (Geography)

836 * Thabit Ibn Qurrah (Thebit) * Astronomi, Mekanik, Geometri, Anatomi

838-870 * Ali Ibn Rabban Al-Tabari * Kedokteran, Matematika

852 * Al Battani Abu Abdillah * Matematika, Astronomi, Insinyur

857 * Ibn Masawaih You’hanna * Kedokteran

858-929 * Abu Abdullah Al Battani (Albategnius) * Astronomi, Matematika

860 * Al-Farghani, Abu al-Abbas (Al-Fraganus) * Astronomy, Tehnik Sipil

864-930 * Al-Razi (Rhazes) * Kedokteran, Ilmu Kedokteran Mata, Ilmu Kimia

973 (Meninggal) * Al-Kindi * Fisika, Optik, Ilmu Logam, Ilmu Kelautan, Filsafat

888 (Meninggal) * Abbas Ibn Firnas * Mekanika, Ilmu Planet, Kristal Semu

900 (Meninggal) * Abu Hamed Al-Ustrulabi * Astronomi

903-986 * Al-Sufi (Azophi) * Astronomi

908 * Thabit Ibn Qurrah * Kedokteran, Insinyur

912 (Meninggal) * Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) * Ilmu Kimia

923 (Meninggal) * Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (Altibrizi) * Matematika, Astronomi

930 * Ibn Miskawayh, Ahmed Abu Ali * Kedokteran, Ilmu Kimia

932 * Ahmed Al-Tabari * Kedokteran

934 * Al-Istakhr II * Ilmu Bumi (Peta Bumi)

936-1013 * Abu Al-Qosim Al-Zahravi (Albucasis) * Ilmu Bedah, Kedokteran

940-997 * Abu Wafa Muhammad Al-Buzjani * Matematika, Astronomi, Geometri

943 * Ibn Hawqal * Ilmu Bumi (Peta Dunia)

950 * Al Majrett’ti Abu al-Qosim * Astronomi, Ilmu Kimia, Matematika

958 (Meninggal) * Abul Hasan Ali al-Mas’udi * Ilmu Bumi, Sejarah

960 (Meninggal) * Ibn Wahshiyh, Abu Bakar * Ilmu Kimia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan

965-1040 * Ibn Al-Haitham (Alhazen) * Fisika, Optik, Matematika

973-1048 * Abu Rayhan Al-Biruni * Astronomy, Matematika, Sejarah, Sastra

976 * Ibn Abil Ashath * Kedokteran

980-1037 * Ibn Sina (Avicenna) * Kedokteran, Filsafat, Matematika, Astronomi

983 * Ikhwan A-Safa (Assafa) * (Kelompok Ilmuwan Muslim)

1001 * Ibn Wardi * Ilmu Bumi (Peta Dunia)

1008 (Meninggal) * Ibn Yunus * Astronomy, Matematika.

1019 * Al-Hasib Alkarji * Matematika

1029-1087 * Al-Zarqali (Arzachel) * Matematika, Astronomi, Syair

1044 * Omar Al-Khayyam * Matematika, Astronomi, Penyair

1060 (Meninggal) * Ali Ibn Ridwan Abu Hassan Ali * Kedokteran

1077 * Ibn Abi Sadia Abul Qasim * Kedokteran

1090-1161 – Ibn Zuhr (Avenzoar) * Ilmu Bedah, Kedokteran

1095 – Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya (Avenpace) * Astronomi, Kedokteran

1097 – Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) * Ilmu Tumbuh-Tumbuhan, Kedokteran, Ilmu

1099 – Al-Idrisi (Dreses) * Ilmu Bumi (Geography), Ahli Ilmu Hewan, Peta Dunia (Peta Pertama)

1110-1185 – Ibn Tufayl, Abubacer Al-Qaysi * Filosofi, Kedokteran

1120 (Meninggal) – Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali *Ahli Kimia, Penyair

1128 – Ibn Rushd (Averroe’s) * Filosofi, Kedokteran, Astronomi

1135 – Ibn Maymun, Musa (Maimonides) * Kedokteran, Filosofi

1136 – 1206 – Al-Razaz Al-Jazari * Astronomi, Seni, Insinyur mekanik

1140 – Al-Badee Al-Ustralabi * Astronomi, Matematika

1155 (Meningal) – Abdel-al Rahman al Khazin *Astronomi

1162 – Al Baghdadi, Abdel-Lateef Muwaffaq * Kedokteran, Ahli Bumi (Geography)

1165 – Ibn A-Rumiyyah Abul’Abbas (Annabati) * Ahli Tumbuh-tumbuhan

1173 – Rasheed Al-Deen Al-Suri * Ahli Tumbuh-tumbuhan

1180 – Al-Samawal * Matematika

1184 – Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) *Ahli Logam, Ahli Batu-batuan

1201-1274 – Nasir Al-Din Al-Tusi * Astronomi, Non-Euclidean Geometri

1203 – Ibn Abi-Usaibi’ah, Muwaffaq Al-Din * Kedokteran

1204 (Meninggal) – Al-Bitruji (Alpetragius) * Astronomi

1213-1288 – Ibn Al-Nafis Damishqui * Astronomi

1236 – Kutb Aldeen Al-Shirazi * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)

1248 (Meninggal) * Ibn Al-Baitar * Farmasi, Ahli Tumbuh-tumbuhan (Botany)

1258 – Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi * Kedokteran, Matematika

1262 – Abu al-Fath Abd al-Rahman al-Khazini * Fisika, Astronomi

1273-1331 – Al-Fida (Abdulfeda) * Astronomi, Ilmu Bumi (Geography)

1360 – Ibn Al-Shater Al Dimashqi * Astronomi, Matematika

1320 (Meninggal) – Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan *Astronomy, Fisika

1341 (Meninggal) – Al Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer * Ilmu Kimia

1351 – Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

1359 – Ibn Al-Magdi, Shihab Udden Ibn Tanbugha * Matematika, Astronomi

1375 (Meninggal) – Ibn al-Shatir * Astronomi

1393-1449 – Ulugh Beg * Astronomi

1424 – Ghiyath al-Din al Kashani * Analisis Numerikal, Perhitungan

Dengan deretan sarjana muslim seperti itu, tidaklah sulit untuk menyetujui apa yang dikatakan George Sarton, ” Tugas utama kemanusian telah dicapai oleh para muslim. Filosof terbaik, Al-Farabi adalah seorang muslim. Matematikawan terbaik Abul Kamil dan Ibn Sina adalah muslim. Ahli geography (Ilmu Bumi) dan ensklopedia terbaik Al-Masudi adalah seorang muslim dan Al-Tabari ahli sejarah terbaik juga seorang muslim.

Sejarah sebelum Islam dipenuhi dengan perkiraan-perkiraan, desas-desus dan mitos-mitos. Adalah seorang ahli sejarah muslim yang pertama kali memperkenalkan metode sanad dan matan yang melacak keaslian dan keutuhan sebuah informasi langsung dari saksi mata. Menurut seorang ahli sejarah Bucla “Metode ini belumlah dipraktekkan oleh Eropa sebelum tahun 1597.” Metode lainnya: adalah penelitian sejarah bersumber dari ahli sejarah terkemuka Ibn Khaldun. Pengarang dari Kashfuz Zunun memberikan daftar 1300 buku-buku sejarah yang ditulis dalam bahasa Arab pada masa beberapa abad sejak munculnya Islam.

Sekarang lihatlah dunia kaum muslim. Kapankah anda terakhir kali mendengar seorang muslim memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran? Bagaimana dengan publikasi ilmiah? Sayangnya, anda tidak akan menemukan banyak nama kaum Muslim dalam bidang ilmu pengetahuan dan makalah-makalah ilmiah. Apa yang kurang? Alasan apa yang kita miliki?

Sebuah publikasi yang baru saja diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi pembangunan di wilayah Arab mengemukakan bahwa dunia Arab yang terdiri dari 22 negara menerjemahkan 330 buku per tahun. Angka itu sangat menyedihkan, hanya seperlima dari jumlah buku-buku yang diterjemahkan oleh sebuah negara kecil Yunani dalam setahunnya! (Spanyol menerjemahkan rata-rata 100,000 buku setiap tahunnya). Mengapa ada alergi atau keengganan untuk menerjemahkan ilmu yang asal-muasalnya berasal dari nenek moyang kita sendiri untuk mendapatkan kembali warisan terdahulu dengan menganalisa, mengumpulkan, menyempurnakan dan menyalurkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Sumber: http://www.forumbebas.com/thread-56855.html


Memerintah 1174 M. – 4 Maret-1193 M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama lengkap Yusuf Ayyubi
Lahir 1138 M. di Tikrit, Iraq
Meninggal 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubid
Ayah Najmuddin Ayyub

Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau Saladin –menurut lafal orang Barat– adalah salah satu pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam. Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah, meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.

Shalahuddin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Selain Jerusalem kota-kota lainnya pun ditaklukkan kecuali Tyres/Tyrus. Jatuhnya Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade.

Perang Salib Ketiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di Battle of Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibilty Sholahuddin. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.

Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Shalahuddin meninggal dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.

Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.

dari : http://yulian.firdaus.or.id/

Kisah SaladiN (salahudin AL-aYUBI) dari Gunawan Muhammad

Saladin

Saya coba mendoakan arwah Saladin di depan makamnya, di
sebuah ruangan di belakang Masjid Umayyah yang berumur lebih
dari 12 abad itu di Damaskus. Tapi konsentrasi diri saya rasanya
tak betul. Barangkali sesuatu telah mengganggu hati saya.

Makam itu - makam orang yang termasyhur dalam sejarah itu,
orang yang besar jasanya itu, orang yang dipuji bahkan oleh
musuh-musuhnya itu - terasa kusam. Seperti kesedihan yang
dicoba disembunyikan, ruangan itu kelabu. Sebuah kubur dengan
nisan yang tinggi tapi hanya tampil serasa kayu lapuk, logam yang
aus. Sebuah ruang sekitar 4 X 6 meter, yang seperti kamar yang
kehilangan peminat. Warna-warnanya hambar. Cahaya pudar.
Sawang tebal. Debu. Orang tak akan tahu dengan segera bahwa
di sinilah Sultan Saladin, pahlawan Islam dalam Perang Salib,
terkubur. Hanya sebuah gambar kertas yang buruk - mungkin
wajahnya - tergantung di dinding.

Makam memang tidak untuh dijadikan ruang pameran. Kubur
memang hanya pertanda kesementaraan kita - juga keterbatasan
seorang pahlawan. Tapi tidakkah manusia perlu berhenti
sebentar dan mengenang? "Kenanglah segala yang baik," kata
sebuah baris Chairil Anwar, "dan cintaku yang kekal." Tidakkah
masa lalu punya sesuatu yang kekal, yang bisa diwakili dengan
sebuah tanda, sebuah simbol, dengan sikap yang hormat?

Saya mencoba berdoa di depan makam Saladin di Damaskus,
untuk arwahnya, juga untuk apa yang baik dalam sejarah - tapi
saya merasa ada sesuatu yang meleset dalam ruang ini.
Melangkah keluar, berjalan kembali ke lapangan terbuka di
halaman dalam masjid, saya dengar suara penziarah-penziarah
Syiah meraungkan tangis, di dekat peninggalan Hussein yang
gugur di Kerbala berabad-abad yang lalu. Di tembok-tembok
tinggi, masih tersisa bekas-bekas lukisan gaya Byzantium.

Masa lalu memang tidak mudah pergi meskipun kita seperti tak
ingin menengoknya. Bahkan di salah satu tembok Masjid
Umayyah yang dulu adalah Katedral Yahya Pembaptis yang
dipermak jadi masjid yang indah di tahun 700-an itu, seorang
sejarawan masih menemukan sisa inskripsi ini: "Kerajaan-Mu, ya,
Kristus, adalah kerajaan abadi...."

Tapi jika masa lalu tak mudah pergi, dari bagian manakah dari
Saladin yang akan datang kepada kita kini? Dari ruang makamnya
yang kusam, mitos apa yang akan kita teruskan? Kisah Saladin
adalah kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita
dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan
kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham
pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan.

Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat
maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad
ke- 12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani
dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan
darah. Saladin merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187.
Tapi menjelang serbuan, ia beri kesempatan penguasa Kristen
kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan
pasukannya dengan terhormat. Dan ketika pasukan Kristen itu
akhirnya kalah juga, yang dilakukan Saladin bukanlah menjadikan
penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah membebaskan
sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun
1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut
Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa
orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

"Anakku," konon begitulah pesan Sultan itu kepada anaknya,
az-Zahir, menjelang wafat, "...Jangan tumpahkan darah... sebab
darah yang terpercik tak akan tertidur."

Dalam hidupnya yang cuma 55 tahun, ikhtiar itulah yang
tampaknya dilakukan Saladin. Meskipun tak selamanya ia tanpa
cacat, meskipun ia tak jarang memerintahkan pembunuhan, kita
toh tahu, bagaimana pemimpin pasukan Islam itu bersikap baik kepada Raja Richard
Berhati Singa yang datang dari Inggris untuk mengalahkannya.
Ketika Richard sakit dalam pertempuran, Saladin mengiriminya
buah pir yang segar dingin dalam salju, dan juga seorang dokter.
Lalu perdamaian pun ditandatangani, 1 September 1192, dan
pesta diadakan dengan pelbagai pertandingan, dan orang Eropa
takjub bagaimana agama Islam bisa melahirkan orang sebaik itu.

Kita sekarang juga mungkin takjub bagaimana masa lalu bisa
melahirkan orang sebaik itu. Terutama ketika orang hanya
mencoba menghidupkan kembali apa yang gagah berani dari
abad ke- 12 tapi meredam apa yang sabar dan damai dari sebuah
zaman yang penuh peperangan. Tapi pentingkah sebenarnya
masa silam?

Dari makam telantar orang Kurdi yang besar itu, suatu hari di
tahun 1970-an, saya kembali ke pusat Damaskus, lewat lorong
bazar yang sibuk di depan Masjid Umayyah. Kota itu riuh,
keriuhan yang mungkin tanpa sejarah.

Umar bin Khtttab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa.
Beliau lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.

Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan “Singa Padang Pasir”. Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka. Bahkan putrinya dikubur hidup-hidup demi menjaga kehormatan Umar.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu’aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur’an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang
dihadapi umat Islam bersama Rasullullah Saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria.
Setelah wafatnya Rasullullah Saw., beliau merupakan salah satu shabat yang sangat terpukul dengan kejadian tersebut. Ia bahkan pernah mencegah dimakamkannya Rasullullah karena yakin bahwa nabi tidaklah wafat, melainkan hanya sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. Namun setelah dinasehati oleh Abu Bakar, Umar kemudian sadar dan ikut memakamkan Rasullullah.
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, atas wasiat Abu Bakar Umar ditunjuk menggantikannya dan disetujui oleh seluruh perwakilan muslim saat itu.
Selama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di jaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Umar syahid setelah ditikam oleh Abu Lukluk, seorang budak asal Persia yang dendam atas kekalahan Persia terhadap Islam pada suatu subuh saat Umar sedang mengerjakan shalat. Umar meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan.

Salahuddin al-Ayyubi (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي / Ṣalāḥ al-Dīn al-Ayyubīy‎, bahasa Kurdi: سه‌لاحه ‌دينێ ئه ‌يووبى / Silhedînê Eyûbî, Bahasa Parsi: صلاح الدین ایوبی, Bahasa Turki: Selahaddin Eyyubi) atau nama sebenarnya Yusuf bin Ayyub (1137 -1193) mengasaskan dinasti Ayyubi bangsa Kurdis di Mesir dan Syria. Di Barat beliau dikenali sebagai Saladin. Dia juga terkenal dalam kalangan Nasrani dan Muslim dengan kebolehannya sebagai ketua dan ketangkasannya dalam peperangan yang disertai juga dengan sifat kesateriaan dan belas kasihannya semasa Perang Salib.

Kebangkitan

Salahuddin dilahirkan di dalam sebuah keluarga Kurdish di Tikrit dan dihantar ke Damsyik untuk menghabiskan pelajarannya. Ayahnya, Najm ad-Din Ayyub, ialah gabenor wilayah Baalbek. Selama 10 tahun Salahuddin tinggal di Damsyik di kawasan istana milik Nur ad-Din.
Salahuddin menerima latihan ketenteraan daripada bapa saudaranya, Shirkuh yang juga ketika itu merupakan panglima kepada Nur al-Din dan sering mewakili Nur al-Din dalam kempennya menentang Kerajaan Fatimiyyah di Mesir sekitar tahun 1160. Salahuddin kemudiannya mewarisi tugas menentang Kerajaan Fatimiyyah (akhirnya tumpas) daripada bapa saudaranya dan dilantik menjadi panglima pada tahun 1169. Di
 sana, dia mengambil alih tugas sukar mempertahankan Mesir daripada diserang tentera Salib dibawah Kerajaan Latin Baitulmuqaddis pimpinan Almaric I. Kemampuan Salahuddin diragui pada peringkat awal perlantikkannya sebagai panglima. Tiada sesiapa yang menyangka beliau dapat bertahan lama ekoran terdapat banyak perubahan dalam kerajaan dalam tahun sebelumnya seperti perebutan kuasa oleh gabenor-gabenor yang sedia ada dalam mendapat perhatian khalifah. Sebagai seorang ketua tentera asing dari Syria, Salahuddin tiada kuasa ke atas askar-askar Mesir yang terdiri daripada golongan Syiah yang ketika itu dipimpin oleh Khalifah Al-Adid.
Apabila khalifah itu meninggal dunia pada bulan September 1171, Salahuddin mengarahkan para imam mengumumkan nama Khalifah Al-Mustadi (Khalifah Abbasiyyah di Baghdad) semasa solat Jumaat. Sekarang, walaupun Salahuddin yang memerintah Mesir tetapi hanya sebagai wakil Nur ad-Din. Selepas dilantik menjadi pemimpin Mesir, Salahuddin melakukan perubahan terhadap ekonomi Mesir, menyusun semula angkatan tentera, dan menuruti nasihat ayahnya supaya mengelak daripada sebarang konflik dengan Nur ad-Din. Beliau menunggu sehingga Nur ad-Din meninggal dunia sebelum memulakan beberapa siri kempen ketenteraan. Pada awalnya terhadap beberapa kerajaan-kerajaan Muslim yang kecil kemudian ke atas tentera Salib. Dengan kewafatan Nur ad-Din pada tahun 1174, beliau menjadi Sultan Mesir. Beliau kemudian mengisytiharkan kemerdekaan daripada kerajaan Seljuk dan mengasaskan Kerajaan Ayubbiyyah. Beliau turut mengembalikan ajaran Sunah Waljamaah di Mesir.

Menentang tentera Salib

Dalam dua peristiwa berbeza iaitu pada tahun 1171 dan 1173, Salahuddin berundur setelah satu siri serangan oleh tentera Salib. Salahuddin berharap bahawa kerajaan Salib ini tidak diganggu selagi beliau tidak menguasai Syria. Nur ad-Din dan Salahuddin hampir-hampir berperang akibat daripada peristiwa tetapi dengan wafatnya Nur ad-Din pada 1174, perang ini dapat dielakkan. Waris Nur ad-Din iaitu as-Salih Ismail al-Malik hanya seorang kanak-kanak ketika dilantik bagi menggantikan ayahnya. Walau bagaimanapun dia meninggal dunia pada tahun 1181.
Sejurus selepas Nur ad-Din meninggal dunia, Salahuddin berarak ke Damsyik, dan setibanya beliau di sana, dia diberi sambutan sambutan yang meriah. Dia mengukuhkan kedudukannya dengan mengahwini balu Nur ad-Din. Walaupun Salahuddin tidak memerintah Aleppo dan Mosul (dua bandar yang pernah dikuasai Nur ad-Din), beliau dapat menggunakan pengaruhnya dan menguasai kedua bandar itu pada tahun 1176 (Aleppo) dan 1186 (Mosul).
Sementara Salahuddin Al-Ayubbi menumpukan perhatiannya ke atas wilayah-wilayah di Syria, negeri-negeri Salib dibiarkan bebas, walaupun begitu beliau sering mencatatkan kemenangan ke atas tentera Salib di mana saja kedua-dua belah pihak bertempur. Beliau bagaimanapun tumpas dalam Perang Montgisard yang berlaku pada 25 November, 1177. Dia ditewaskan oleh gabungan tentera Baldwin IV dari Baitulmuqaddis, Raynald dari Chatillon dan Kesatria Templar.
Keamanan di antara Salahuddin dan negeri-negeri Salib tercapai pada 1178. Salahuddin meneruskan serangannya pada 1179 selepas daripada kekalahannya dalam Perang Montsigard, dan dalam serangannya ke atas sebuah kubu kuat tentera Salib beliau berjaya menumpaskan tentera Salib. Walau bagaimanapun, tentera Salib terus menyerang orang-orang Muslim. Raynald dari Chatillon mengganggu laluan perdagangan dan haji orang Islam dengan kapal-kapal laut di Laut Merah. Raynald juga mengancam menyerang kota suci Islam yakni Kota Mekah dan Madinah menjadikannya orang paling dibenci dalam dunia Islam. Sebagai tindak balas, Salahuddin Al-Ayubbi menyerang Kerak, sebuah kubu Raynald pada tahun 1183 dan 1184. Raynald kemudian menyerang dan membunuh kabilah yang dalam perjalanan untuk menunaikan haji pada tahun 1185.
Dalam bulan Julai tahun 1187, Salahuddin menyerang negeri-negeri Salib. Pada 4 Julai 1187, beliau bertempur dalam Pertempuran Hattin menentang gabungan kuasa Guy dari Lusignan (sebutan gi bukan guy), raja negeri-negeri Salib, dan Raymond III dari Tripoli. Tentera Salib yang letih dan dahagakan air mudah ditumpaskan oleh tentera Salahuddin. Kekalahan tentera Salib ini membei tamparan yang besar buat mereka dan menjadi satu titik perubahan dalam sejarah Perang Salib. Salahuddin berjaya menangkap Raynald dan beliau sendiri memancung kepala Raynald akibat kesalahannya. Raja Guy juga berjaya ditangkap tetapi beliau tidak dipancung.
 
Selepas tamatnya Perang Hattin, Salahuddin berjaya merampas kembali hampir keseluruhan kota-kota yang dikuasai tentera Salib. Beliau berjaya menawan semula Baitulmuqaddis (Jerusalem) pada 2 Oktober tahun 1187 selepas hampir 88 tahun kota itu dikuasai tentera Salib (lihat Kepungan Baitulmuqaddis). Kecuali bandar Tyre tidak ditawan Salahuddin. Salahuddin membenarkan tentera dan masyarakat Kristian pergi ke sana. Kota itu sekarang diperintah oleh Conrad dari Montferrat. Dia mengukuhkan pertahanan Tyre dan berjaya menahan dua kepungan yang dilakukan oleh Salahuddin. Pada tahun 1188, Salahuddin membebaskan Guy dari Lusignan dan menghantar beliau kembali kepada isterinya iaitu Sibylla dari Baitulmuqaddis.
Perang Hattin dan kejayaan tentera Islam menawan semula Baitulmuqaddis mengakibatkan terjadinya Perang Salib Ketiga yang dibiayai di England melalui cukai khas yang dikenali sebagai "Cukai Salahuddin". Tentera Salib ini berjaya menawan semula Acre, dan tentera Salahuddin bertempur dengan tentera Raja Richard I dari England (Richard Si Hati Singa) dalam Perang Arsuf pada 7 September 1191. Kedua-dua belah pemimpin baik Salahuddin mahupun Richard amat menghormati antara satu sama lain. Mereka juga pernah bercadang untuk berdamai dengan mengahwinkan adik perempuan Richard, Joan dari England kepada adik lelaki Salahuddin, Al-Adil, dengan kota Baitulmuqaddis menjadi hantarannya. Rundingan ini gagal ekoran kebimbangan berhubung hal-hal agama di kedua-dua belah pihak.
Kedua-dua pemimpin mencapai persetujuan dalam Perjanjian Ramla pada tahun 1192 yang mana kota Baitulmuqaddis akan terus berada dalam tangan orang Islam tetapi dibuka kepada penganut-penganut Kristian. Perjanjian itu menjadikan negeri-negeri salib hanyalah gugusan kecil di sepanjang pesisir pantai Tyre hingga ke Jaffa.
Salahuddin Al-Ayubbi wafat pada 4 Mac 1193 di Kota Damsyik tidak lama selepas pemergian Raja Richard. Apabila mereka membuka peti simpanan Salahuddin untuk membiayai upacara pengebumiannya, mereka mendapati ia tidak cukup (diriwayatkan Salahuddin hanya meninggalkan sekeping wang emas dan empat wang perak semasa kematiannya. Ada juga riwayat yang menyebut wang itu henyalah wang 5 Dinar) . Salahuddin telah memberikan hampir kesemua hartanya kepada rakyat-rakyatnya yang miskin. Makamnya yang terletak di Masjid Ummaiyyah merupakan tumpuan tarikan pelancong yang terkenal. Makamnya adalah antara makam yang sering dikunjungi umat Islam di seluruh dunia.

Pengiktrafan


Sungguhpun menerima tentangan hebat dari masyarakat Kristian Eropah, Salahuddin mendapat reputasi besar di Eropah sebagai seorang kesatria yang berjaya, sehinggakan wujudnya pada abad ke-14 sastera epik mengenai kejayaannya, dan Dante meletakkannya di kalangan roh baik dalam Limbo. Salahuddin muncul sebagai sebuah watak dalam karya tulisan Sir Walter Scott iaitu The Talisman (1825). Walaupun disebalik peristiwa penyembelihan orang-orang Islam termasuklah wanita dan kanak-kanak semasa tentera Salib menawan Baitulmuqaddis pada tahun 1099, Salahuddin memberi jaminan keselamatan perjalanan dan nyawa kepada semua masyarakat Kristian Katolik dan juga kepada tentera salib Kristian yang kalah (masyarakat Greek Ortodoks dilayan dengan lebih baik kerana mereka menentang tentera Salib). Satu pandangan menarik tentang Salah al-Din dan dunia yang didiaminya dapat dibaca dalam novel Buku Salahuddin Al-Ayubbi (London: Verso, 1998) karya Tariq Ali.
Walaupun berbeza kepercayaan, Salahuddin Al-Ayubbi amat dihormati di kalangan para bangsawan Kristian terutamanya Raja Richard. Raja Richard pernah memuji Salahuddin sebagai seorang putera agung dan merupakan pemimpin paling hebat dalam dunia Islam. Salahuddin juga memuji Richard dengan berkata bahawa beliau lebih rela Baitulmuqaddis jatuh ke tangan Richard daripada jatuh ke tangan orang lain. Selepas perjanjian damai ditandatangani, Richard dan Salahuddin bertukar-tukar hadiah di antara satu sama lain sebagai lambang kehormatan. Walau bagaimanapun kedua-dua pemimpin ini tidak pernah bersua muka.

Makam

 Salahuddin Al-Ayubbi dikebumikan di sebuah makam yang terletak di taman sebelah luar Masjid Ummaiyyah di Damsyik, Syria. Maharaja Wilhelm II dari Jerman mendermakan batu marmar baru kepada makam tersebut. Jenazah Salahuddin bagaimanapun tidak ditempatkan di situ. Sebaliknya makam itu mempunyai dua kubur iaitu satu kubur kosong diperbuat daripada marmar dan satu kubur mengandungi jenazah Salahuddin yang diperbuat daripada kayu.

Salahuddin dalam media

  • Saladin ialah nama siri animasi 3D di Malaysia yang dilancarkan pada tahun 2006. Ia berkisar mengenai sejarah hidup Salahuddin. saladin.tv
















 Sumber: Salahuddin Al-Ayubbi

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.