A. Ahmad Hizbullah MAG
[www.ahmad-hizbullah.com]
Alih-alih memberi pertanggungjawaban iman untuk memberi referensi terhadap umat Kristen dalam menghadapi pertanyaan umat Islam perihal iman Kristiani, Romo Professor Christian W Troll SJ menulis buku “Christian Responses to Muslim Questions.” Buku apologetika Kristiani ini diterbitkan dalam edisi Indonesia “Muslim Bertanya Kristen Menjawab” oleh Gramedia.
[www.ahmad-hizbullah.com]
Alih-alih memberi pertanggungjawaban iman untuk memberi referensi terhadap umat Kristen dalam menghadapi pertanyaan umat Islam perihal iman Kristiani, Romo Professor Christian W Troll SJ menulis buku “Christian Responses to Muslim Questions.” Buku apologetika Kristiani ini diterbitkan dalam edisi Indonesia “Muslim Bertanya Kristen Menjawab” oleh Gramedia.
Dalam pengantarnya, Christian Troll mengutip Al-Qur'an surat An-Nahl 125 sebagai salah satu argumen mengapa buku itu ditulis. Ayat ini dipadukan dengan ayat Bibel (I Petrus 3:15) sebagai landasan dialog antar iman.
Dalam buku setebal 256 halaman ini, Pastor Troll menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap iman Kristiani. Seluruh pertanyaan itu diklasifikasikan dalam 12 bab mulai dari masalah otentisitas kitab suci, ketuhanan Yesus, doktrin Trinitas, penyaliban, penebusan dosa, hingga gereja dan pluralitas agama.
Pada Bab I “Kitab Suci dan Sabda Tuhan” (hlm 1-11), Troll berusaha menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap otentisitas Alkitab (Bibel). Ia memulai dengan memaparkan sebelas pertanyaan umat Islam, di antaranya:
1. Mengapa Injil berjumlah empat dan bukan satu? Manakah Injil yang bersifat asli?
2. Apakah adanya perbedaan penyajian di dalam keempat Injil merupakan bukti bahwa Injil itu sudah tidak asli lagi?
3. Bagaimana mungkin Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, kalau hampir semua kitab itu memakai nama pengarangnya (Yesaya, Matius, Markus, dsb)?
4. Bagaimana bisa mengukur kredibilitas para penulis kitab suci sebagai Pembawa Berita padahal mereka sendiri bukan saksi mata terhadap wahyu dan juga bukan merupakan orang-orang yang menerima dan memberikan berita dari para pendahulu dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya secara tidak terputus, sebagaimana terjadi dengan kumpulan tulisan berbagai kata dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang disebut hadits itu? Penginjil Lukas misalnya tidak pernah bertemu dengan Yesus secara pribadi, dan di awal Injilnya pun dia tidak menyebut nama-nama pendahulu yang memiliki otoritas sebagai saksi-saksi tentang hidup dan karya Yesus (lihat Lukas 1:1-4).
5. Lima buku pertama dari Alkitab (Pentateuch) tidak mungkin merupakan tulisan Nabi Musa, misalnya karena Kitab Ulangan 34:5-8 (kitab kelima) berbicara tentang kematian Musa. Bagian ini seharusnya bukan ditulis oleh Musa sendiri melainkan oleh seorang penulis lain. Hal serupa dapat ditemukan juga di dalam bagian lain dari Alkitab.
6. Injil-injil di dalam kitab Suci Perjanjian Baru penuh dengan kontradiksi, misalnya menyangkut cerita tentang silsilah Yesus, tentang Yesus memasuki Kota Yerusalem, dan tentang penyangkalan Petrus.
Dalam ulasannya, tak satu pun pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dijawab secara tuntas oleh Christian Troll. Ia hanya menjawab dengan argumen menghindar (ngeles) dan berputar-putar. Troll menutup pembahasan ini, dengan dalih bahwa dialog yang menekankan perbedaan-perbedaan itu sangat tidak menguntungkan dialog antarumat beragama.
“Adalah tidak menguntungkan di dalam upaya dialog jika pertama-tama terdapat upaya untuk menekankan perbedaan-perbedaan antara keempat Injil, atau mengembalikan keharmonisan di antara empat Injil.” (hlm. 9).
Dengan gaya menghindar seperti itu, jelaslah bahwa Troll telah gagal memberi pertanggungjawaban iman seperti digembar-gemborkannya. Umat pun bertanya-tanya, mengapa seorang pastor bergelar professor tidak bisa menjelaskan kontradiksi Bibel soal silsilah Yesus?
Seharusnya, sebagai rohaniawan yang juga ilmuwan, terus terang mengakui adanya pertentangan ayat Bibel itu lebih baik daripada membela diri dengan jurus menghindar dan berputar-putar. Karena faktanya, ia tidak bisa menjelaskan kontradiksi silsilah Yesus dalam Bibel, misalnya:
1. Siapakah nama kakek Yesus? Menurut Injil Matius 1:16, Yesus adalah cucu Yakub, sedangkan menurut Injil Lukas 3:23, Yesus adalah cucu Eli.
2. Yesus keturunan Abraham yang ke berapa? Menurut Injil Matius 1:1-16, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-41, sedangkan menurut Injil Lukas 3: 23-38, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-57.
3. Siapakah anak Daud yang menurunkan Yesus? Menurut Injil 1:6, Yesus keturunan Salomo bin Daud, sedangkan menurut Injil Lukas 3:31, Yesus adalah keturunan Natan bin Daud.
Kontradiksi itu hanyalah sekedar contoh, padahal dalam berbagai buku ilmiah, ada ratusan daftar kontradiksi ayat dalam Bibel. Misalnya, dalam buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab: Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam,” Molyadi Samuel mencantumkan 101 daftar kontradiksi ayat dalam Perjanjian Lama dan 101 kontradiksi ayat dalam Perjanjian Baru.
Sebagai buku apologetika Kristiani, buku Muslim Bertanya Kristen Menjawab ini sama sekali tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Islam. Maka sangat mengherankan jika dua orang professor Muslim memuji buku pastor ini sebagai karya ilmiah yang yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus, objektif, cerdas dan jujur.
Pujian yang Tidak Jujur dan Tidak Cerdas
Untuk menambah daya tarik buku Pastor Christian W Troll, penerbit mengendorse dengan Kata Pengantar dua Muslim, yaitu: Prof Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), dan Prof Dr Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah). Bahkan sampul depannya dipajang kutipan Kata Pengantar Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin memuji buku pastor ini setinggi langit, melebihi apresiasi pendeta Yewanggoe (PGI) dan Romo Franz Magnis Suseno SJ (pastor Katolik). Din menyanjung buku ini sebagai karya tulis yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus dan objektif.
Dalam buku setebal 256 halaman ini, Pastor Troll menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap iman Kristiani. Seluruh pertanyaan itu diklasifikasikan dalam 12 bab mulai dari masalah otentisitas kitab suci, ketuhanan Yesus, doktrin Trinitas, penyaliban, penebusan dosa, hingga gereja dan pluralitas agama.
Pada Bab I “Kitab Suci dan Sabda Tuhan” (hlm 1-11), Troll berusaha menjawab berbagai pertanyaan umat Islam terhadap otentisitas Alkitab (Bibel). Ia memulai dengan memaparkan sebelas pertanyaan umat Islam, di antaranya:
1. Mengapa Injil berjumlah empat dan bukan satu? Manakah Injil yang bersifat asli?
2. Apakah adanya perbedaan penyajian di dalam keempat Injil merupakan bukti bahwa Injil itu sudah tidak asli lagi?
3. Bagaimana mungkin Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, kalau hampir semua kitab itu memakai nama pengarangnya (Yesaya, Matius, Markus, dsb)?
4. Bagaimana bisa mengukur kredibilitas para penulis kitab suci sebagai Pembawa Berita padahal mereka sendiri bukan saksi mata terhadap wahyu dan juga bukan merupakan orang-orang yang menerima dan memberikan berita dari para pendahulu dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya secara tidak terputus, sebagaimana terjadi dengan kumpulan tulisan berbagai kata dan tindakan Nabi Muhammad SAW yang disebut hadits itu? Penginjil Lukas misalnya tidak pernah bertemu dengan Yesus secara pribadi, dan di awal Injilnya pun dia tidak menyebut nama-nama pendahulu yang memiliki otoritas sebagai saksi-saksi tentang hidup dan karya Yesus (lihat Lukas 1:1-4).
5. Lima buku pertama dari Alkitab (Pentateuch) tidak mungkin merupakan tulisan Nabi Musa, misalnya karena Kitab Ulangan 34:5-8 (kitab kelima) berbicara tentang kematian Musa. Bagian ini seharusnya bukan ditulis oleh Musa sendiri melainkan oleh seorang penulis lain. Hal serupa dapat ditemukan juga di dalam bagian lain dari Alkitab.
6. Injil-injil di dalam kitab Suci Perjanjian Baru penuh dengan kontradiksi, misalnya menyangkut cerita tentang silsilah Yesus, tentang Yesus memasuki Kota Yerusalem, dan tentang penyangkalan Petrus.
Dalam ulasannya, tak satu pun pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dijawab secara tuntas oleh Christian Troll. Ia hanya menjawab dengan argumen menghindar (ngeles) dan berputar-putar. Troll menutup pembahasan ini, dengan dalih bahwa dialog yang menekankan perbedaan-perbedaan itu sangat tidak menguntungkan dialog antarumat beragama.
“Adalah tidak menguntungkan di dalam upaya dialog jika pertama-tama terdapat upaya untuk menekankan perbedaan-perbedaan antara keempat Injil, atau mengembalikan keharmonisan di antara empat Injil.” (hlm. 9).
Dengan gaya menghindar seperti itu, jelaslah bahwa Troll telah gagal memberi pertanggungjawaban iman seperti digembar-gemborkannya. Umat pun bertanya-tanya, mengapa seorang pastor bergelar professor tidak bisa menjelaskan kontradiksi Bibel soal silsilah Yesus?
Seharusnya, sebagai rohaniawan yang juga ilmuwan, terus terang mengakui adanya pertentangan ayat Bibel itu lebih baik daripada membela diri dengan jurus menghindar dan berputar-putar. Karena faktanya, ia tidak bisa menjelaskan kontradiksi silsilah Yesus dalam Bibel, misalnya:
1. Siapakah nama kakek Yesus? Menurut Injil Matius 1:16, Yesus adalah cucu Yakub, sedangkan menurut Injil Lukas 3:23, Yesus adalah cucu Eli.
2. Yesus keturunan Abraham yang ke berapa? Menurut Injil Matius 1:1-16, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-41, sedangkan menurut Injil Lukas 3: 23-38, Yesus adalah keturunan Abraham yang ke-57.
3. Siapakah anak Daud yang menurunkan Yesus? Menurut Injil 1:6, Yesus keturunan Salomo bin Daud, sedangkan menurut Injil Lukas 3:31, Yesus adalah keturunan Natan bin Daud.
Kontradiksi itu hanyalah sekedar contoh, padahal dalam berbagai buku ilmiah, ada ratusan daftar kontradiksi ayat dalam Bibel. Misalnya, dalam buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab: Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam,” Molyadi Samuel mencantumkan 101 daftar kontradiksi ayat dalam Perjanjian Lama dan 101 kontradiksi ayat dalam Perjanjian Baru.
Sebagai buku apologetika Kristiani, buku Muslim Bertanya Kristen Menjawab ini sama sekali tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan umat Islam. Maka sangat mengherankan jika dua orang professor Muslim memuji buku pastor ini sebagai karya ilmiah yang yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus, objektif, cerdas dan jujur.
Pujian yang Tidak Jujur dan Tidak Cerdas
Untuk menambah daya tarik buku Pastor Christian W Troll, penerbit mengendorse dengan Kata Pengantar dua Muslim, yaitu: Prof Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta), dan Prof Dr Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah). Bahkan sampul depannya dipajang kutipan Kata Pengantar Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin memuji buku pastor ini setinggi langit, melebihi apresiasi pendeta Yewanggoe (PGI) dan Romo Franz Magnis Suseno SJ (pastor Katolik). Din menyanjung buku ini sebagai karya tulis yang sangat menarik, sistematis, berimbang, argumentatif, tulus dan objektif.
“Buku Muslim Bertanya Kristen Menjawab ini kiranya dapat menjadi salah satu sarana untuk menjembatani usaha-usaha saling mengenal antara umat Muslim dan Kristen. Christian W Troll, penulisnya, berusaha menyajikan materi dialog antaragama secara sistematis dan objektif. Segalanya disampaikan secara berimbang... Satu hal yang paling menarik dari buku ini adalah tidak adanya sama sekali konsep-konsep yang disajikan secara argumentatif, apalagi menjurus ke persuasif. Tanya jawab yang disajikan adalah benar-benar murni, mewakili keinginan untuk mengenal dan sebaliknya menjelaskan secara tulus, dan karenanya hanya bersifat paparan objektif belaka.” (hlm. xxxii).
Tak mau kalah, Komaruddin Hidayat memuji buku pastor ini sebagai buku yang cerdas dan jujur. “Buku ini tampil dengan cerdas dan jujur. Dikatakan cerdas karena penulis telah memilih menunjukkan kapasitas dan prestasi intelektualnya untuk memilih dan mengumpulkan tema-tema yang sensitif dengan format sajian yang terbuka dengan konsekuensi siap untuk menerima kritik. Buku ini jujur karena apa yang disampaikan disertai rujukan ayat-ayat dalam kitab suci masing-masing umat beragama,” (hlm. xvii).
Kejujuran dan objektivitas kedua tokoh ini patut dipertanyakan. Karena Pastor Christian Troll sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan umat Islam terhadap kekristenan. Misalnya, kritikan terhadap Pentateuch (lima kitab Perjanjian Lama) yang diklaim umat Kristen sebagai kitab Taurat Musa. Umat Islam mengkritik kitab Ulangan dalam Bibel itu bukan Taurat Musa, karena salah satu pasalnya menceritakan kronologis kematian dan penguburan Nabi Musa:
“Lalu matilah Musa, hamba Tuhan itu, di sana di tanah Moab, sesuai dengan firman Tuhan. Dan dikuburkan-Nyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai hari ini. Musa berumur seratus dua puluh tahun, ketika ia mati; matanya belum kabur dan kekuatannya belum hilang. Orang Israel menangisi Musa di dataran Moab tiga puluh hari lamanya. Maka berakhirlah hari-hari tangis perkabungan karena Musa itu (Kitab Ulangan 34:5-8).Tak mau kalah, Komaruddin Hidayat memuji buku pastor ini sebagai buku yang cerdas dan jujur. “Buku ini tampil dengan cerdas dan jujur. Dikatakan cerdas karena penulis telah memilih menunjukkan kapasitas dan prestasi intelektualnya untuk memilih dan mengumpulkan tema-tema yang sensitif dengan format sajian yang terbuka dengan konsekuensi siap untuk menerima kritik. Buku ini jujur karena apa yang disampaikan disertai rujukan ayat-ayat dalam kitab suci masing-masing umat beragama,” (hlm. xvii).
Kejujuran dan objektivitas kedua tokoh ini patut dipertanyakan. Karena Pastor Christian Troll sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan umat Islam terhadap kekristenan. Misalnya, kritikan terhadap Pentateuch (lima kitab Perjanjian Lama) yang diklaim umat Kristen sebagai kitab Taurat Musa. Umat Islam mengkritik kitab Ulangan dalam Bibel itu bukan Taurat Musa, karena salah satu pasalnya menceritakan kronologis kematian dan penguburan Nabi Musa:
Ayat ini menyatakan bahwa kitab Taurat Bibel pada saat ini bukanlah Kitab Taurat yang ditulis oleh Nabi Musa AS. Karena logika sehat tidak bisa menerima bahwa seseorang yang masih hidup bisa menceritakan kisah kematiannya. Mustahil orang yang sudah meninggal bisa menulis kisah kematiannya sendiri dalam sebuah kitab.
Tanpa menjawab pertanyaan ini, Troll malah mengumbar statemen bahwa seluruh isi Bibel adalah inspirasi Tuhan.
“Alkitab, juga termasuk keempat Injil, ditulis oleh para penulis yang sudah diinspirasikan oleh Allah sendiri. Alkitab adalah Sabda Allah karena ditulis di bawah inspirasi Ilahi. Dalam berbagai kitab di dalam kitab suci itu sendiri terdapat tulisan-tulisan yang dihimpun setelah sebuah periode pewarisan lisan. Hasilnya adalah teks-teks kitab suci yakni Alkitab yang disebut Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru yang dijaga dan digunakan oleh Gereja hingga saat ini. Menurut iman Gereja, Alkitab memberikan kesaksian dalam keseluruhannya tentang karya dan solidaritas dari Allah” (hlm. 7).
Bila Bibel adalah kitab yang terinspirasikan, mana mungkin Tuhan menginspirasikan kepada nabinya untuk menulis kisah kematian dan penguburannya sendiri? Atau, mana mungkin Tuhan menginspirasikan kepada jasad seseorang untuk menulis kronologis kematian dan penguburan dirinya? Ada-ada saja!! []
Posting Komentar